Mohon tunggu...
Sandi Taruni
Sandi Taruni Mohon Tunggu... Outdoor Educator and Entrepeneur

Saya memulai perjalanan di dunia Outdoor Education dan Experiential Learning sejak tahun 2009, bermula sebagai Asisten Pertolongan Pertama dalam program-program petualangan alam. Kecintaan saya pada kegiatan luar ruang, budaya lokal, dan isu-isu keberlanjutan membawa saya menekuni bidang ini secara lebih serius—hingga akhirnya mendirikan Jelajah Outdoor, provider Experiential Education berbasis alam terbuka. Selain sebagai praktisi dan fasilitator pembelajaran, saya juga aktif dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas. Saya percaya bahwa edukasi, konservasi, dan kolaborasi adalah tiga pilar penting dalam menciptakan dampak jangka panjang, baik bagi peserta didik maupun masyarakat lokal. Sebagai seorang traveler dan fly angler yang antusias, saya kerap memanfaatkan setiap perjalanan sebagai medium untuk menyebarkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dan membangun keberlanjutan. Semua pengalaman dan passion ini saya tuangkan dalam pengembangan fondasi dan budaya Jelajah Outdoor, dengan harapan dapat menjadi salah satu tolok ukur bagi program pendidikan luar ruang di Indonesia yang aman, bermakna, dan berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Standar Manajemen Risiko Industri Outdoors di Indonesia

9 Agustus 2025   19:30 Diperbarui: 9 Agustus 2025   19:20 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatihan WIlderness First Aid di Bogor (Sumber Jelajah Outdoor)

Kebutuhan Mendesak untuk Keamanan dan Keberlanjutan

1. Indonesia dan Pertumbuhan Industri Kegiatan Outdoor dan Experiential Education

Dalam sepuluh tahun terakhir, industri kegiatan luar ruang di Indonesia mengalami perkembangan pesat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Aktivitas seperti hiking, rafting, susur gua, canyoning, camping, hingga ekspedisi lintas alam menjadi bagian dari gaya hidup baru masyarakat, terutama generasi muda dan kalangan profesional. Perkembangan ini tidak hanya dipicu oleh tren petualangan, tetapi juga meningkatnya kesadaran akan manfaat aktivitas di alam terbuka bagi kesehatan fisik, mental, dan pengembangan keterampilan sosial.

Ledakan ini terlihat nyata pada berbagai sektor. Penyedia jasa wisata petualangan bermunculan di berbagai daerah, dari operator rafting di Sungai Citarik dan Elo, penyedia paket hiking di Rinjani dan Semeru, hingga penyelenggara wisata bahari di Wakatobi dan Raja Ampat. Banyak dari mereka tidak hanya menjual destinasi, tetapi juga menyuguhkan pengalaman belajar berbasis alam atau experiential education---sebuah pendekatan yang menggabungkan petualangan fisik dengan pembelajaran keterampilan hidup, kepemimpinan, dan kerja sama tim.

Perusahaan-perusahaan swasta, BUMN, hingga lembaga pemerintah kini semakin banyak memanfaatkan program outbound dan team building di alam terbuka untuk memperkuat kohesi tim, meningkatkan komunikasi, dan membangun kepemimpinan. Kegiatan seperti ini tidak lagi sekadar permainan kelompok, melainkan telah berkembang menjadi outdoor team development yang dirancang berdasarkan metodologi pembelajaran orang dewasa dan prinsip learning organization.

Tidak hanya untuk korporasi, outdoor education juga berkembang pesat di sektor pendidikan. Sekolah-sekolah mulai rutin mengadakan program wisata sekolah berbasis pembelajaran pengalaman, seperti field trip ekowisata, kegiatan camping edukatif, hingga program leadership camp yang mengajarkan siswa tentang keberlanjutan, kemandirian, dan kepedulian lingkungan. Program semacam ini terbukti efektif membangun karakter dan soft skills yang tidak bisa sepenuhnya diajarkan di dalam kelas.

Selain itu, company outing menjadi agenda tahunan banyak perusahaan, tidak hanya sebagai ajang rekreasi, tetapi juga sarana membangun semangat kebersamaan di luar suasana kerja formal. Destinasi seperti Bogor, Puncak, Bandung, Bali, dan Yogyakarta menjadi pilihan utama karena menawarkan kombinasi fasilitas memadai, panorama alam, dan aksesibilitas.

Namun, di balik euforia ini, terdapat satu tantangan besar yang masih sering diabaikan: pengelolaan risiko secara menyeluruh dan sistemik. Banyak penyedia jasa belum memiliki standar risk management yang matang. Aspek keselamatan kadang hanya sebatas penggunaan alat pelindung atau briefing singkat, padahal kegiatan outdoor memiliki variabel risiko yang kompleks---mulai dari cuaca ekstrem, kondisi medan, kesehatan peserta, hingga faktor sosial budaya setempat. Kurangnya kesadaran dan penerapan standar keselamatan tidak hanya membahayakan peserta, tetapi juga mengancam keberlanjutan bisnis dan reputasi penyelenggara.

Jika industri outdoor di Indonesia ingin terus berkembang dan diakui di tingkat internasional, maka penyedia jasa, sekolah, komunitas, dan pelaku wisata harus bersama-sama membangun ekosistem yang mengutamakan safety, quality, dan sustainability. Dengan mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam setiap desain program, industri ini tidak hanya menawarkan petualangan seru, tetapi juga pengalaman yang aman, bermakna, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.

2. Ledakan Permintaan Jasa Penyedia Kegiatan Outdoor dan Petualangan

Bersamaan dengan meningkatnya minat masyarakat dan dunia usaha terhadap kegiatan luar ruang, jumlah penyedia jasa---baik individu, komunitas, maupun perusahaan profesional---juga mengalami lonjakan. Di berbagai kota, kini mudah ditemukan operator outbound, team building, wisata sekolah, company outing, hingga program berbasis experiential education.

Banyak di antara penyedia jasa ini menawarkan paket yang memadukan petualangan, edukasi, dan rekreasi. Misalnya, perusahaan mengadakan team building di Puncak Bogor dengan aktivitas off-road dan rafting, atau sekolah mengajak murid mengikuti program outdoor education yang memadukan materi kepemimpinan, kemandirian, dan cinta alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun