Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis & Content Writer

Lisan Terbang, Tulisan Menetap

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Reuni Alumni 87 Saliwa: Merajut Lagi Kebersamaan Setelah 35 Tahun

23 Juni 2022   09:45 Diperbarui: 23 Juni 2022   10:16 1069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alumni SMPN 152 Sunter Jaya berencana menggelar acara reuni 35 tahun/facebook ALUMNI SMPN 152 JAKARTA ANGKATAN 1987

"Seperti usia seragam sekolah yang sudah berumur 35 tahun, rajutan kain di seragam itu pasti sudah banyak yang terputus karena rapuh dimakan lamanya usia. Dipastikan juga, seragam itu bahkan tak ada lagi karena mungkin sudah koyak, bolong disana-sini, terbakar, hanyut dibawa air atau si pemilik sudah lupa meletakan dimana seragam itu."


Sama halnya seperti seragam sekolah yang berumur 35 tahun, begitu juga dengan jarak waktu kelulusan saya dan teman-teman seangkatan yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), dahulu disebut SLTP, tentu sudah sangat lama bukan! Ya, kerena itu sama saja dengan hitungan waktu lebih dari 3 dekade atau mau nyaris ke setengah abad.

35 tahun lalu, saya dan teman-teman seangkatan duduk bersama di SMPN 152. Sekolah itu hingga kini masih terletak di daerah Sunter Jaya, Jakarta Utara dan beruntung tidak berpindah lokasi seperti sekolah lain yang mungkin nasibnya kurang baik, digusur atau dipindahkan.

Dulu waktu masih pulang-pergi ke sekolah, saya khususnya, masih ingat betul bagaimana suasana yang ada di sekitaran sekolah. Kalau kita berangkat dari arah perumahan elite Sunter Mas, kita akan memasuki gang-gang kecil yang padat rumah. Nah, di dekat sekolah banyak terdapat sentra-sentra pengrajin tahu dan tempe. Sehingga aroma yang tercium sangat khas di wilayah itu, yakni bau limbah dari proses pembuatan tahu-tempe.

Namun, jika kita mengambil jalan dari jalan utama, suasana yang kita dapati akan berbeda. Kita tidak terlalu menghirup aroma limbah tahu-tempe, karena di jalan raya yang menghubungkan antara jembatan Bendungan Dempet ke perumahan Depkes dan lainnya, sudah terdapat banyak rumah warga dan deretan warung serta toko.

Didekat sekolah terdapat juga  Puskesmas dan Kantor Kelurahan. Di sebelah sekolah, (kalau belum digusur atau masih ada) terdapat sekolah swasta bernama Giki (Gita Kirti). Agak bergeser lagi, terdapat semacam lahan kosong berbentuk rawa. Disitu masih banyak ditumbuhi tanaman rawa seperti eceng gondok dan sebagainya.

Pada masa itu (antara tahun 1984-1987), untuk mencapai sekolah banyak sekali teman-teman seangkatan yang masih menggunakan kendaraan umum seperti Metro Mini, Mikrolet, bajaj bahkan becak. Kala itu yang naik kendaraan pribadi memang ada, tapi hanya beberapa saja. Tetapi jangan harap bisa 'order' Ojek Online (Ojol) saat itu, karena memang belum ada. Sebab bagi kita sebagai generasi Baby Boomers, saat itu belum merasakan bagaimana sekolah dengan memakai handphone. Jangankan memakainya, mengingat atau membayangkan seperti apa itu wujud handphone pun belum ada dalam benak kita semua.

Untuk keperluan komunikasi di masa itu kita hanya menggunakan telepon umum, atau bagi orangtuanya yang berkecukupan mereka menggunakan telepon di rumah masing-masing.

Sementara itu jika bernostalgia lagi pada masa sekolah di era 80-an, uang jajan yang diberikan ortu pun tergolong masih sangat kecil, jika dibandingkan dengan uang jajan anak atau cucu-cucu kita saat ini.

Aneka jajanan semasa SMP di era itu pun tak seperti saat ini. Kalau anak-anak sekarang bisa jajan kentang goreng, sosis bakar atau jajanan kekinian, anak-anak SMP era 'Duran-Duran' jajannya ya nggak seperti saat ini. Anak-anak SMP di masa itu memang tidak banyak dihadapkan sama pilihan kuliner yang variatif seperti saat ini.

Barangkali kalaupun ada yang sudah dibekali makanan oleh orangtuanya seperti fried chicken, burger ke dalam tas sekolahnya, itu pun bisa diketahui siapa dia. Ya, mereka tentunya yang memiliki orangtua dengan karir serta jabatan yang tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun