Mohon tunggu...
Fransiskus Sardi
Fransiskus Sardi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lulus dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Program Filsafat

Follow ig @sardhyf dan ig @areopagus.2023 “Terhadap apa pun yang tertuliskan, aku hanya menyukai apa-apa yang ditulis dengan darah. Menulislah dengan darah, dan dengan begitu kau akan belajar bahwa darah adalah roh” FN

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Meditasi Melawan Kematian

10 September 2021   20:36 Diperbarui: 10 September 2021   20:43 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Fransiskus Sardi, Pantai Oepaha NTT 2018

Mati! Kematian! Bagaimana Anda mempersiapkan waktu kematianmu? Suatu hari nanti Anda dan saya -- kita semua PASTI akan mati. Entah di mana dan kapan, tapi suatu kepastian yang tidak bisa ditolak, semua yang hidup pasti mati. Semesta telah membuktikannya, dan sekarang di bumi pertiwi kita yang baru saja merayakan ulang tahun kemerdekaan ke-76, diwarnai dengan duka atas perginya ribuan orang mendahului kita -- yang masih sempat membaca tulisan ini -- dengan alasan makhluk renik bernama covid-19 sebagai penyebabnya. 

Mau sampai kapan seperti ini? Entahlah! Saya hanya ingin mengisahkan pengalaman saya selama pandemi ini. Bagaimanapun juga bahwa pandemi ini telah mengajarkan saya arti dari kematian, arti kehidupan. Dari covid-19 saya lebih pandai menghargai kehidupan. Corona juga menginsafkan saya bahwa kehidupan dan kematian adalah dua putera dari satu bumi. Tak terpisahkan! Menjadi tidak etis dan fair apabila saya hanya menerima kehiduapan dan menyangkal kematian. Dari pada binggung dan mencemaskan kematian, mari bersama bermenung tentang kematian saat kita masih hidup.

Kematian itu mengerikan dan menakutkan! Lebih parah lagi, ketika masih ingin menikmati indahnya alam semesta, tiba-tiba harus beralih ke dunia lain selamanya. Tetapi kengerian akan kematian sebenarnya hanyalah anggapan dan gambaran dari diri sendiri atas kematian. Perlu diakui dan dan tidak bisa dielakan bahwasanya berita kematian yang disebabkan oleh  pandemi covid-19 akhir-akhir ini terus bertambah setiap hari. Mati, kematian, mayat, kuburan, positif covid-19 -- menjadi termin-termin menakutkan ditengah wabah corona. 

Saya sebagai pribadi yang 'takut', atau lebih tepatnya lagi, belum siap mengahadapi kematian, menghabiskan masa-masa lockdown dan masa-masa karantina selama pandemi ini dengan berbagai kegiatan. Salah satu yang saya rasa perlu diceritakan pada Anda sekalian adalah meditasi pagi selama 30 menit tentang kematian dan membaca tulisan-tulisan yang membahas tentang kematian. Selain itu saya juga mentaati anjuran-anjuran dari pemerintah untuk melawan penyebaran dan penularan covid-19 dengan menerapakan hidup 3 M -- Menjaga jarak, Memakai masker , Mencuci tangan --  agar menjaga tubuh tetap bugar dan imun tubuh terus bertambah dan terhindar dari makhluk tak kasatmata ini. 

Mengapa saya harus bermeditasi tentang kematian? Pada masa-masa awal pandemi covid-19, saya sering menonton dan mendengar berita di televisi dan membaca di koran berita kematian akibat pandemi covid-19. Pada saat itu, secara spontan muncul pertanyaan dalam diri saya, bagaimana kalau seandainya hal ini terjadi pada saya, saya jauh dari orang tua, belum menyelesaikan kuliah, dan saya baru berusia dua puluh tiga tahun, ada banyak harapan yang belum saya penuhi. Ada berjuta litani harapan dan angan-angan yang belum saya gapai. Kalau saja tiba-tiba kematian datang menjemput, apa yang harus saya lakukan?

Di tengah kekalutan dan kecemasan itu lahirlah usaha untuk bermenung tentang kematian -- berdamai dengan kematian. Saya yakin bahwa kematian hanyalah menjadi ketakutan bagi mereka yang tidak bisa menghargai kehidupan. Ada hubungan resiprokal antara mati dan hidup, menghargai kematian sama halnya menghargai kehidupan, demikian juga sebaliknya. Jika demikan, takut kematian berarti takut akan kehidupan.

Selama pandemi covid-19, semua kegiatan yang melibatkan banyak orang dibatasi. Semua harus membatasi diri untuk keluar dari rumah. Berada di rumah terus sepanjang hari akan membuat orang merasa bosan, karena sejatinya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Sebagai makhluk sosial juga, saya mengakui tidak bisa menolak adanya perasaan kehilangan ketika ada keluarga, kenalan atau pun kerabat yang meninggal dunia. Namun menjadi kesalahan besar apabila saya terus berlarut-larutan dalam kesedihan sepanjang hidup. 

Sebuah penelitian dari University of Kentucky menjelaskan bahwa "memikirkan tentang kematian membuat kita berorientasi ke stimulus yang menyenangkan secara emosional." Penelitian yang dilakukan oleh C.Nathan DeWall dan Roy F. Baumeister mengafirmasi bahwa permenungan akan kematian tidak melahirkan bayangan ketakutan, tetapi pada sebuah kesadaran metafisis. Artinya semakin akrab dengan kematian, dengan sendirinya kepekaan dan tanggungjawab atas kehidupan semakin baik pula. Sejatinya bukan tentang lama dan tidaknya hidup di dunia, tetapi sejauh mana kualitasnya memiliki resonansi bagi orang lain.

Di tengah merebaknya covid-19 adalah sebuah keharusan bagi kita untuk kembali menghargai dan lebih perhatian lagi atas kehidupan. Sejarah kehidupan akan menjadi nirmakna jika menolak merenungkan sesuatu yang telah menjadi kepastian - kematian. Sembari mentaati anjuran pemerintah untuk menerapkan pola 3 M, ada baik juga meluangkan waktu untuk sekadar bermeditasi tentang hal-hal yang bisa membantu menjadi pribadi yang lebih baik. 

Kesadaran akan hal ini membawa kita pada sebuah credo bahwa yang pantas dinyanyikan saat perayaan ulang tahun bukanlah lirik '...panjang umurnya... panjang umurnya...' tetapi '...berkualitas umurnya... berkualitas umurnya...' karena hidup bukan tentang panjang dan pendek, tetapi sejauh mana hidup itu berkualitas demikian kata Seneca. Bagaimana hidup berkualitas di tengah pandemi ini? Hargailah kehidupan -- hargailah kematian! Dari sana akan menetas sebuah kehidupan yang sejati. Menetas dari dalam bukan karena pengaruh dari luar. Meditasi menjadi salah satu jalan dari banyak jalan untuk membuat hidup berkualitas. Meditasi melawan mati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun