Mohon tunggu...
Sarah muthia kirania
Sarah muthia kirania Mohon Tunggu... Mahasiswa

saya adalah mahasiswi di UIN Jakarta yang hobinya menulis, membaca, mencari riset dan juga hobi saya yang lain berkaitan dengan seni, saya suka sekali menggambar dan bermain alat musik yaitu gitar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Reshuffle : Antara pesan politik dan Harapan Politik

6 Oktober 2025   19:05 Diperbarui: 6 Oktober 2025   19:05 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langkah Presiden Prabowo Subianto merombak Kabinet Merah Putih untuk pertama kalinya langsung memantik perdebatan publik. Sebagian menilai ini sebagai sinyal bahwa Presiden ingin memperbaiki kinerja pemerintahan dan merespons aspirasi masyarakat. Namun, sebagian lainnya justru melihatnya sebagai manuver politik yang lebih banyak diwarnai kepentingan kekuasaan ketimbang semangat pembaruan.

Reshuffle selalu menjadi momen simbolik. Di balik seremoni pelantikan, publik membaca pesan-pesan politik yang tersirat. Ketika nama Sri Mulyani digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa di Kementerian Keuangan, tafsir yang muncul pun beragam. Ada yang optimistis terhadap arah ekonomi baru, tetapi ada pula yang khawatir pada hilangnya figur teknokrat yang selama ini menjadi penopang kredibilitas fiskal Indonesia. Reaksi negatif pasar saham dan kehati-hatian investor menunjukkan bahwa perubahan kabinet tidak selalu otomatis menumbuhkan kepercayaan.

Lebih jauh, reshuffle kali ini juga memperlihatkan betapa politik masih menjadi poros utama dalam pengambilan keputusan. Masuknya sejumlah tokoh partai seperti Ferry Juliantono, Mukhtarudin, dan Gus Irfan ke dalam kabinet dibaca publik sebagai bentuk konsolidasi politik, bukan sekadar penyegaran birokrasi. Kekosongan posisi Menko Polkam dan Menpora menambah panjang daftar pertanyaan: apakah ini tanda bahwa proses tawar-menawar politik masih berlanjut?

Masyarakat kini semakin kritis. Mereka tidak lagi terpukau oleh retorika perubahan, melainkan menuntut bukti konkret. Harapan tentu tetap ada---bahwa wajah-wajah baru di kabinet mampu membawa semangat kerja yang lebih efektif dan berpihak pada rakyat. Namun pengalaman masa lalu mengajarkan bahwa pergantian orang tidak selalu berarti pergantian pola pikir. Jika yang berubah hanya nama, sementara gaya kepemimpinan dan kebijakan tetap sama, maka reshuffle hanyalah kosmetik politik belaka.

Presiden Prabowo kini dihadapkan pada tantangan besar: mengubah reshuffle menjadi titik balik, bukan sekadar pertunjukan. Masyarakat menunggu bukti bahwa perombakan ini benar-benar lahir dari niat memperbaiki, bukan mengakomodasi. Karena pada akhirnya, rakyat tidak lagi menilai dari siapa yang duduk di kursi menteri, tetapi dari apa yang mereka kerjakan untuk bangsa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun