Kapan ya kira-kira? Kita sudah punya negarawan, tentara, perempuan, ulama, ilmuwan dan terakhir pengusaha menjadi presiden Indonesia. Mereka memimpin dan membangun Indonesia dengan cara pandang dan nilai-nilai yang mereka anut sesuai dengan dasar negara kita, tidak bisa dipungkiri latar belakang pendidikan pasti mempengaruhi gaya kepemimpinan mereka.Â
Semua pasti setuju bila saya katakan presiden kita yang memiliki jiwa pendidik adalah Alm. Gus Dur, sayang masa pemerintahan beliau tidak lama. Saya lebih senang menggunakan istilah "pendidik" ketimbang "guru" karena seorang pendidik tidak harus berprofesi sebagai guru dan tidak semua guru memiliki jiwa pendidik.
Saya bermimpi suatu hari nanti ada seorang pendidik menjadi presiden di Indonesia. Di mata dunia Indonesia selalu menempati nomor-nomor buncit dalam peringkat pendidikan. Tidak perlu pakai mata dunia deh, kita lihat saja sendiri potret sistem pendidikan di Indonesia yang seakan-akan berteriak minta diselamatkan.Â
Pendidikan yang tidak merata, di kota anak-anak mendapatkan berbagai macam ilmu yang canggih, sementara di ujung Indonesia belum semua anak bisa sekolah. Bangunan sekolah di kota mentereng, sementara di daerah sudah harus bersyukur bila punya sekolah berdinding bata. Kurikulum pelajaran tidak bosan-bosannya berganti setiap ganti menteri pendidikan. Kualitas guru tidak seragam, tetapi soal ujian nasionalnya seragam. Dan berbagai permasalahan lainnya.
Semua ini berakar dari satu masalah fundamental yaitu tidak adanya visi. Negara kita tidak memiliki visi di bidang pendidikan. Kita ingin jadi bangsa yang seperti apa 50 tahun atau 100 tahun lagi? Hanya tertulis dalam Pembukaan UUD 1945 "mencerdaskan kehidupan bangsa". Kita ingin menjadi bangsa yang cerdas. Cerdas yang seperti apa?Â
Kita semua tahu, visi adalah hal pertama dan utama yang harus ditetapkan sebelum menyusun misi-misi. Tanpa visi, sistem pendidikan kita akan selalu morat-marit tanpa arah.
Sarana dan Prasana
Kita harus berterima kasih pada semua presiden-presiden kita yang sudah bekerja keras membangun infrastruktur sampai ke pelosok negeri. Pembangunan ini penting untuk mendukung ketersediaan fasilitas pendidikan. Saya rindu melihat di gedung-gedung sekolah yang ada di kota juga berdiri mentereng di pelosok Sumatera, Nusa Tenggara sampai Papua.Â
Anak-anak bisa belajar dengan nyaman, papan tulis tidak perlu berbagi dengan kelas sebelah, semua anak bisa duduk di bangku masing-masing, suara kelas sebelah tidak terdengar karena ada tembok pemisah antar kelas. Sarana pendidikan merata dan terstandar.
Kurikulum
Dengan adanya visi yang jelas, akan bisa disusun suatu kurikulum yang konsisten, berkesinambungan dan berkelanjutan. Pendidikan banyak mengarah pada pengembangan karakter, bukan semata-mata prestasi akademik.Â