Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Artikel Utama

Suara Sumbang di Bekraf Game Prime 2019

13 Juli 2019   17:10 Diperbarui: 14 Juli 2019   10:37 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antrian pengunjung Bekraf Game Prime 2019 (dokpri)

Bertempat di Gedung Balai Kartini Jakarta Selatan, ajang terbesar industri gim di Indonesia atau Bekraf Game Prime 2019 baru saja digelar pada 13 dan 14 Juli 2019. Penulis sebagai seorang yang "enthusiast" terhadap dunia gim dan eSports tentu tidak akan melewatkan event tersebut. 

Selain pribadi berkeinginan hadir melihat bagaimana event berlangsung dan mencari tahu seberapa jauh prospek industri gim tanah air, Penulis pun punya agenda lain yaitu mencari materi menarik untuk ditulis di Kompasiana.

Suasana keramaian Bekraf Game Prime 2019 (dokpri)
Suasana keramaian Bekraf Game Prime 2019 (dokpri)

Singkat cerita, Penulis hadir nih di hari pertama event Bekraf Game Prime 2019. Antusias pengunjung yang datang Penulis amati nampak cukup besar, walau tak berlangsung lama terjadi antrian lumayan panjang untuk proses registrasi masuk menuju area event.

Sesampainya didalam area event suasana yang tidak berbeda jauh layaknya tahun lalu dimana jejeran booth berbaris rapih menghiasi luasnya hall utama, hanya lokasi mini competition "eSports" Mobile Legend yang kini berada di sebelah kiri koridor dan ketidakikutsertaan booth komik lokal.

Jika membandingkan jumlah banyak booth yang mengikuti event ini Penulis amati masih banyak, tercatat dalam pamphlet yang diberikan saat event sekitar 70 booth berpartisipasi baik developer gim lokal, developer gim indie, komunitas, dan sebagainya.

Barisan booth menghiasi hall utama (dokpri)
Barisan booth menghiasi hall utama (dokpri)

Seperti biasa Penulis mengawali rutinitas dengan mengelilingi area untuk melihat-lihat sejenak objek mana yang menarik. Setelah mengunjungi beberapa booth dan menggali informasi dari gim yang gratis pengunjung coba, rasa penasaran Penulis pun timbul.

Dari penelusuran Penulis memintai pendapat beberapa pihak dari developer gim indie diketahui bahwa hingga saat ini mereka masih kesulitan untuk mengembangkan produk atau gim-nya ke tingkat lebih lanjut (pemasaran). 

Hal ini tentu menjadi pertanyaan besar, loh kok kenapa bisa? Bukannya ajang Bekraf Game Prime ini ditujukan sebagai ajang unjuk gigi "mempromosikan" gim-gim buatan lokal? Bukannya market untuk memasarkan produk gim mereka tersedia, contoh di mobile ada Apps Store (iOs) dan Play Store (Android), Steam (PC), dan lain sebagainya?

Para developer gim indie umum sepakat bahwa ajang Bekraf Game Prime walau berlangsung setahun sekali sebagai salah satu upaya agar mereka bisa mempromosikan produk gim. Akan tetapi fokus mereka tentu bukan terbatas kepada seberapa besar antusiasme penggemar gim (pengunjung) mencoba produk mereka. 

Sebagai developer gim indie mereka tentu terbatas pada resource "modal" untuk bagaimana memperkenalkan produk gim mereka secara luas, dan untuk itu mereka membutuhkan peran "publisher" atau istilah mudahnya peran promotor.

Sebagaimana anda ketahui dalam konteks bisnis, promosi merupakan bagian krusial dalam hidup matinya produk dan bagian yang membutuhkan biaya sangat besar. Kembali jika melihat kapasitas dari sebuah developer gim indie maka jangan ditanya, mereka hidup dengan serba keterbatasan.

Dibandingkan developer gim lokal maupun luar yang telah besar dan dikenal publik (dalam kapasitasnya berpengalaman dan punya modal yang besar), mereka (developer gim indie) tentu sulit untuk membiayai besaran biaya promosi produk gim agar dikenal secara luas. Salah-salah langkah dalam menyusun strategi maka habislah mereka. 

Ibarat sebuah apps yang hanya jadi penghias di market store tetapi sedikit sekali yang mengunduhnya, beberapa developer gim indie pun pernah merasakan betapa pahitnya pengalaman tersebut dimana produk gim jadi mereka gagal di pasaran karena tidak ada strategi pemasaran yang baik. 

Sayangnya lagi dalam ajang Bekraf Game Prime 2019 kali ini, kesempatan untuk bertemu para publisher lokal maupun luar negeri seakan ditiadakan. Tidak seperti tahun lalu (2018) dimana mereka diberikan kesempatan untuk mempresentasikan produk gim mereka kepada publisher lokal maupun luar selain kepada publik.

Alhasil ada pula developer gim indie yang memutar otak dengan mengikuti ajang serupa di negeri tetangga untuk mencari peluang bertemu publisher yang mau memasarkan produk gim mereka buat. Beruntung buat mereka, sebuah publisher tertarik memasarkan produk gimnya. Namun bagaimana nasib developer gim indie yang lain, apakah mereka juga perlu jauh-jauh ke negeri seberang pula demi menemukan publisher?

Diantara sulitnya sumber pendanaan (modal) dan rumitnya langkah pemasaran, menanti pekerjaan rumah industri gim tanah air yang lain. Para developer gim indie merasakan mereka seolah berjalan sendiri tanpa panduan yang jelas. 

Komunikasi antara Bekraf dan developer gim hanya sebatas informasi akan adanya event Game Prime, tetapi tidak ada komunikasi berkesinambungan yang dapat membantu developer gim untuk bisa berkembang. 

Sebagaimana contoh pemerintah Korea Selatan punya peran dibalik industri K-Pop yang mendunia. Jika pemerintah pusat mendorong untuk mengembangkan industri kreatif tanah air, bukankah Bekraf seharusnya pula "all out" menyangkut hal ini? 

Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun