Mohon tunggu...
San Ridwan Maulana
San Ridwan Maulana Mohon Tunggu... Dosen, ASN Kemenag RI

Ketua IPARI (Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia) Kota Tangerang Selatan, Wasekjend DPP PK-Tren Indonesia, Pengurus DPW ISNU Banten, Pengurus DPP Majelis Dai Kebangsaan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Wudhu, Sholat, dan Doa: Sebuah Korelasi Indah dalam Ibadah

9 Agustus 2025   07:26 Diperbarui: 9 Agustus 2025   07:26 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nasihat yang saya sampaikan merupakan perumpamaan populer yang sering digunakan dalam ceramah dan nasihat spiritual. 

Wudhu, Sholat, dan Doa: Sebuah Korelasi Indah dalam Ibadah

Nasihat bijak yang berbunyi, "Ketika wudhu jadilah seperti pemuda, ketika sholat jadilah orang tua yang khusyuk tenang, dan ketika berdoa jadilah anak kecil yang merengek nangis," bukan sekadar rangkaian kata-kata indah. Nasihat ini merupakan perumpamaan populer yang menggambarkan korelasi antara tiga ibadah fundamental dalam Islam. Ketiganya membentuk sebuah siklus yang mengajarkan kita tentang sikap dan mentalitas yang seharusnya kita bawa saat menghadap Sang Pencipta.

Wudhu: Mengawali dengan Semangat Pemuda

Sebagai pintu gerbang menuju sholat, wudhu adalah simbol kesucian dan persiapan. Analogi menjadi "seperti pemuda" saat berwudhu mengajarkan kita tentang semangat dan ketangkasan. Pemuda identik dengan energi, gerakan yang mantap, dan ketulusan dalam melakukan sesuatu. Wudhu harus dilakukan dengan penuh kesadaran, tidak bermalas-malasan, dan penuh antusiasme, seolah-olah kita sangat bersemangat untuk segera bertemu dengan Allah. Konsep ini sesuai dengan semangat dalam hadis yang menganjurkan kesempurnaan wudhu.

Hadis riwayat Imam Muslim: tentang keutamaan menyempurnakan wudhu, yang menunjukkan bahwa wudhu bukan sekadar rutinitas, tetapi awal dari ibadah yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Sholat: Kedewasaan dan Ketenangan Seorang Orang Tua

Setelah bersuci dengan semangat pemuda, kita memasuki sholat dengan sikap yang berbeda, yaitu "seperti orang tua yang khusyuk tenang." Orang tua yang bijaksana telah melewati berbagai badai kehidupan, sehingga mereka memiliki ketenangan dan kematangan emosional. Mereka tidak terburu-buru, melainkan melakukan segala sesuatu dengan penuh pertimbangan. Dalam sholat, sikap ini berarti kita harus melakukannya dengan khusyuk, tenang, dan tidak tergesa-gesa.

Al-Ghazali, Abu Hamid. Ihya' 'Ulumiddin. Jilid 1. Kitab rahasia-rahasia sholat. Al-Ghazali sangat menekankan pentingnya khusyuk sebagai ruh dari sholat, di mana hati dan pikiran harus fokus sepenuhnya kepada Allah.

Doa: Kepolosan dan Kerendahan Hati Seorang Anak Kecil

Puncak dari siklus ini adalah doa. Setelah beribadah dengan penuh kesadaran dan ketenangan, kita diajak untuk "menjadi seperti anak kecil yang merengek nangis." Anak kecil memiliki sifat polos, jujur, dan tidak berjarak dengan orang tuanya. Saat mereka merengek, mereka menunjukkan ketergantungan total dan keyakinan mutlak bahwa hanya orang tuanya yang bisa memenuhi kebutuhannya. Dalam berdoa, kita diajarkan untuk merendahkan diri serendah-rendahnya di hadapan Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun