Kebahagiaan penonton menjadi kemenangan bagi pembicara. Senyuman mereka sebagai hadiah termahal dalam suatu pertunjukan.Â
Tidak ada alasan bagi pembicara untuk menolak kenyataan bahwa penonton menjadi salah satu bagian terpenting dalam acara mereka. Sebab, menjadi seorang pembicara bukanlah ajang perlombaan membentuk tubuh agar bagus dipandang mata penonton atau perlombaan menguras uang untuk membeli asesoris mewah agar memuaskan mata penonton.Â
Bagi penonton, isi materi dan cara penyampaiannya dari pembicara menjadi penilaian tertinggi di samping segala asesoris mahal serta bentuk tubuh yang bagus.
Senyuman juga dapat menjadi jebakan bagi para pembicara. Sebagian pembicara terperangkap dalam senyuman penonton, lalu mereka cepat berpuas diri dan menjadi malas berlatih untuk menyiapkan materi lainnya. Padahal, senyuman penonton bisa saja penuh kepalsuan agar tidak ingin melukai perasaan sang pembicara.
Lagipula, senyuman itu termasuk jenis visualisasi atau gambar benda yang ditangkap oleh mata. Artinya, mata hanya menangkap gambar bibir merekah yang disebut senyuman tanpa mampu memaknai ketulusan dari senyuman itu.Â
Selanjutnya, mata mengirimkan gambar wajah tersenyum untuk menipu pikiran. Maka dari itu, seorang pembicara harus tetap rendah hati dan tidak mudah terpancing untuk berpuas diri hanya karena banyak orang yang tersenyum usai selesai acara.
Lantas bagaimana cara untuk mengukir senyuman penonton yang nyata dan penuh ketulusan?Â
Ada empat cara sederhana yang harus diingat para pembicara sebelum tampil di atas panggung.
1. Jangan Pergi ke Hutan Tanpa Peta
Setiap lokasi pertunjukan, baik itu online maupun offline, semuanya harus dianggap sama oleh pembicara.Â