Khidmatuna Syarafun Lana
Pengabdian Itu Bukan Tugas Biasa
Di tengah semakin kompleksnya tugas penyuluh agama, satu kalimat sederhana menyimpan makna besar: Khidmatuna syarafun lana---pengabdian adalah kemuliaan kami.
Ungkapan ini bukan sekadar semboyan. Ia adalah napas spiritual, warisan para ulama, dan wajah sejati dari profesi yang sering kali luput dari sorotan media. Di balik laporan moderasi, pendampingan keluarga, dan forum lintas iman, penyuluh hadir sebagai pelayan ruhani masyarakat. Diam-diam, tapi penuh makna.
Dalam pandangan Nabi Muhammad , pelayan umat bukanlah sosok yang hina. Justru, beliau bersabda, "Pemimpin terbaik adalah pelayan kaumnya." Pesan ini direkam dalam berbagai karya hadis seperti Tabaqat Ibnu Sa'ad, dan menjadi fondasi etika pengabdian bagi generasi setelahnya.
Imam Al-Ghazali, dalam mahakarya Ihya Ulumuddin, menyebutkan bahwa pengabdian kepada ilmu dan masyarakat adalah jalan menuju kemuliaan ruhani. Niat ikhlas dalam khidmah akan membuka pintu keberkahan, bahkan lebih bernilai daripada sekadar amal yang tampak megah. Ibn 'Athaillah menambahkan lewat Al-Hikam, bahwa kemuliaan sejati adalah milik mereka yang tak mencari pujian dalam pelayanannya.
Hari ini, penyuluh agama berdiri di tengah perubahan zaman. Mereka tak hanya hadir di mimbar atau majelis taklim, tetapi juga menjawab konsultasi lewat WhatsApp, membimbing siswa lewat Google Form, hingga menciptakan konten dakwah di media sosial. Di sisi lain, mereka menghadapi stigma, beban kerja yang tak ringan, dan kesenjangan pemahaman dari masyarakat. Namun justru di titik itulah khidmah menemukan cahayanya.
Imam Al-Mawardi dalam Adab ad-Dunya wa ad-Din menuliskan bahwa pelayan masyarakat sejatinya adalah penjaga moral publik. Mereka bukan hanya menyampaikan hukum, tapi memulihkan harapan. Ibn Khaldun pun menempatkan ulama sebagai agen pembangun peradaban---bukan sekadar ilmuwan, tapi pemikul beban sosial.
Di antara tawa anak-anak yang dibimbing, air mata warga yang ditenangkan, dan peluh yang jatuh tanpa terlihat, penyuluh terus berjalan. Mereka tak menuntut panggung. Mereka cukup tahu bahwa khidmah yang dijalani dengan cinta, sabar, dan istiqamah adalah bentuk kemuliaan itu sendiri.
Sebagaimana dikatakan Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, "Siapa yang khidmah di jalan Allah, maka Allah akan bukakan untuknya pintu keberkahan." Maka tak berlebihan jika kita menyebut penyuluh sebagai penjaga ruh bangsa. Di tangan mereka, agama bukan sekadar ajaran, tapi cahaya hidup.
Pengabdian seperti ini tidak perlu pangkat. Ia hanya butuh hati. Dan satu tekad: Khidmatuna syarafun lana.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI