Mohon tunggu...
Dharma Sandy
Dharma Sandy Mohon Tunggu... Novelis - Dharma

Menulis untuk berbagi kisah dalam dari hati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Balada Cinta Segi

1 Juni 2019   14:38 Diperbarui: 1 Juni 2019   14:40 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Hei San. Ada surat lagi nih untukmu." Ujar Andre mendekati yang duduk dibawah pohon palem dihalaman sekolah.

"Dari siapa?" jawabku sambil meneguk air dari sebotol minuman yang Aku bawa dari rumah. Andre tak menjawab, wajahnya muram, pasti itu surat dari orang yang sama, yang selama ini mengirimkan surat cintanya padaku, walau Aku cenderung mengabaikannya, bahkan tak pernah kubalas sama sekali, Dia adalah Devi, anak kelas dua IPS.

Devi ialah anak kelas dua IPS. Sudah lama dari kabar burung yang beredar kalau Ia menaruh hati padaku, bahkan sudah bukan menjadi rahasia umum lagi, semua orang tahu akan hal itu, bahkan rumput yang bergoyangpun mengerti akan hal itu.

Namun, disisi lain Devi adalah wanita yang selama ini dikagumi dan disukai oleh Andre sahabat karibku, Ia tak pernah bosan memuji-muji kecantikan Devi. Walaupun Ia sendiri telah sering kali dipermalukan oleh Devi didepan umum namun tak lantas membuatnya kecewa dan melupakan rasa yang dimilikinya kepada Devi, justru katanya semakin besar dan terus membesar.

Disisi lain Aku selalu mengharapkan kedatangan seseorang yang selama ini kukagumi, yakni Serli, dia juga merupakan anak kelas dua IPS, bahkan Ia adalah sahabat karib dari Devi, sama sepertiku dan Andre yang telah bersahabat sejak lama, namun, Serli lebih mencintai Andre daripada Aku, Aku terus saja Ia abaikan, tak pernah dianggap, bahkan Ia merasa tak pernah mengenalku. Alangkah sulitnya situasi ini, dimana Aku menyukai seseorang yang mencintai sahabatku, sahabatku mencintai seseorang yang mencintaiku, sungguh berat cinta segiempat yang Kami jalani saat ini.

"Sudahlah Kau saja yang membacanya, mungkin dengan itu akan membuatmu bahagia." Ujarku.

"Jika Aku yang membacanya bukan kebahagiaan yang akan kudapatkan, justru hatiku akan semakin hancur, saat tahu Dia begitu memujimu, cukuplah Aku mencintainya dengan caraku seperti ini, dengan selalu memperhatikan Dia dari kejauhan, memandangnya tanpa dipandang, mengaguminya tanpa dikagumi." Ucapnya dengan tatapan penuh harapan akan cintanya.

"Sama, seperti itulah saat Aku tahu kalau Serli sangat begitu mengagumimu, bahkan namamulah yang tertulis dibuku hariannya, namamulah yang selalu Ia sebut dalam doanya."

"Tapi. Kamu tahukan kalau Aku tidak ada rasa dengannya, bahkan Kamu juga tahu betapa Aku mencintai Devi." Balasnya.

"Aku tahu.." jawabku memejamkan mata.

Dalam keadaan mata terpejam, Aku membayangkan bagaimana jika keadaan ini berubah seratus delapan puluh derajat, pasti alangkah bahagianya diri ini, Aku akan bahagia dengan seseorang yang selama ini Aku cintai, dan Aku tak perlu menyakiti hati sahabatku saat Ia tahu kalau seseorang yang Ia cintai mengiramkan surat cintanya padaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun