Mohon tunggu...
Hb. Sapto Nugroho
Hb. Sapto Nugroho Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup ini adalah Pikink ( Selalu senang dan bersyukur ), sementara tinggal di Tokyo

senang berbagi cerita

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kereta Miring

12 Februari 2012   11:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:45 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gunung adalah salah satu tempat tujuan untuk rekreasi.  Udara sejuk dan pemandangan yang luas memang membuat manusia bisa merasa rileks dan kadang menyadari betapa kecilnya manusia dalam alam ini. Biasanya jalan darat menuju puncak gunung bentuknya berkelok-kelok, ini semua dibuat supaya kendaraan bisa mencapai puncak ketinggian dengan selamat. Memang jadi terasa agak jauh.  Jalan menuju pegununganpun tidak bisa dibuat sebebas seperti jalan di perkotaan.  Lebar jalanpun kadang sangat terbatas, tidak jarang jalan menyempit di suatu tempat.  Jalan tanjakanpun harus dihitung sudut ketinggiannya supaya kendaraan bisa naik. Tidak semua puncak gunung bisa dicapai dengan kendaraan ( mobil ), ada gunung yang hanya bisa dicapai puncaknya dengan jalan kaki. Kegemaran naik gunung atau berada diatas gunung tidak mengenal usia, dari anak2 sampai orang tuapun senang sekali berada di puncak gunung.  Untuk anak2 muda, jalan kaki atau naik gunung tidak menjadi masalah, akan tetapi untuk anak2 kecil dan orang tua akan terasa enak kalau ada kendaraan yang bisa dinaiki sampai ke puncak gunung. Apalagi untuk wisatawan yang kadang hanya punya waktu sebentar, maka adanya kendaraan menuju puncak gunung akan sangat berguna. [caption id="attachment_170413" align="aligncenter" width="650" caption="Kereta kuat naik ke gunung ditarik dengan kabel , Lokasi Gunung Takao Tokyo, Jepang ( foto : Prijo Kusumo )"][/caption] Jenis kendaraan yang bisa mengangkut jumlah orang yang cukup banyak dan cukup ramah lingkungan serta tidak perlu memakan tempat adalah KERETA. Artinya kendaraan dengan menggunakan rel.  Persoalannya adalah kereta harus kuat naik,  serta dibuat jalan kereta tidak berkelok-kelok tetapi lurus dari bawah ke puncak gunung. Ini mengandaikan bahwa kereta harus naik terus dengan sudut ketinggian tertentu.  Untuk memenuhi kebutuhan ini maka di beberapa tempat wisata dibuat alat transportasi yang disebut "Cable Car" atau "kereta kabel". Kereta kabel ini memang naik keatas puncak gunung dengan sistem ditarik, ditarik dengan menggunakan kabel yang cukup besar. Kabel diikatkan dibagian bawah kereta. Kabel terbuat dari kabel baja berdiameter 42mm (empat puluh dua milimeter). Di tempat pemberhentian di atas ( station tujuan ) ada  roda yang berfungsi menggulung kabel, menggulung sambil menarik kereta dari bawah ke atas.  Untuk mencegah slip kabel maka dipakai sistem dua roda, satu roda penggulung utama dan satu roda pendukung. Roda penggulung kabel ini berdiameter 4.2m (empat koma dua meter ). [caption id="attachment_170414" align="alignleft" width="300" caption="Saat kereta yang turun berpapasan dengan kereta yang naik ( foto : Prijo Kusumo )"]

13290460951644462378
13290460951644462378
[/caption] Rel kereta yang dibuat adalah satu lajur ( satu track), akan tetapi di tengah2 lajur nenjadi dua kemudian satu lagi. Inilah yang cukup menarik, dalam sistem kereta kabel ini terdapat dua kereta yang selalu dalam posisi berkebalikan. Saat salah satu kereta berada dibawah, maka kereta yang lain berada di atas. Begitu satu kereta mulai ditarik keatas, kereta lainnya dalam waktu bersamaan mulai turun kebawah.  Rupanya, dua kereta ini seperti dua bandul yang terhubung dengan satu tali. Jadi tenaga untuk menarik ke atas kereta tidak hanya tenaga listrik yang menggerakan roda penggulung, tetapi daya berat kereta yang turun ke bawah juga ikut menarik. Begitu sebaliknya kereta yang naik ikut menahan laju kereta yang turun sehingga tetap meluncur ke bawah dengan pelan-pelan. Ada tiga tempat yang pernah saya kunjungi kereta kabel di Jepang yaitu di Hakone, Takao dan Rokko. Kali ini yang saya bahas detail adalah kereta kabel di Gunung Takao ( daerah Tokyo barat, sekitar 50 km dari pusat kota Tokyo ). Kereta kabel di Gunung Takao ini jarak atau panjang rel yang ada adalah 1000m ( 1 km ), masing2 kereta bisa mengangkut 135 orang.  Berat dari gerbong sendiri adalah 10.7 ton.   Sudut kemiringan relnya adalah 31 derajat. Karena posisi semua lajur rel kereta dalam posisi naik, maka gerbong kereta sendiri harus dibuat miring agar penumpang yang duduk di dalam tetap bisa duduk dengan tegak. Jadi posisi tempat duduk bertingkat, seperti tempat duduk dalam sebuah gedung pertunjukan bioskop atau gedung pertujunkan lain. Karena kereta ini hanya ditarik ( waktu naik ), dan dilepas pelan2 ( waktu turun ), maka tidak diperlukan pengemudi yang sebenarnya. Petugas yang ikut  hanya mengontrol pintu masuk serta komunikasi dengan pihak yang diatas bahwa sudah siap ditarik. Posisi pengemudi yang sesungguhnya adalah berada di station atas. Dengan adanya kereta kabel ini memang menjadi penambah daya tarik daerah wisata itu. Untuk memberikan gambaran sedikit, jarak 1000m ditempuh dalam waktu 6 menit ( kecepatan 10km/jam ).  Harga ticket untuk naik kereta ini satu kali jalan ( naik atau turun ) 470 yen, anak2 230 yen. Untuk naik dan turun 900 yen ( anak2 450 yen). Dengan pilihan ini bisa saja waktu naik gunung jalan kaki, dan waktu turun dari gunung karena capai bisa naik kereta. [caption id="attachment_170416" align="alignleft" width="275" caption="Berpose di depan Kereta yang benar2 miring ( foto : Sapto Nugroho )"]
13290461961020524684
13290461961020524684
[/caption] [caption id="attachment_170417" align="alignright" width="275" caption="Dalam kereta miring ( foto : Prijo Kusumo )"]
1329046356589071373
1329046356589071373
[/caption] DiIndonesia banyak tempat wisata pegunungan, untuk menambah daya tarik bisa juga dibuat semacam kereta kabel semacam ini. Selain di Jepang, di beberapa tempat di Eropa juga ada.  Bisa jadi dengan adanya kereta kabel ini masalah macet di jalan menuju puncak di Jawa barat bisa teratasi. Kalau jarak terlalu jauh mungkin juga dibuat beberapa buah kereta kabel, yang jelas ada solusi angkutan umum kereta untuk naik ke atas gunung atau pegunungan. Kata miring biasanya dipakai sebagai sebutan yang tidak biasa,  misalnya pendapatnya miring atau harganya miring. Akan tetapi kali ini kereta ini memang miring, dan orang melihatnya sebagai suatu yang biasa. [caption id="attachment_170418" align="aligncenter" width="589" caption="Rel ditengah tampak kabel yang untuk menarik serta rel menjadi dua ditengah2 saat kedua kereta bertemu ( foto : Prijo Kusumo )"]
13290464861364079013
13290464861364079013
[/caption] Selamat menikmati yang miring.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun