Mohon tunggu...
Sandra Suryadana
Sandra Suryadana Mohon Tunggu... Dokter - 30 tahun lebih menjadi perempuan Indonesia

Memimpikan Indonesia yang aman bagi perempuan dan anak-anak. More of me: https://sandrasuryadana.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dari Parkland ke Washington DC, Menuntut Pengendalian Senjata

26 Februari 2018   16:42 Diperbarui: 27 Februari 2018   11:05 995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: (AP Photo/ J Scott Applewhite)

14 Februari 2018, terjadi penembakan massal di Marjorie Stoneman Douglas High School di Parkland, Florida. Hari yang seharusnya menjadi hari kasih sayang bagi masyarakat di seluruh dunia justru menjadi hari penuh dukacita bagi keluarga besar Marjorie Stoneman Douglas High School, 14 teman mereka dan 3 orang guru dan staff meninggal sementara belasan lainnya luka-luka.

Penembakan di Florida ini disebut sebagai penembakan massal di sekolah kedua terbesar di Amerika Serikat setelah penembakan di Sandy Hook Elementary School di Newtown, Connecticut tahun 2012 yang menewaskan 20 siswa kelas 1 SD dan 6 orang dewasa. Penembakan di Florida ini juga merupakan penembakan di sekolah yang ke-17 sepanjang tahun 2018 saja, artinya ada 1 penembakan di sekolah setiap 3 hari di Amerika Serikat tahun ini. Dalam waktu kurang dari 6 tahun setelah tragedy Sandy Hook, lebih dari 400 orang menjadi korban penembakan dalam lebih dari 200 penembakan di sekolah.

Nicolas Cruz, 19 tahun, ditangkap tidak lama setelah melakukan penembakan yang menewaskan teman-teman dan guru satu almamaternya. Nicolas Cruz adalah mantan murid di Marjorie Stoneman Douglas High School yang dikeluarkan karena alasan kedisiplinan. Teman-temannya kemudian mengakui bahwa Nicolas sering berbicara mengenai senjata dan kekerasan. Polisi juga menemukan pada tahun 2017 Nicolas Cruz pernah menulis komentar dalam salah satu video di kanal Youtube "I'm going to be a professional school shooter."

Selama bersekolah di sana, Nicolas dikenal sebagai anak yang penyendiri, dia adalah yatim piatu yang tinggal di rumah sahabat almarhumah ibunya. Pihak kepolisian menyatakan bahwa Nicolas seharusnya masih menjalani perawatan untuk gangguan mental tetapi sudah setahun terakhir tidak kembali lagi ke klinik.

Nicolas Cruz tiba di Marjorie Stoneman Douglas High School dengan menggunakan taksi online, membawa senjata semi otomatis tipe AR-15 dan peluru tambahan di tas ranselnya, mulai menembaki orang-orang saat sampai di koridor sekolah, kemudian menjatuhkan senjata tersebut dan ikut berlari berbaur dengan murid-murid lainnya. Dia kemudian pergi ke supermarket lalu ke restoran cepat jadi di mana dia kemudian ditangkap.

Senjata tipe AR-15 yang digunakan oleh Nicolas dibelinya secara legal. Senjata tipe ini merupakan senjata yang seharusnya digunakan oleh militer tetapi banyak beredar di masyarakat, senjata ini juga digunakan dalam penembakan di Sandy Hook dan di klub malam Pulse tahun 2016 di Orlando, Florida.

Fakta-fakta mengerikan ini -banyaknya insiden dan korban yang berjatuhan, mudahnya seorang anak muda bahkan yang mengalami gangguan mental bisa membeli senjata- telah memicu kemarahan yang makin memuncak dalam masyarakat. Para pelajar dan warga yang resah mendesak pemerintah untuk mengeluarkan aturan baru terkait pengendalian senjata, masyarakat menuding pemerintahan Donald Trump saat ini mendapat kucuran dana dari NRA (National Rifle Association),suatu organisasi non profit yang mendukung hak kepemilikan senjata bagi warga sipil, sehingga tidak pernah bertindak tegas mengontrol peredaran senjata di penjuru negeri.

NRA didirikan oleh William C. Church dan George Wingate pada tahun 1871 sebagai respon atas evaluasi Civil War di mana ditemukan banyak tentara yang tidak bisa menembak dengan benar dan tepat, maka NRA hadir untuk membenahinya dengan program pelatihan. Tetapi dalam perkembangan, NRA berkembang menjadi suatu organisasi besar yang tidak hanya mengurusi pelatihan dan sertifikasi menembak tetapi juga perlombaan menembak, percetakan, museum dan lain-lain termasuk mempengaruhi politik di Amerika Serikat.

Saat ini NRA tercatat memiliki paling tidak 5 juta anggota yang iurannya berkontribusi atas separuh dari pendapatan NRA, sementara sisanya berasal dari perusahaan-perusahaan produsen senjata di Amerika antara lain Beretta, Smith&Wesson, Midway USA dan Ruger. Perusahaan produsen senjata membutuhkan NRA selain untuk melanggengkan bisnis senjata mereka juga untuk menjadi garda depan bila terjadi protes seperti sekarang ini. Sementara masyarakat pencinta senjata membutuhkan NRA agar mereka bisa tetap mendapatkan senjata, entah untuk keperluan apa.

Selama ini NRA telah berkali-kali berhasil membujuk pemerintah meloloskan aturan-aturan yang melanggengkan kebebasan kepemilikan senjata oleh warga sipil dengan selalu mengandalkan Second Amendment sebagai dalih landasan. Second Amendment disusun oleh Founding Fathers Amerika Serikat pada saat itu agar pemerintah bisa segera mengumpulkan tentara bila terjadi pemberontakan. Intinya Second Amendment menjamin hak warga sipil untuk memiliki senjata.

Dan untuk melanggengkan bisnis dan aturan-aturan ini, NRA terlibat dalam pendanaan kampanye, khususnya untuk mendukung Partai Republik yang ideologinya sejalan. Tahun 2014, NRA memancing perhatian publik setelah diketahui mengeluarkan hampir 36 juta USD untuk dana politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun