Mohon tunggu...
San Ridwan Maulana
San Ridwan Maulana Mohon Tunggu... Dosen, ASN Kemenag RI

Ketua IPARI (Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia) Kota Tangerang Selatan, Wasekjend DPP PK-Tren Indonesia, Pengurus DPW ISNU Banten, Pengurus DPP Majelis Dai Kebangsaan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Dari Mimbar ke TikTok, dari Pesantren ke Podcast: Evolusi Dakwah Digital Penyuluh Agama Islam

23 Juli 2025   13:24 Diperbarui: 23 Juli 2025   13:24 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dari Mimbar ke TikTok, dari Pesantren ke Podcast: Evolusi Dakwah Digital Penyuluh Agama Islam

Di tengah transformasi sosial dan revolusi digital, penyuluh agama Islam beradaptasi bukan hanya dalam metode, tetapi juga dalam cara memaknai peran dakwah. Khutbah tradisional di mimbar kini bergeser ke reels TikTok yang berisi hikmah pendek. Pesantren sebagai pusat spiritual kini "berbicara" melalui podcast reflektif yang membahas cinta, healing, dan makna hidup dari sudut Islam. Penyuluh telah bermetamorfosis: dari pengajar keagamaan menjadi kurator nilai, kreator konten spiritual, dan narator moderasi beragama.

Generasi Z merespon spiritualitas melalui pengalaman personal dan estetik digital. Mereka mencari bukan hanya dalil, tetapi juga makna yang menyentuh dan membumi. Di sinilah penyuluh mengambil peran baru: menggunakan lensa pesantren untuk menjawab pertanyaan eksistensial yang dikemas ringan namun mendalam.

Dalam Iy' 'Ulm al-Dn, Imam al-Ghazl menekankan pentingnya ta'lm bil l---pengajaran melalui contoh hidup dan pengalaman batin, bukan sekadar retorika. Semangat ini tercermin dalam podcast Islami yang mengajak pendengar merenungi makna sabar, ikhlas, dan cinta dalam bentuk narasi, bukan nasihat formal. Al-Ghazl menulis:  

"Ilmu tanpa amal adalah kegilaan, amal tanpa ilmu adalah kesia-siaan."  

Konten digital penyuluh menjadi titik temu antara ilmu (pesan) dan amal (interaksi digital).

Sementara itu, Ibn 'A'illah dalam al-ikam menyatakan:  

 "Sesuatu yang berasal dari hati akan sampai ke hati."  

kutipan ini relevan dalam praktik dakwah digital, di mana keaslian dan keikhlasan dalam menyampaikan pesan spiritual lebih diutamakan daripada kemasan yang viral semata.

Dari perspektif Barat, Marshall McLuhan---pakar media komunikasi---menyatakan bahwa "The medium is the message." Artinya, cara penyampaian pesan memengaruhi makna itu sendiri. Penyuluh era digital tak hanya merancang isi dakwah, tapi juga memilih medium dengan bijak: dari story Instagram, desain infografik, hingga suara dalam podcast. Mereka sadar bahwa format bukan sekadar wadah, tapi juga bagian dari substansi spiritual.

Di ranah sosiologi, Zygmunt Bauman memperkenalkan konsep "liquid modernity"---zaman yang cair, di mana identitas dan nilai terus berubah. Penyuluh dalam konteks ini bukan lagi penjaga tradisi yang statis, tapi fasilitator nilai yang lentur dan inklusif. Mereka menjawab kegelisahan anak muda lewat dakwah yang reflektif, tidak menghakimi, dan membuka ruang dialog.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun