Mohon tunggu...
Fransiskus Sardi
Fransiskus Sardi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lulus dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Program Filsafat

Follow ig @sardhyf dan ig @areopagus.2023 “Terhadap apa pun yang tertuliskan, aku hanya menyukai apa-apa yang ditulis dengan darah. Menulislah dengan darah, dan dengan begitu kau akan belajar bahwa darah adalah roh” FN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ata Mbeko, Nabi dalam Budaya Rongga

14 September 2021   17:07 Diperbarui: 14 September 2021   18:23 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Fransiskus Sardi, Yogyakarta, September 2021, Lapangan Kentungan Yogyakarta

Secara literer ata mbeko terdiri dari kata: ata yang berarti orang, pribadi seseorang dan mbeko yang memiliki arti: obat, lihat, memiliki kapasitas untuk menyembuhkan, menguasai mantra atau doa-doa sakral. Ata mbeko dalam artian lain juga adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menyembuhkan dan menyelamatkan kehidupan orang lain.

 Ata mbeko juga diyakini sebagai orang yang memiliki kemampuan ;lebih'. Kapasitas ata mbeko dalam menyembuhkan orang juga masih dipercayai hingga saat ini. Masih banyak orang-orang di kampung saya yang memilih untuk berobat pada ata mbeko dari pada ke rumah sakit. Kemampuan mereka dalam menyembuhkan orang juga menunjukan bahwa mereka memiliki kemampuan dan indera keenam.

Ada beberapa hal yang bisa dikerjakan oleh ata mbeko, mereka memiliki kemampuan untuk menyembuhkan orang lewat doa dan mantra-mantra yang gaib yang hanya diketahui oleh oleh ata mbeko sendiri. Ata mbeko juga memiliki kemampuan untuk melihat masa depan orang melalui terawang dalam air yang diisi dalam gelas. Selain itu ata mbeko juga bisa membantu mengidentifikasi lokasi atau tempat kehilangan barang-barang seseorang dengan cara meminta korban yang kehilangan barang meminum kopi, dari ampas kopi yang ada dalam gelas diterawang tempat jatuhnya barang tersebut. Ada banyak medium yang biasa digunakan untuk menujukan kapasitas ata mbeko dalam 'menyelamatkan' nyawa, barang dan kehidupan orang lain.

Dalam hidup harian sebagai warga masyarakat sosial, ata mbeko sering diperlakukan dengan sikap hormat dibandingkan dengan warga-warga biasa. Ata mbeko juga memainkan peran penting dalam menentukan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan umum dalam lingkungan tempat tinggalnya. Sebagai pribadi yang memiliki kemampuan lebih, ata mbeko memiliki makanan-makanan dan minuman yang tidak boleh dikonsumsi -- makanan yang tidak halal untuk dikonsumsi. 

Orang Rongga biasa menyebutnya dengan sebutan pire. Beberapa jenis makanan yang dinyatakan tidak layak untuk dimakan oleh ata mbeko tersebut biasanya berhubungan dengan ramuan yang akan menjadi obat untuk diberikan pada orang lain. Ada credo juga bahwasanya jika mereka memakan makanan yang dilarang ini daya magisnya bisa hilang dan bahkan bisa membuat mereka sakit bahkan mati. Walaupun ini belum bisa diidentifikasi secara ilmiah, tapi keyakinan ini tetap dipegang teguh oleh ata mbeko.

Peran lain dari ata mbeko dalam budaya rongga adalah memberi sesajian kepada para leluhur. Mereka selain dinilai bisa menyembuhkan, dan memiliki kemampuan melihat, juga ada kelebihan untuk berbicara dengan leluhur yang sudah meninggal. Biasanya ata mbeko dijadikan sebagai perantara pesan antara leluhur yang meninggal dengan keluarga leluhur. Dalam menjelaskan pesan tersebut lazimnya selalu diakhiri dengan sesajian bersama keluarga di rumah keluarga leluhur. Sesajian ini juga didoakan oleh ata mbeko sendiri.

Menelisik peran dan tugas ata mbeko dalam kepercayaan orang Rongga, saya akhirnya bisa memberikan kesimpulan terbuka, bahwa nabi itu adalah fenomena yang ada juga dibudaya-budaya lain. Kalau dalam tradisi kristiani ada nabi besar dan nabi kecil, rasa saya, dalam budaya lokal juga ada nabi-nabi yang memiliki karakteristik nabi pada umumnya. Bahkan dalam diskusi saya dengan Opa Agustinus Roka, tokoh adat di kampung Paundoa, Manggarai Timur, mengafirmasi bahwa ata mbeko -- yang saya sejajarkan dengan nabi -- sudah ada sejak zaman dahulu kala dalam budaya Rongga. Bahkan keyakinan akan peran ata mbeko dalam hidup harian orang Rongga membentuk pola pikir dan perilaku orang-orang Rongga. Penghormatan ata mbeko atas alam, sesama dan kosmos pada umumnya, bisa menjadi poin positif yang perlu diwarisi dan dihidupi dalam tatanan hidup masyrakat global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun