Mohon tunggu...
Fajar Laksana
Fajar Laksana Mohon Tunggu... Freelancer - Founder Jawasastra Culture Movement

Wingi aku weruh, mula aku aweh wewarah. Saiki aku winarah, wayahe nitipriksa pribadhi wantah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pembelajaran Bahasa Jawa Dialek Daerah di Sekolah Dasar

26 September 2016   02:46 Diperbarui: 26 September 2016   03:02 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sampai saat ini di sekolah-sekolah dasar, mata pelajaran bahasa Jawa mengacu pada pakem bahasa Jawa Mataraman, namun hal tersebut tidak bisa ditolak sebab pengajaran bahasa Jawa yang berakar dari bahasa Jawa Mataraman tersebut memuat pengajaran tentang cara bersikap dan tata krama. Memang menurut Poedjosoedarsono, dkk (1979) bahasa Jawa ngoko merupakan akar dari seluruh kosa kata bahasa Jawa, karena itulah bahasa Jawa krama tidak bisa disamakaan dengan ragam basa Jawa ngoko karena terlalu banyaknya kata ngokoyang tidak memiliki padanan kata di bahasa Jawa krama. 

Adanya tingkatan tutur dalam bahasa Jawa dapat dikatakan merupakan sebuah strategi politis yang terjadi semenjak abad ke-16 dan makin mendalaam sejak penjajahan Belanda yang serempak memfosilkan penguasa Jawa dan memfeodalkan hubungan mereka dengan rakyat bawah (Benedict Anderson, 1990). Meskipun demikian namun jika dilihat lebih cermat, tingkat tutur tersebut agaknya perlu untuk diajarkan dan dibudayakan, bukan sebagai penggambaran dari sikap feodalisme melainkan sebuah sikap unggah-ungguh. Bahasa Jawa baku yang diajarkan di sekolah dasar harus tetap berjalan hanya saja kalau sekedar bahasa Jawa baku dialek Mataram yang diajarkan maka otomatis akan mengurangi pengetahuan para siswa terhadap kosakata bahasa Jawa dialek daerahnya sendiri, baik dalam hal kesenian, atau cara berdialog.

Dialek (bahasa Yunani, dialektos), adalah varian dari sebuah bahasa menurut pemakai atau penutur yang menggunakan (wikipedia.org). Jika dilihat dari varian yang dimaksudkan dalam bahasa Jawa tentu saja pengajaran yang hanya bertumpu kepada satu varian bentuk namun mengabaikan bentuk asli wilayah pengajarannya merupakan suatu tindakan yang kurang bijak. Di samping itu, dialek berdasarkan PWJ Nababan (1991: 5) merupakan suatu kumpulan dari ideolek-ideolek yang membentuk sebuah kelompok yang disebabkan oleh letak geografi yang berdekatkan memungkinkan komunikasi antar ideolek-ideolek itu.

Porsi pembelajaran bahasa Jawa saat ini memang bergantung pada wilayah masing-masing, namun secara umum pembelajaran bahasa Jawa tidak mencapai durasi dua jam pelajaran, paling banyak hanya sekitar satu jam pelajaran atau sama dengan empat puluh lima menit. Berbanding terbalik dengan bahasa Indonesia dan bahasa asing yang diajarkan lebih dari satu jam pelajaran Durasi yang minimum tersebut tentu sangat tidak menguntungkan, sebab yang diajarkan hanya mata pelajaran bahasa Jawa baku tanpa bahasa Jawa dialek daerah sendiri. Kalau kasus jam pelajaran yang kurang tersebut tidak segera disikapi maka akan menimbulkan kegaduhan di kemudian hari, terutama yang berkaitan dengan bahasa Jawa dialek daerah sendiri yang sebenarnya perlu untuk diajarkan malah tidak disampaikan sama sekali karena jam pelajaran yang kurang.

Pengajaran bahasa Jawa dialek daerah di sekolah dasar tentu untuk memenuhi UUD 1945 pasal 36 yang menyatakan bahwa: Di daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri yang dipelihara oleh rakyatnya dengan sebaik-baiknya, bahasa itu akan dihormati dan dipelihara oleh negara dan bahasa-bahasa itu pun merupakan sebagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup. Berdasarkan UUD tersebut maka makin jelaslah fungsi bahasa Jawa di masyarakat pendukungnya, untuk memperkuat dan menambah warna bahasa Jawa maka segi dialek bahasa Jawa sangat butuh diperhatikan. UUD yang disebutkan di atas nampaknya pemerintah belum menjalankannya secara maksimal, sebab kembali lagi ke akar permasalahan yakni jam pelajaran yang diberikan.

Bila memang kesulitan untuk menjadikan bahasa Jawa dialek daerah sebagai mata pelajaran sendiri dan memperoleh jam pelajarannnya sendiri, masih ada cara lain, yaitu menjadikannya sebagai kegiatan ekstrakurikuler dengan menggunakan wahana kesenian pertunjukan lokal daerah. Wahana seni pertunjukan tradisi dipilih karena dalam kesenian tersebut diperlukan adanya aktor untuk berbicara tentu saja jika berangkat dari seni pertunjukan tradisi lokal maka secara otomatis naskah dan dialog yang dilangsungkan menggunkan bahasa Jawa dialek lokal itu sendiri.

Bahasa Jawa yang memiliki varian bahasa berupa dialek yang begitu banyak adalah sebuah kekayaan dan perlu untuk diolah agar bisa menambah khazanah kebudayaan Nasional. Pembelajaran mengenai bahasa Jawa dialek daerah tentu disamping membutuhkan antusiasme siswa dan guru, juga menuntut agar para pengajar memiliki wawasan yang lebih luas mengenai persebaran bahasa Jawa. Seorang guru yang berasal dari daerah bahasa Jawa dialek ngapak diharapkan bisa mengetahui dialek daerah bahasa Jawa lain, sehingga siswa mengetahui perbandingan diantara dialek-dialek bahasa Jawa. 

Sikap profesionalisme pengajar dan jam terbang yang dituntut tinggi tentu bisa menghapus sentimen antar pengguna dialek yang terkadang masih sering dijumpai menertawakan dialek daerah lain karena dianggap asing dan aneh. Jadi pembelajaran nantinya bukan hanya mengajarkan tentang warna-warna bahasa Jawa dialek daerah sendiri melainkan juga memberikan suatu wawasan yang akan menjadi bekal di masa depan terkait dialek daerah lain. Sesuai dengan cuplikan dari Kompasiana milik Rooy Salamony, teori queerditandai dengan suatu varitas mode dan strategi hubungan antar individu (Watson,2005).

Boleh dikatakan bahwa pengajaran bahasa Jawa dialek daerah di sekolah dasar merupakan sebuah strategi untuk memperkuat kesatuan dan persatuan Indonesia, khususnya Jawa. Namun bukan berarti realisasi gagasan pengajaran bahasa Jawa dialek tidak memiliki hambatan. Berikut adalah beberapa poin yang telah disusun, dan tentu saja bisa dijadikan sebagai pedoman apabila terjadi suatu silang sengkurat antar generasi, antar dialek daerah, antara pengajar-siswa dan pemerintah

  • Anggapan akan munculnya rasa in group feelingpada kelompok penutur bahasa Jawa dialek tertentu.
  • Cara komunikasi dari siswa kepada pengajar, sebab pada dasarnya bahasa Jawa dialek daerah tidak mengenal tingkat tutur selain kata ganti orang. Apabila pengajar tidak masalah dengan poin ini maka tidak akan timbul suatu permasalahan yang berarti.
  • Penyusunan bahan ajar yang berangkat dari bahasa Jawa dialek daerah.
  • Sistem ujian yang akan diterapkan.
  • Dukungan dari pemda setempat.

Kelima problem penerapan gagasan pengajaran bahasa Jawa dialek daerah di sekolah dasar yang telah disebutkan di atas masih berupa prediksi berdasarkan hasil kuisioner serta pengamatan terhadap pemda sekitar terkait muatan lokal bahasa daerah. Rasa in group feeling tentu merupakan hal yang pasti, terlebih jika terhadap anak usia sekolah dasar, mereka akan merasa bahwa bahasa Jawa dialek dirinyalah yang paling apik, namun sesuai dengan yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kekhawatiran menganai timbulnya in group feelingbisa ditanggulangi dengan cara siswa diberi wawasan mengenai dialek bahasa Jawa lain di luar wilayah yang siswa kenal.

 Kemudian hal sensitif mengenai komunikasi tingkat tutur rasanya hanya akan menggusarkan beberapa pengajar yang bisa dikatakan sudah cukup gaek, untuk pengajar yang masih muda tentu hal tersebut kemungkinan besar tidak masalah. Kemudian penyusunan bahan ajar dan sistem ujian bisa diangkat dan mengadopsi dari sistem pengajaran serta ujian dari bahasa Jawa baku, hanya sumbernya saja yang berbeda dan menuntut literasi yang lebih kaya mengenai dialek suatu daerah tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun