"Dicintai dan mencintai" adalah dua kata yang sama-sama berasal dr kata dasar "cinta". Yang satunya mendapat prefiks di- dan yang satunya lagi mendapatkan prefiks men-. Jadi teringat materi yang sempat saya ajarkan pada siswaku beberapa minggu yang lalu. Indikatornya tentang kalimat aktif dan kalimat pasif. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat prefiks di- maka kalimat tersebut adalah kalimat pasif. Dan kalimat yang di dalamnya terdapat prefiks men- maka kalimat tersebut termasuk kalimat aktif. Jika kata dicintai di masukkan dalam kalimat maka akan masuk dalam kategori kalimat pasif. Kata mencitai yang dimasukkan dalam kalimat akan bermetamorfosis menjadi kalimat aktif.
Sebatas itulah penjelasanku tentang kallimat aktif dan kalimat pasif. Kembali pada kata "dicintai dan mencintai". Jika dihadapkan pada sebuah pilihan yang mengharuskan untuk memilih salah satu diantara keduanya maka dengan tegas akan kupilih kata "dicintai". "Dicintai" maka diri kitalah yang menjadi objeknya, sementara "mencintai" berarti orang lain yang menjadi objeknya. Terdegar cukup egois memang.
Konsep "Dicintai" yang saya maksud di sini adalah ketika orang lain mencintaimu tapi kau tak merasakan hal yang sama. Sementara "mencintai" yang saya maksud di sini adalah suatu keadaan dimana kau menyukai seseorang tapi orang tersebut tak merasakan hal yang sama. Mungkin tepatnya cinta tak bersambut.
"Dicintai"adalah suatu keadaan yang membuat orang lain mencurahkan perhatiannya pada diri kita. Mereka akan berusaha tampil menawan di hadapan kita untuk memperoleh simpatik . Selalu sepenuh dan setulus hati memberikan kebahagiaan. Tak peduli objek tersebut merasakan hal yang sama atau tidak.
Begitupun sebaliknya dengan konsep "mencintai", yang menjadikan orang lain sebagai objeknya. Jika "dicintai" adalah "menerima banyak hal" maka mencintai adalah "memberikan banyak hal". Jika kau mencintai seseorang maka kau akan berusaha mencurahkan kasihmu padanya. Selalu ingin tahu tentangnya untuk memastikan bahwa dirinya dalam keadaan baik-baik saja. Selalu merasa cemas jika tahu dirinya sedang sakit meskipun itu cuma flu ringan.
Merasa melayang setiap kali dia menyapa meskipun cuma dengan kata "hai". Itu sudah lebih dari cukup untuk menepis anggapan bahwa sebenarnya dia tidak peduli padamu. Padahal kalau dipikir-pikir kata "hai" merupakan kata lumrah yang biasa dipakai untuk menyapa siapapun. Sama sekali bukan sapaan yang akan membuatmu spesial di matanya. Itulah ajaibnya mencintai. Hal-hal kecil dan tak bermakna pada kenyataannya membuat kita salah menafsirkan. Meski disakiti dan diabaikan selalu ada ruang untuk mempositivkan pikiran. "Ah mungkin dia lagi banyak masalah, ah mungkin pikirannya lagi kacau". Padahal sebenarnya memang benar dia tidak menganggapmu sebagai seseorang yang istimewah. Dia hanya menempatkanmu sebagai sahabat yang selalu ada setiap dia butuh.
Jika orang yang kau cintai tak mau bicara padamu maka hatimu akan galau memikirkan setiap kemungkinan yang menciptakan keadaan tersebut. Beda ketika orang yang mencintaimu yang tak menyapamu maka dengan entengnya kau akan berucap "kenapa lagi dia?" , hanya sebatas itu saja tanpa mau tahu apa penyebabnya.
Kembali pada kata "dicintai dan mencintai". Jika dihadapkan pada sebuah pilihan yang mengharuskan untuk memilih salah satu diantara keduanya maka dengan tegas akan kupilih kata "dicintai".
Namun alangkah lebih baik jika tak harus memilih diantara keduanya. Alangkah baiknya jika kita berada pada situasi "saling mencintai". Maka kita akan saling memberi dan menerima yang seutuhnya. Tak perlu tersakiti dan tak perlu menyakiti.
***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI