Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hubungan Harmonis Jokowi-Prabowo yang Serba Tanda Tanya

29 Oktober 2019   11:27 Diperbarui: 29 Oktober 2019   11:50 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi dan Prabowo (kompas)

Mengingat betapa panasnya tensi politik pada perhelatan Pemilihan Presiden 2019 lalu, kiranya tak seorang pun yang menduga bahwa Prabowo dan Edhy Prabowo yang mewakili Partai Gerindra akan berkonsiliasi dengan pemerintahan Jokowi.

Sikap Prabowo yang dinilai dadakan putar haluan bahkan tak segan untuk meninggalkan dukungan partai dan para relawan yang memperjuangkannya pun tak mengherankan bilamana menimbulkan pertanyaan baik di kedua belah pihak. 

Mengapa Prabowo sampai hati melakukannya, apa maksud tujuannya, dan apakah Prabowo secara tulus ingin berjuang bersama dengan Jokowi, semua itu masih menjadi teka-teki besar. 

Mengapa Jokowi mau menerima Prabowo, mengapa partai Gerindra seolah ketiban durian runtuh dengan dua pos menteri, hingga partai koalisi yang adem ayem prihal bergabungnya Prabowo ke pemerintahan, kian menambah rasa penasaran publik dengan apa yang terjadi di balik layar.

Ya dengan hadirnya Partai Gerindra ke dalam oposisi memang menjadikan mereka tahu betul internal serta sepak terjak pemerintahan Jokowi. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri kehadiran Partai Gerindra di kubu Jokowi otomatis dapat menjadikan mereka sasaran kritikan maupun bentuk ketidakpuasan terhadap pemerintah kelak nanti.

Kekecewaan oleh publik jelas tergambarkan, akan tetapi kekecewaan ini bukanlah serta merta menggambarkan bahwa keseluruhan masyarakat Indonesia menolak mentah-mentah kemesraan antara Jokowi dan Prabowo. 

Toh andaikan situasi politik Indonesia tidak bergejolak maka Penulis rasa mayoritas publik tidak ikutserta ribut mempermasalahkannya, justru mereka akan lebih fokus memikirkan keberlangsungan hidup mereka.

Menurut Penulis kekecewaan ini lebih terfokus kepada mereka para pendukung fanatik masing-masing tokoh. Mereka yang tergabung dalam "para barisan sakit hati" jelas akan sulit menerima realita yang terjadi sekarang. 

Bagi mereka politik layaknya air dan minyak yang tidak bisa dipersatukan, walau nyatanya hadirnya "detergen" mampu menepis pemikiran tersebut. Maka yang menjadi misteri adalah siapakah sosok detergen tersebut?

Lepas dari itu semua, mungkin khalayak umum lupa bahwa hubungan antara Jokowi dan Prabowo berlangsung baik. Momentum pasca Pemilihan Presiden 2014 bisa menjadi gambaran bahwa sebenarnya tidak ada polemik diantara mereka berdua. 

Justru atmosfer politik yang memanas saat Pemilihan Presiden berlangsung yang seolah mempersepsikan Jokowi dan Prabowo tidak akur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun