Mohon tunggu...
Sania Rizkia
Sania Rizkia Mohon Tunggu... Mahasiswa

Sedikit tentang saya. Terlihat mudah bergaul, namun sebenarnya lebih nyaman menjadi pendengar dan pengamat.

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Antara Puas dan Kurang, Begini Cerita Siswa SMA Tentang Program MBG

6 Oktober 2025   23:41 Diperbarui: 6 Oktober 2025   23:41 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bandung. Sumber ilustrasi: via KOMPAS.com/Rio Kuswandi

Di balik hiruk pikuk kegiatan sekolah dan tugas yang terus berdatangan, ada sekelompok siswa yang mendapat perhatian khusus melalui program Makan Bergizi atau MBG. Program ini hadir sebagai bentuk kepedulian sekolah terhadap kesehatan dan semangat belajar siswanya. Namun, tidak semua penerima merasakan hal yang sama. Dua siswa kelas 11 di salah satu SMA Negeri di Bandung, Nashaira dan Rani, berbagi pengalaman mereka tentang program ini ada yang merasa sangat terbantu, ada pula yang menilai masih perlu perbaikan.

Rani mengaku sudah menjadi penerima program MBG sejak awal kelas 11, bahkan kemungkinan dimulai sejak akhir semester 2 di kelas 10. Ia tampak antusias saat bercerita tentang pengalamannya. "Biasanya dapat nasi, lauk, sayur, sama buah. Rasanya lumayan enak dan menyehatkan juga," ujarnya dengan senyum lebar. Ia merasa terbantu karena tidak selalu sempat sarapan di rumah. Program MBG membuatnya lebih fokus dan bersemangat saat belajar di pagi hari. Menurut Rani, perhatian kecil seperti ini sangat berarti bagi siswa yang memiliki jadwal padat di sekolah.

Sementara itu, Nashaira punya pandangan yang sedikit berbeda. Ia tetap menghargai niat baik dari sekolah dan pihak penyelenggara program, tetapi merasa ada hal yang masih bisa diperbaiki. "Kadang makanannya udah agak dingin pas dibagikan, terus menunya sering sama," katanya jujur. Meski begitu, Nashaira tetap bersyukur karena program MBG membantu banyak siswa, terutama yang jarang membawa bekal dari rumah. Ia juga berharap ke depannya menu MBG bisa lebih bervariasi supaya para penerima tidak cepat bosan. 

Bagi sebagian siswa, program MBG menjadi waktu yang ditunggu-tunggu karena bisa makan bersama teman-teman di sela pelajaran. Namun, ada juga yang sempat merasa malu karena takut dikira mendapat bantuan khusus. Rani menanggapi hal ini dengan santai. "Menurut aku nggak perlu malu, soalnya semua orang juga butuh makan bergizi," katanya yakin. Orang tua mereka pun memberikan tanggapan positif. Keluarga Rani merasa senang karena anaknya mendapat tambahan gizi di sekolah, sedangkan orang tua Nashaira berharap pihak sekolah bisa bekerja sama dengan katering yang lebih profesional agar kualitas makanan semakin baik.

Baik Nashaira maupun Rani sepakat bahwa program MBG bukan hanya tentang makanan, tetapi juga tentang perhatian sekolah terhadap kesejahteraan siswa. Mereka berharap program ini bisa dilengkapi dengan edukasi gizi agar siswa memahami pentingnya pola makan sehat. "Kalau tahu manfaatnya, kita jadi lebih sadar buat pilih makanan yang baik," ujar Nashaira. Meski berbeda pengalaman, keduanya sependapat bahwa MBG membawa dampak positif bagi semangat belajar di sekolah. Program MBG mungkin belum sempurna, tapi perhatian kecil seperti ini terbukti mampu memberikan energi besar bagi siswa. Karena pada akhirnya, belajar dengan perut kenyang dan hati senang selalu jadi kombinasi terbaik untuk meraih prestasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun