Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.www.klinikdrwidodo.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Satu Gejala Selalu Disertai Gejala Lain Gangguan Perkembangan Anak

2 Mei 2025   08:13 Diperbarui: 2 Mei 2025   08:44 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
DOKUMENTASI DAN EDITING

Gangguan perkembangan pada anak jarang sekali muncul secara tunggal. Sering kali, satu gangguan disertai berbagai keluhan lain yang mencerminkan ketidakseimbangan fungsi otak dan perilaku anak mulai yang ringan hingga tidak ringan. Seorang anak dengan keterlambatan bicara, misalnya, tidak jarang juga mengalami hiperkinetik anak tidak bisa diam, kesulitan dalam konsentrasi, mudah cemas, agresif, hingga gangguan tidur. Fenomena ini disebut sebagai comorbidity atau koeksistensi gangguan, yang mencerminkan kompleksitas perkembangan sistem saraf pusat dan keterkaitannya dengan faktor lingkungan serta fungsi tubuh lainnya, terutama saluran cerna.

Menangani anak dengan gangguan perkembangan tidak dapat dilakukan secara parsial hanya berdasarkan satu gejala, misalnya keterlambatan bicara. Pendekatan seperti ini sering kali menyesatkan dan berujung pada diagnosis yang keliru. Banyak kasus anak yang datang dengan keluhan utama terlambat bicara, lalu segera disimpulkan sebagai akibat dari kurangnya stimulasi, terlalu banyak menonton TV, penggunaan dua bahasa, atau pola asuh yang salah. Padahal, pada kenyataannya, gejala tersebut sering hanya merupakan "puncak gunung es" dari spektrum gangguan perkembangan neuropsikiatrik yang ringan hingga yang lebih kompleks, seperti gangguan pemrosesan sensoris, gangguan hiperkinateik anak sangat aktif, gangguan konsentrasi, gangguan emosi, gangguan mood, disfungsi regulasi emosi, gangguan tidur atau kadang gangguan yang tidak ringan seperti autisme atau ADHD yang menyertainya.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa keterlambatan bicara yang disertai dengan hiperaktivitas, gangguan tidur, kesulitan konsentrasi, serta ledakan emosi yang tidak terkendali kemungkinan besar berkaitan dengan gangguan neurodevelopmental atau gangguan otak minimal (minimal brain dysfunction/MBD). Studi oleh Bishop et al. (2017) dalam Journal of Child Psychology and Psychiatry menunjukkan bahwa anak-anak dengan gangguan bahasa ekspresif yang juga menunjukkan perilaku impulsif dan tidak bisa diam memiliki kemungkinan tinggi mengalami ADHD atau gangguan spektrum autisme yang tidak terdiagnosis. Penelitian lain dari American Academy of Pediatrics (AAP) menekankan pentingnya skrining menyeluruh terhadap berbagai aspek perkembangan dan perilaku sejak dini, agar tidak terjebak pada diagnosis tunggal yang menyederhanakan masalah.

Jika fokus hanya tertuju pada 1 gejala gangguan atau keterlambatan perkembangan anak tanpa melihat gejala-gejala menyertanya, maka intervensi yang diberikan pun cenderung tidak efektif atau bahkan salah arah. Anak mungkin hanya dirujuk ke terapi wicara tanpa penanganan terhadap gangguan hiperkinetik anak sangat aktif, gangguan tidur, gangguan emosi atau gangguan perilaku lain yang mendasarinya. Hal ini akan memperpanjang waktu diagnosis dan memperlambat keberhasilan terapi. Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan multidisipliner dan evaluasi menyeluruh oleh tim yang mencakup dokter anak, psikiater anak, ahli tumbuh kembang, dan terapis okupasi agar penyebab utama dapat diidentifikasi secara tepat dan penanganan yang diberikan bersifat komprehensif. 

Penelitian terkini menunjukkan bahwa gangguan perkembangan seperti Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD), Autism Spectrum Disorder (ASD), gangguan sensoris, dan gangguan regulasi emosi sering berada dalam satu spektrum neurodevelopmental. Kombinasi ini terjadi karena fungsi otak anak yang belum matang secara keseluruhan (imaturitas neurologis), memengaruhi berbagai aspek kehidupan anak, mulai dari kontrol motorik, bahasa, interaksi sosial, hingga pengendalian emosi dan fungsi eksekutif. Oleh karena itu, pendekatan diagnosis dan terapi harus bersifat menyeluruh.

Gangguan Fungsional Otak Anak dari Ringan hingga Berat

Gangguan perkembangan otak pada anak tidak selalu langsung terlihat sebagai kelainan besar. Banyak anak dengan mild brain dysfunction atau minimal brain disorder tampak "normal" secara fisik tetapi mengalami gangguan konsentrasi, impulsivitas, dan kesulitan belajar yang mengganggu fungsi sehari-hari. Istilah seperti immature brain, functional neurological disorder, atau mild cognitive impairment digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana otak belum berkembang optimal, meskipun tanpa kelainan struktural yang nyata pada pencitraan otak.

Dalam spektrum yang lebih berat, kondisi seperti ADHD dan ASD menandakan disfungsi neurologis yang lebih kompleks. ADHD ditandai dengan kesulitan mempertahankan perhatian, hiperaktivitas, dan impulsivitas, sementara ASD melibatkan gangguan dalam komunikasi sosial dan pola perilaku yang repetitif atau terbatas. Keduanya sering disertai gangguan sensoris (sensory processing disorder), gangguan emosi (anxiety, mood disorder), dan gangguan belajar.

Beberapa anak juga mengalami gangguan tidur kronis, seperti insomnia, gangguan ritme sirkadian, atau tidur tidak nyenyak yang semakin memperburuk fungsi otak di siang hari. Disfungsi tidur ini bisa berkaitan erat dengan imaturitas sistem saraf otonom dan disregulasi neurohormonal. Gangguan tidur sendiri juga bisa memperparah masalah perilaku, konsentrasi, dan daya tangkap.

Dengan demikian, istilah gangguan fungsional otak meliputi spektrum dari yang ringan seperti immaturity of CNS dan gangguan konsentrasi, hingga yang kompleks seperti ADHD dan autisme. Kondisi ini memerlukan pendekatan multidisiplin untuk deteksi dan penanganan sejak dini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun