Mohon tunggu...
Sarah muthia kirania
Sarah muthia kirania Mohon Tunggu... Mahasiswa

saya adalah mahasiswi di UIN Jakarta yang hobinya menulis, membaca, mencari riset dan juga hobi saya yang lain berkaitan dengan seni, saya suka sekali menggambar dan bermain alat musik yaitu gitar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Arus Pancasila Dalam Sejarah Bangsa Indonesia

27 September 2025   15:07 Diperbarui: 27 September 2025   15:07 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: id.wikipedia.org)

Saya Sarah muthia kirania mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dari program studi Jurnalistik ingin menanggapi isi dari buku Bab II dari mata kuliah Pendidikan Pancasila, yang telah dibahas oleh pemateri kelompok 2 yang di presentasikan secara daring menggunakan zoom pada tanggal 23 september 2025.

Sejarah perumusan Pancasila pada awalnya dilakukan dalam sidang BPUPKI pertama yang dilaksanakan pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945. BPUPKI dibentuk oleh Pemerintah Pendudukan Jepang pada 29 April 1945. BPUPKI dilantik oleh Letjen Kumakichi Harada, panglima tentara ke-16 Jepang di Jakarta, pada 28 Mei 1945.  sidang ini membahas tentang dasar negara, ada beberapa tokoh yang mengusulkan pendapat mereka masing-masing, meskipun memiliki perbedaan pendapat di antara mereka tidak mengurangi semangat persatuan dan kesatuan demi mewujudkan Indonesia merdeka. Sikap toleransi tersebut yang harus dijadikan contoh untuk generasi kita saat ini. Lalu dilanjut dengan sidang BPUPKI kedua pada 10 - 16 Juli 1945 yang membahas naskah "Pembukaan Hukum Dasar" atau yang dijuluki "Piagam Jakarta" selanjutnya di kemudian hari dijadikan "Pembukaan" UUD 1945, dengan sejumlah perubahan lainnya.

Saat Jepang takluk kepada sekutu karena peristiwa jatuhnya bom atom di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada 9 Agustus 1945. Sehari setelah peristiwa itu, 7 Agustus 1945, Pemerintah Pendudukan Jepang di Jakarta mengeluarkan maklumat yang disuruh untuk membentuk PPKI, dibentuk pada esok paginya 8 Agustus 1945. Dikarenakan kekuatan Jepang semakin lemah, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada 14 Agustus 1945. PPKI yang semula dibentuk Jepang karena Jepang sudah kalah dan tidak berkuasa lagi, maka para pemimpin nasional pada waktu itu segera mengambil keputusan politis yang penting. Keputusan politis penting itu berupa melepaskan diri dari bayang-bayang kekuasaan Jepang dan mempercepat rencana kemerdekaan bangsa Indonesia. 

Melalui jalan berliku, akhirnya dicetuskanlah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Teks kemerdekaan itu didiktekan oleh Moh. Hatta dan ditulis oleh Soekarno pada dini hari. Dengan demikian, naskah bersejarah teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia ini digagas dan ditulis oleh dua tokoh proklamator tersebut sehingga wajar jika mereka dinamakan Dwitunggal. 

(Sumber: Blogspot.com) 
(Sumber: Blogspot.com) 
Pada 18 Agustus 1945, PPKI bersidang untuk menentukan dan menegaskan posisi bangsa Indonesia dari semula bangsa terjajah menjadi bangsa yang merdeka. PPKI yang semula merupakan badan buatan pemerintah Jepang, sejak saat itu dianggap mandiri sebagai badan nasional. 

Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, Pancasila tidak hanya mengalami dinamika dalam pemahaman dan pelaksanaannya, tetapi juga menghadapi berbagai tantangan yang menggerus esensi dan urgensinya. Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia mengalami dinamika dan tantangan dalam perjalanan sejarahnya. Sejak pra-proklamasi hingga era reformasi, Pancasila sering mengalami pasang surut: pernah dipinggirkan, disalahgunakan sebagai legitimasi kekuasaan, hingga diabaikan dalam praktik berbangsa. Selain itu, esensi dan urgensi Pancasila semakin terancam oleh menurunnya pengetahuan masyarakat tentang sila-sila Pancasila, pengidentikan dengan ideologi lain, serta penyalahgunaan oleh rezim tertentu. Hal ini menegaskan perlunya penguatan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Pancasila agar tetap relevan dan menjadi landasan kokoh bagi masa depan bangsa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun