Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Satu Poin Mengapa Risma Lebih Baik dari Anies

13 Maret 2020   13:22 Diperbarui: 13 Maret 2020   13:39 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tri Rismaharini dan Anies Baswedan (Wartakota.Tribunnews)

Pemilihan Presiden 2024 memang masih beberapa tahun kedepan, akan tetapi genderang kontestasi akbar elit politik ini sedari lama hari telah digaungkan dengan publikasi hasil survey siapa-siapa saja sosok yang berpeluang menjadi calon Presiden menggantikan Jokowi kelak.

Dari hasil survey didapati beberapa kontestan, diantaranya Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, dan mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno.

Memang hasil dari beragam survey kiranya tidak perlu dibawa serius bukan saja karena terlampau prematur tanpa melihat peta politik yang ada saat ini dimana kemungkinan besar akan berkembang seiring momentum Pilpres 2024 kian dekat, melainkan pula seperti sebuah skenario yang mengada-ngada dan seolah sengaja diciptakan agar scope pilihan publik akan sosok yang cocok maju dalam Pilpres semakin mengerucut.

Sebagai gambaran ada hal yang menarik dan membuat Penulis tersenyum geleng-geleng kepala tatkala ada anggapan yang menyatakan seorang Anies Baswedan dianggap belum memiliki saingan yang seimbang untuk bisa maju mencalonkan diri sebagai Presiden selanjutnya.

Ckckck, luar biasa. Dibenak Penulis berpikir bagaimana mungkin seorang Anies Baswedan sampai tidak memiliki saingan dalam Pilpres 2024? Apakah dalam Pilpres 2024 nanti hanya nama Anies seorang tertera sebagai calon tunggal?

Apakah ada jaminan ada partai politik yang jauh-jauh hari menyuarakan mendukung Anies untuk 2024 nanti? Karena sampai saat ini partai-partai hanya menunjukkan gelagat ketertarikan didasari eksploitasi media terhadap Anies, akan tetapi mereka tidak dalam kapasitasnya berani menyuarakan mendukung Anies untuk Pilpres 2024.

Waktu memang cepat berlalu, namun tiga tahun berjalan menjelang penetapan siapa-siapa saja calon Presiden dan Wakil Presiden yang akan diusung oleh masing-masing koalisi pendukungnya adalah suatu proses yang panjang dan berbelit-belit. Keputusan akan siapa calon tidak serta merta dipilih layaknya main tebak-tebakan.

Di sisi lain, bagi Penulis pribadi menilai Anies Baswedan andai didukung sebagai calon Presiden maka hal tersebut merupakan sebuah langkah yang riskan dinilai dari track recordnya saat ini dalam memimpin Jakarta. Bahkan menurut Penulis, kualitas Anies belum seberapanya dari kepemimpinan seorang Tri Rismaharini.

Sebagai gambaran kecil saja, bagaimana ada perbedaan akan bagaimana Tri Rismaharini dan Anies Baswedan dalam menyingkapi penyebaran Coronavirus di wilayahnya masing-masing.

Kita bisa lihat, bagaimana Risma memerintahkan Dinas Kesehatan setempat untuk menyimpan persediaan masker dan baju khusus. Hal itu ia lakukan sebagaimana pengalamannya ketika menghadapi fenomena meletusnya Gunung Kelud.

Bahkan sebelum diumumkannya kasus positif corona di Indonesia, pembagian masker sudah didistribusikan ke Puskesmas dan Kelurahan pada bulan Januari lalu untuk kepentingan umum agar masyarakat dapat dengan mudah memperolehnya.

Lalu bagaimana dengan Anies Baswedan menyingkapi penyebaran Coronavirus? Disaat kelangkaan dan tingginya harga masker, Anies memilih mensosialisasikan cara mencuci tangan yang benar melalui penyuluhan Puskesmas setempat, peniadaan Car Free Day (CFD) selama 2 minggu kedepan, himbauan bagi umat Muslim yang akan menjalankan ibadah shalat Jum'at untuk membawa sajadah sendiri serta menghindari salaman dan cium pipi. Kesemua itu bertujuan untuk mewaspadai penyebaran virus corona tipe 2 atau SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19.

Menanggapi hal diatas bahwasanya begitu terlihat perbedaan mencolok akan bagaimana respon dari kedua sosok pemimpin dimana Risma lebih responsif dan sigap dalam membuat keputusan atau melakukan tindakan dalam menyingkapi suatu situasi yang mungkin terjadi berdasarkan pengalamannya memimpin. 

Sedangkan Anies, lebih kepada reaktif dimana ia membuat keputusan berdasarkan pertimbangan sepihak. Salah satu contohnya prihal umat Muslim yang akan menjalankan ibadah shalat Jum'at agar membawa sajadah sendiri serta himbauan untuk menghindari salaman dan cium pipi. 

Pertanyaannya, apakah Anies lupa dalam agama Islam bahwa ketika menjalankan shalat maka umat Islam akan melakukan wudhu terlebih dahulu sebagaimana aspek kebersihan diri merupakan salah satu syarat sempurnanya ibadah shalat?

Tentu kita semua tidak ingin Coronavirus menjadi epidemi di Indonesia. Gambaran diatas hanyalah sebagai perbandingan penilaian Penulis mengapa Risma lebih baik ketimbang Anies. Bukan pula penilaian anggaplah andai kata Coronavirus bergejolak pada suatu wilayah menyatakan bahwa pemerintah daerah setempat lalai dan minimnya kualitas dari seorang pemimpin.

Poin utama dari artikel ini ialah bagaimana reaksi dari sosok pemimpin menyingkapi suatu keadaan dimana hal tersebut menjadi pokok utama kelak bilamana mereka berpeluang untuk memimpin 257 juta penduduk Indonesia nantinya.

Sebagai penutup, apakah Anda yakin bahwasanya Anies belum ada pesaing seimbang? Atau mungkin saja, kualitas Anies masih dibawah jauh calon-calon yang ada lainnya. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun