Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan. Telemedicine 085-77777-2765

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Covid-19 Tidak Ada, Bentuk Penyangkalan Masyarakat dan Pejabat

18 September 2020   16:56 Diperbarui: 18 September 2020   17:03 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

The American Heart Association mengutip penolakan sebagai alasan utama bahwa pengobatan serangan jantung ditunda. [Rujukan?] Karena gejalanya sangat bervariasi, dan sering kali memiliki penjelasan potensial lainnya, ada peluang bagi pasien untuk menyangkal keadaan darurat, seringkali dengan konsekuensi fatal. Pasien biasanya menunda pemeriksaan mammogram atau tes lain karena takut kanker, bahkan rata-rata hal ini memperburuk hasil medis jangka panjang.

Sigmund Freud dalam karya tulis mencatat terdapat 6 jenis pertahanan ego. Tetapi  kemudian putrinya Anna Freud mengembangkan gagasan ini dan mengembangkannya, menambahkan sepuluh gagasannya sendiri tentang pertahanan ego. Banyak psikoanalis juga menambahkan lebih banyak jenis pertahanan ego. Mekanisme pertahanan diri adalah strategi psikologis yang secara tidak sadar digunakan untuk melindungi seseorang dari kecemasan yang timbul dari pikiran atau perasaan yang tidak dapat diterima.

Mengapa manusia membutuhkan pertahanan Ego? Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk melindungi diri dari perasaan cemas, takut atau bersalah, yang muncul karena merasa terancam kesehatan atau ekonominya, atau karena superego menjadi terlalu menuntut.

Mekanisme pertahananbego terjadi pada tingkat bawah sadar dan membantu menangkal perasaan tidak menyenangkan seperti kecemasan atau membuat hal-hal baik terasa lebih baik bagi individu.

Mekanisme pertahanan ego itu alami dan normal selama tidak berebihan, rasional dan menunjukkan hal yang positif bagi diri dan lingkungannya. Namun, ketika mekanisme pertanan ego sudah tidak proposional lagi, berlebihan, tidak rasional dan menimbulkan hal negatif atau hal buruk bagi dirinya maka dianggap sebagai gangguan patologis atau kelainaan. Hal itu bisa mengarah pada gangguan  neurosis atau kejiwaan, seperti keadaan kecemasan, fobia, obsesi, depresi atau histeria.

Terdapa beberapa mekanisme pertahanan diri yang sering terjadi dialami seorang Individu atau kelompok dalam menghadapi wabah dan pandemi. Karena masalah wabah pandei itu dampaknya sangat luas bisa mengganggu masalah ekonomi, kesehatan, politik, jabatan politik dan masalah sosial lainnya.  Beberapa mekanisme pertahanan diri yang serong doalami oleh masyarakat dalam mengahadapi pandemi di antaranya adalah Denial, Rasionalisasi, Agresi, Represi, proyeksi, displacement, sublimasi atau regresi. 

6 Pertahanan Ego Yang Sering Terjadi Dalam Menghadapi Pandemi Covid19

  1. Denial atau Penyangkalan Penolakan adalah mekanisme pertahanan yang diajukan oleh Anna Freud yang melibatkan penolakan untuk menerima kenyataan, sehingga menghalangi peristiwa eksternal dari kesadaran. Jika suatu situasi terlalu berat untuk ditangani, orang tersebut mungkin merespons dengan menolak untuk melihatnya atau dengan menyangkal bahwa itu ada. Seperti yang bisa Anda bayangkan, ini adalah pertahanan primitif dan berbahaya - tidak ada yang mengabaikan kenyataan dan lolos begitu saja! Ia dapat melakukannya sendiri atau berkelompok. Seperti halnya beberapa orang melalui medoia sosial atau youtube menyangkal bahwa wabah covid19 tidak ada, hanya isapan jempol hanya isu yang dibuat negara negara besar untuk menjatuhkan kelompok tertentu. Bahkan mekanisme pembelaan ego tersebut bisa dilakukan berkelopok hal ini bisa di lihat sebuah youtube yang viral ketika sekelompok orang demo memasuki mall dengan tidak memakai masker karena menganggap wabah covid19 tidak ada.
  2. Rasionalisasi Rasionalisasi adalah mekanisme pertahanan yang dikemukakan oleh Anna Freud yang melibatkan distorsi kognitif dari "fakta" untuk membuat suatu peristiwa atau dorongan tidak terlalu mengancam. Biasanya seseorang melakukannya cukup sering pada tingkat yang cukup sadar ketika kita memberi diri kita alasan. Tetapi bagi banyak orang, dengan ego yang sensitif, membuat alasan menjadi begitu mudah sehingga mereka tidak pernah benar-benar menyadarinya. Dengan kata lain, banyak dari kita cukup siap untuk mempercayai kebohongan kita. Contoh rasionalisasi ketika seseorang menemukan suatu situasi yang sulit untuk diterima, mereka akan membuat alasan logis mengapa itu terjadi. Misalnya, seseorang mungkin menjelaskan wabah pandemi korona adalah sebagai 'kehendak Tuhan'. 
  3. Represi Represi adalah mekanisme pertahanan bawah sadar yang digunakan oleh ego untuk menjaga pikiran yang mengganggu atau mengancam agar tidak menjadi sadar. Pikiran yang sering ditekan adalah pikiran yang menimbulkan perasaan bersalah dari superego. Ini bukanlah pertahanan yang sangat berhasil dalam jangka panjang karena melibatkan pemaksaan keinginan, ide atau ingatan yang mengganggu ke alam bawah sadar, di mana, meskipun tersembunyi, mereka akan menciptakan kecemasan. Ingatan yang tertekan dapat muncul melalui sarana bawah sadar dan dalam bentuk yang berubah, seperti mimpi atau tergelincirnya lidah ('Freudian slip'). Misalnya, saat dalam menghadapi wabah pandemi  pikiran agresif tentang bahaya dan cepatnya penularan wabah Covid19 ditekan dan didorong ke bawah sadar.
  4. Proyeksi Proyeksi adalah mekanisme pertahanan psikologis yang diajukan oleh Anna Freud di mana seseorang mengaitkan pikiran, perasaan, dan motif yang tidak diinginkan ke orang lain. Pikiran yang paling sering diproyeksikan ke orang lain adalah yang akan menyebabkan rasa bersalah seperti fantasi atau pikiran agresif dan seksual. Misalnya, seseorang mungkin membenci atau tidak senang dengan keadaan pandemi ini, tetapi superego orang tersebuy memberi tahunya bahwa kebencian seperti itu tidak dapat diterima. Orang tersebut melakukan pertahanan ego dengan dapat 'menyelesaikan' masalah dengan percaya bahwa bencana tersebut juga bukan mushuh kita sehingga kita harus hidup berdampingan dengan wabah tanpa membencinya.
  5. Pemindahan (displacement)  Perpindahan atau displacement adalah pengalihan impuls (biasanya agresi) ke target pengganti yang tidak berdaya. Sasarannya bisa berupa orang atau benda yang bisa berfungsi sebagai pengganti simbolis. Perpindahan terjadi ketika ego ingin melakukan sesuatu yang tidak diizinkan oleh Super ego. Ego dengan demikian menemukan cara lain untuk melepaskan energi psikis ego. Dengan demikian ada transfer energi dari objek-cathexis yang ditekan ke objek yang lebih dapat diterima. Contoh proyeksi ketika seseorang yang merasa tidak nyaman dengan dampak wabah tersebut mengalihkannya dengan marah atau emosi terhadap bawahan, isteri atau anaknya. Seseorang yang frustrasi oleh atasannya mungkin pulang dan menendang anjing itu, memukuli salah satu anggota keluarga, atau membanting benda saat marah atau emosi.
  6. Sublimasi Sublimasi mirip dengan perpindahan, tetapi terjadi ketika kita berhasil memindahkan emosi yang tidak dapat diterima ke dalam perilaku yang konstruktif dan dapat diterima secara sosial, daripada aktivitas yang merusak. Sublimasi adalah salah satu mekanisme pertahanan asli Anna Freud. Contoh sublimasi? Banyak seniman dan musisi hebat memiliki kehidupan yang meraa terganggu secara kesehatan dan ekonomi dan telah menggunakan media seni musik untuk mengekspresikan diri. Olahraga atau bersepeda adalah contoh lain untuk memindahkan emosi dan kecemasannya menjadi sesuatu yang konstruktif dan positif begi kesehatan dan kehidupan sosialnya. Misalnya, fiksasi pada tahap perkembangan mulut nantinya dapat mengarah pada pencarian kesenangan oral sebagai orang dewasa dengan menghisap ibu jari, pena atau rokok. Juga, fiksasi selama tahap anal dapat menyebabkan seseorang menghilangkan keinginan mereka untuk menangani feses dengan kenikmatan tembikar. Sublimasi bagi Freud adalah landasan kehidupan yang beradab, karena seni dan sains adalah seksualitas yang disublimasikan. 

Penyangkalan atau Denial

Salah satu respons negatif yang lebih umum terhadap wabah adalah pembelaan psikologis untuk penyangkalan bahwa alam bawah sadarnya menganggap bahwa covid19 tidak ada. Penyangkalan itu dapat memberikan beberapa pengalaman psikologis yang berbeda, bisa sesuatu menyenangkan dan menguntungkan.

Ketidakberdayaan yang terlibat dalam keseluruhan proses dan realisasi ketidakmampuan untuk menyelamatkan diri sendiri dan orang yang dicintai muncul dengan keras pada saat-saat seperti ini. Lebih jauh lagi, bahkan psikologi evolusioner memberi tahu kita bahwa naluri bertahan hidup pasti akan muncul dalam situasi krisis yang kita hadapi saat ini.

Naluri bertahan hidup juga bisa menjadi mekanisme koping, seperti yang dieksplorasi oleh ahli saraf Austria, yang kemudian menjadi psikoanalis, Sigmund Freud, yang teorinya menyatakan bahwa ketika manusia terancam dengan pengalaman yang tidak menyenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun