Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.www.klinikdrwidodo.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Waspada, Amankah Pengganti Tupperware ? Ini bahayanya

9 Mei 2025   17:29 Diperbarui: 9 Mei 2025   17:44 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi editing pribadi

Paparan BPA telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, mulai dari pubertas dini, infertilitas pada pria dan wanita, hingga peningkatan risiko kanker payudara dan prostat. Sementara itu, styrene yang terdapat pada plastik PS (polistirena) bersifat neurotoksik dan dapat memengaruhi sistem saraf, menyebabkan gangguan memori, suasana hati, dan perilaku. Bahan-bahan kimia ini dapat semakin mudah berpindah ke dalam makanan jika wadah plastik digunakan dalam microwave, terkena air panas, atau ketika permukaan plastiknya sudah tergores atau aus.

Kelompok yang paling rentan terhadap paparan bahan kimia dari plastik adalah anak-anak dan wanita hamil. Sistem hormon dan organ tubuh mereka masih dalam tahap perkembangan, sehingga lebih mudah terganggu oleh zat-zat toksik. Risiko kesehatan jangka panjang seperti gangguan perkembangan otak pada janin atau anak, serta gangguan reproduksi pada usia dewasa, menjadi kekhawatiran utama dalam penggunaan plastik yang tidak aman sebagai wadah makanan.

Banyak kemasan makanan modern, terutama plastik, mengandung zat kimia seperti bisphenol A (BPA) dan ftalat yang dapat larut ke dalam makanan, terutama saat terkena panas. Zat-zat ini tergolong sebagai pengganggu endokrin yang dapat mengganggu hormon tubuh, memicu gangguan metabolisme, obesitas, gangguan kesuburan, bahkan meningkatkan risiko kanker. Sayangnya, makanan cepat saji, minuman kemasan, atau makanan yang dibungkus plastik panas sering kali dianggap praktis tanpa disadari bahayanya.

Selain risiko kimia, serpihan mikroplastik kini juga ditemukan dalam makanan sehari-hari, seperti ikan laut, garam, dan air minum. Mikroplastik ini tidak hanya menumpuk di lingkungan, tapi juga bisa masuk ke tubuh manusia. Penelitian menunjukkan bahwa paparan jangka panjang dapat memicu stres oksidatif, peradangan, dan kerusakan sel, bahkan mungkin berdampak pada sistem kekebalan tubuh dan organ-organ penting seperti hati dan ginjal.

Untuk melindungi diri, penting bagi kita mengurangi penggunaan bahan plastik pada makanan: hindari memanaskan makanan dalam wadah plastik, kurangi konsumsi makanan dan minuman kemasan, serta pilih bahan alami seperti kaca atau stainless steel. Edukasi masyarakat tentang bahaya plastik pada rantai makanan juga perlu diperkuat agar kesadaran kolektif tumbuh, bukan hanya untuk kesehatan manusia, tapi juga demi menjaga keberlanjutan lingkungan tempat kita hidup.

Tips Memilih Tempat Makanan yang Aman: Rekomendasi WHO, AAP, CDC

Lembaga kesehatan dunia memberikan panduan berikut untuk memilih wadah makanan yang aman:

  • Edukasi kepada masyarakat mengenai kode-kode plastik dan penggunaannya menjadi sangat penting. Masyarakat perlu diarahkan untuk menghindari plastik dengan kode #3 (PVC), #6 (PS), dan #7 (PC) untuk menyimpan makanan, terutama yang bersuhu panas. Sebaliknya, disarankan menggunakan alternatif yang lebih aman seperti kaca, baja tahan karat (stainless steel), atau plastik dengan kode #1, #2, #4, dan #5 yang dianggap relatif lebih stabil secara kimia. Kesadaran ini penting demi melindungi kesehatan generasi sekarang dan mendatang.
  • WHO: Mengimbau pembatasan plastik yang mengandung BPA dan ftalat, terutama untuk anak-anak. WHO juga mendorong regulasi dan edukasi mengenai kode daur ulang plastik.
  • CDC: Menyarankan tidak memanaskan makanan dalam wadah plastik kecuali berlabel "microwave-safe" dan "BPA-free". Juga menyarankan menyimpan makanan tidak terlalu lama dalam plastik.
  • AAP (American Academy of Pediatrics): Menganjurkan menghindari plastik dengan kode #3, #6, dan #7. Mendorong penggunaan wadah dari kaca, stainless steel, atau silikon food grade. Tidak mencuci plastik dengan air panas atau mesin pencuci piring bersuhu tinggi.

Jenis Plastik Aman dan Tidak Aman

Aman:

  • #1 PET/PETE -- Sekali pakai (botol air minum).
  • #2 HDPE -- Botol susu, jus.
  • #4 LDPE -- Kantong makanan.
  • #5 PP -- Microwave-safe, sangat aman untuk makanan panas.

Tidak Aman:

  • #3 PVC -- Mengandung ftalat.
  • #6 PS -- Melepas styrene saat dipanaskan.
  • #7 Other/PC -- Berpotensi mengandung BPA kecuali dilabeli BPA-free.

Alternatif Aman Pengganti Plastik

  • Kaca: Tahan panas, tidak menyerap bau, aman untuk microwave dan oven. Ideal untuk menyimpan makanan panas dan berminyak.
  • Stainless Steel: Tidak bereaksi dengan makanan, awet, cocok untuk makanan kering dan minuman.
  • Silikon Food Grade: Lentur, tahan suhu ekstrem, cocok untuk freezer dan microwave. Pastikan berlabel food grade.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun