Mohon tunggu...
Adi Pujakesuma
Adi Pujakesuma Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

KEBENARAN HANYA MAMPU DILIHAT MELALUI MATA KEMATIAN

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lamaran Ditolak "Setan" Bertindak

18 Mei 2017   17:34 Diperbarui: 18 Mei 2017   17:37 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kisah berdarah ini terjadi pada Sabtu, 29 April 2017 yang lalu. Akan tetapi tidak ada salahnya kisah asmara ini untuk kembali di publikasi, sekaligus menjadi pelajaran bagi orang tua yang mempunyai anak perempuan. Lokasi pembunuhan di jalan Tut Wuri Handayani RT 62/10 Sukawinatan-Sukarami Palembang Provinsi Sumatera Selatan berakhir di penjara. Entah setan apa yang merasuki tubuh Suyanto (25) hingga tega menghabisi nyawa pacarnya dengan menusuk beberapa kali tubuh bagian depan Sonya hingga tewas.

Hal tersebut tentu memicu berbagai konflik berkepanjangan terhadap hubungan kedua belah pihak, bahkan cara membunuh ditempuh, untuk melampiaskan emosionalnya. Psikologis seperti ini menjadi tumbal ambisi rasa memilki begitu berlebihan namun diluar akal sehat manusia. Sungguh keji perbuatan lelaki bernama Suyanto (25) mahasiswa Universitas PGRI Palembang, dia tega membunuh pacarnya Sonya (19) mahasiswi Universitas Bina Darma Palembang. Tragedi berdarah terjadi lantaran cinta Suyanto untuk melamar Sonya ke jenjang pernikahan ditolak pihak keluarga korban. Pertanyaannya, haruskah setiap jalinan cinta dua insan berlainan jenis ini berakhir ke pelaminan?.

Cinta bukan hanya berorientasi pada hubungan intim antara laki-laki dan perempuan. Melainkan jalinan silaturahmi dua hati yang menyatu, melalui adaptasi plus minus watak perilaku pasangan. Syah-syah saja kita mengatakan cinta itu, cerita indah namun tiada arti dengan mengabaikan sebuah kekecewaan. Cinta tanpa cemburu menandakan tidak sehatnya suatu hubungan kasih sayang terhadap seseorang yang kita spesialkan. Sebaliknya cemburu berlebihan sama dengan cemburu buta melupakan akal sehat manusia.

Datang dan perginya tidak mampu ditebak. Tak jarang cinta berujung maut, ini disebabkan salah satu pihak merasa egois, tidak rela melihat kekasihnya hidup bahagia dengan orang lain. Ruang publik ikatan dua sejoli kian sempit, ketika cinta berubah amarah, dipastikan petaka. Sepatutnya dalam menjalin hubungan cinta dilandasi rasa menerima, ikhlas tidak memaksakan kehendak apabila seseorang yang kita sayangi tidak bakal kita miliki, dikarenakan beberapa faktor, salah satunya restu ibu, kemungkinan besar pembunuhan tersebut tidak pernah terjadi.

Orang tua yang mempunyai anak perempuan agar lebih selektif memantau pergaulan anaknya, jangan sampai salah bergaul atau memilih pasangan. Tidak semua lelaki berbuat seperti itu, walau demikian akibat peristiwa berdarah ini, para gadis sebaiknya waspada memilih imam. Nasi sudah menjadi bubur, untung tak bisa diraih, balak tak tertolak, bahkan mereka mengutuk perbuatan pacar Sonya. Sudah diberi kepercayaan untuk menjaga anak perempuannya malah membunuhnya secara membabi buta.

Jenazah Sonya sudah berada di RS Bhayangkara Palembang untuk dilakukan visum. Sedangkan Suyanto telah ditangkap dan diamankan di Polsek Sukarami Palembang. Menurut keterangan Polresta Palembang Kasat Reskrim Kompol Yon Edi ketika dikonfirmasi menuturkan, “untuk saat ini tersangka Suyanto sudah diamankan di Polsek Sukarami Palembang untuk dilakukan pemeriksaan terkait kasus ini.”

Menjalin cinta tidak jauh berbeda dengan bermain sepakbola, siap menang siap kalah. Akan tetapi bedanya dalam proses berpacaran tentu ada proses lamaran tentu siap ditolak siap diterima. Jangan berharap terlalu berlebihan, apalagi baru saja kelar kuliah. Untuk menolak lamaran seseorang tentu dibutuhkan kata-kata sopan, dengan cara sebaik mungkin dengan alasan logis, dan dapat terima kedua belah pihak, agar tidak membuat seseorang yang melamar anak perempuan kita tidak “terluka” karena penolakan itu. Suyanto menjadi bukti otentik ketidak ramahan pihak perempuan, maka terjadilah pembunuhan itu.

Memang sangat sulit jika berbicara penolakan lamaran pernikahan dengan tidak menyakiti hati seseorang. Karena faktanya, setiap penolakan tertentu mencuatkan rasa kekecewaan mendalam, meskipun penolakan itu dengan cara lembut. Apalagi  jika yang melamar itu menaruh harapan berlebih, jika mendengar tolakan tidak ramah keluar dari mulut orang tua perempuan tentu menyakitkan.

Itu sama saja dengan ketika kita melamar pekerjaan disuatu perusahaan kemudian ditolak, atau mungkin ujian sekolah yang tidak lulus, atau mungkin juga ketika mengajukan judul skripsi tetapi ditolak. Bagaimana rasanya? Padahal kita  menaruh harapan besar pada hal tersebut. Tentu kita sangat kecewa?

Jika anak perempuan kita tiba-tiba dilamar oleh seseorang yang tidak anda kenal, atau tidak disukai, atau mungkin orang tua kita ingin menolaknya karena faktor ekonomi sang pelamar. Sebagai orang tua seharusnya menggunakan cara terbaik yang tidak menyakiti perasaan pihak laki-laki.

18 Mei 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun