Mohon tunggu...
Sapar
Sapar Mohon Tunggu... Administrasi - Penggiat Demokrasi

sapar adalah penggiat Demokrasi mulai aktif dari kuliah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Proses, Bukan Hasil

2 Februari 2020   01:18 Diperbarui: 2 Februari 2020   01:27 895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Prasyaratnya adalah ikhtiar yang optimal dan do'a yang ikhlas. Hasilnya Allah yang akan menentukan. Ada yang luar biasa dalam memahami proses dan hasil. Hasil adalah konsekuensi logis dan tidak logis  dari proses yang diusahakan.Biasanya manusia kebanyakan menilai kesuksesan dari hasil yang didapat. 

Berapa banyak uang di bank, jumlah rumah, mobil yang memenuhi garasi atau luas perkebunan yang dimiliki. Penilaian logis atas keberhasilan seseorang dalam kacamata dunia. Namun, ternyata jauh lebih dalam daripada itu terdapat sebuah nilai yang dahsyat. Yaitu bahwa hasil positif dan negatif yang diberikan adalah sebuah ujian dan proses yang dijalankan yang dilihat oleh Allah.

Dalam kehidupan di dunia, tidak ada hasil akhir karena hasil dari sebuah proses merupakan awalan dari proses yang lain, dan begitu seterusnya hingga kematian menjemput. Oleh karena itu betapa beruntungnya manusia yang dinilai dari proses bukan hasilnya karena jika dinilai dari hasil, maka betapa malangnya semua orang miskin di dunia. Sudah tidak sukses di dunia, amalannya pun dinilai rendah. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga.

Ketika takdir ditetapkan atas diri seorang manusia, dasar pemahaman ini-lah yang membuatnya mampu mengimplementasikan sikap sabar dan syukur secara proporsional. Ketakutan dan harapan  pun berpadu dalam kerangka penghambaan yang luhur karena kesuksesan dunia itu dipergilirkan. 

Bersamaan dengan itu pula keimanan yang bersemayam mencapai titik kulminasi.Penilaian bukan dilakukan pada titik ekstrim atas dan bawah pada roda kehidupan, melainkan selama perputarannya menuju titik itu. Bagi seorang hamba yang memahami falsafah ini dengan benar, maka seperti tidak ada bedanya ketika ia berada di titik ekstrim manapun.

Dengan mengetahui bahwa penilaian terhadap hidup yang cuma sekali ini didasarkan pada proses maka, tiada hari tanpa melalaikan waktu. Karena proses adalah perjalanan waktu sedangkan hasil adalah waktu yang terhenti sejenak, mungkin hanya sepersekian detik saja. Sehingga produktivitas manusia akan mengalami progress yang menakjubkan.

Ikhtiar yang optimal telah dilakukan dengan memahami kedudukan proses terhadap hasil. Kini, tinggal menambahkan prasyarat kedua yaitu do'a yang ikhlas. Keikhlasan merupakan simbol penghambaan yang mendasar, bahwa Allah adalah penentu segala sesuatu. Do'a yang ikhlas bukan hanya permohonan atas sesuatu, melainkan karena itu adalah kebutuhan dasar manusia.

Manusia diciptakan dengan naluri untuk diayomi dan merasa tenang ketika ada yang menjaganya. Karena itulah manusia mutlak bermuamalah. Namun, manusia atau makhluk lain tidak akan pernah mampu memenuhi kebutuhan ini secara tuntas. Manusia membutuhkan pengayoman dan penjagaan setiap saat dan hanya ada satu yang mampu, Allah, Yang Maha Besar.

Profil singkat penulis:

SAPARUDDIN, S.Pd, Aktif di Pemantau Pemilu, menjabat sebagai Sekretaris Umum Komite Independen Pemantau Pemilu ( KIPP) Daerah Pasaman 2013-2016 dan Sebagai Ketua Umum Komite Independen Pemantau Pemilu ( KIPP) Daerah Pasaman 2016 -2019.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun