Mohon tunggu...
Muhammad Hasan
Muhammad Hasan Mohon Tunggu... Relawan - Mahasiswa

Menjadi orang yang berguna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penodaan dan Pelecehan Agama

24 Mei 2019   16:15 Diperbarui: 24 Mei 2019   16:18 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Dan Kami memalingkan hati mereka dan penglihatan mereka seperti mereka belum beriman kepadanya pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka dalam pelampauan batas mereka terus menerus bingung". (Q.S. Al-An'am:110.)

 Hati yang tidak beriman dengan ayat-ayat Allah yang terhampar dalam wujud ini dan tidak tersugesti dengan ayat-ayat Allah yang terhampar dalam jiwa manusia dan semesta, maka hendaknya ia segera menghadap Rabbnya dan berlindung kepada-Nya. Karena hatinya ini adalah hati yang sudah terbalik, yang baginya sudah sulit untuk beriman dengan mudah. Sementara itu, kaum muslimin yang mengusulkan untuk memenuhi permintaan mereka itu, sama sekali tidak mengetahui bahwa orang-orang kafir itu akan tetap saja tidak beriman setelah tanda-tanda itu ditunjukkan kepada mereka.

 Allahlah yang mengetahui hakikat hati mereka itu. Dia membiarkan para pendusta itu untuk tetap buta dalam kesesatan mereka. Karena Dia mengetahui bahwa mereka pantas mendapatkan balasan pendustaan mereka itu, sebagaimana Dia tahu bahwa mereka tidak akan memenuhi panggilan kebenaran. 

Mereka tidak memenuhi panggilan kebenaran meskipun malaikat turun kepada mereka, seperti yang mereka pinta! Juga seandainya orang-orang mati dibangkitkan dan berbicara kepada mereka, seperti yang mereka usulkan juga! Bahkan, seandainya Allah mengumpulkan segala hal di semesta ini untuk menghadapi mereka dan mengajak mereka kepada keimanan, tetaplah mereka tidak beriman.

Mereka tidak beriman, kecuali jika Allah menghendaki. Karena, Allah tidak menghendakinya, mengingat mereka tidak berusaha meminta kepada Allah agar Dia menunjukkan mereka kepada-Nya. Inilah hakikat yang tidak diketahui oleh banyak orang tentang sifat hati manusia. Yang kurang pada diri orang-orang yang tenggelam dalam kesesatan itu bukanlah karena di depan mereka tidak terdapat petunjuk dan bukti kebenaran. Namun, kekurangannya adalah penyakit yang ada di hati mereka, kemacetan dalam fitrah mereka, dan matinya batin mereka.

Petunjuk (hidayah) adalah balasan yang hanya layak didapatkan oleh orang-orang yang mencarinya, dan yang berusaha mendapatkannya.

A. Tafsir Surah Al-Hajj ayat 17.

"Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shabi'in, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi, dan orang-orang musyrik. Sesungguhnya Allah akan memberi putusan di antara mereka pada hari Kiamat. Sesungguhnya Allah atas segala sesuatu Maha Menyaksikan". (Q.S. Al-Hajj:17.)

 Setelah ayat-ayat yang lalu menguraikan sikap manusia terhadap dakwah Rasul saw, ada yang sesat karena disesatkan, ada pula yang menyesatkan, ada yang ragu menyembah Allah di pinggiran, dan ada juga yang beriman, kini ayat diatas berbicara tentang sikap manusia menyangkut aneka agama-agama serta apa yang akan mereka hadapi di hari Kemudian.  Ayat ini menyatakan bahwa : Sesungguhnya orang-orang beriman yakni beriman kepada Nabi Muhammad saw., orang-orang Yahudi yang mengaku beriman kepada Nabi Musa as, orang-orang Shabi'in penyembah binatang atau malaikat, orang-orang Nasrani yang mengaku beriman kepada Isa as, orang-orang Majusi para penyembah api dan orang-orang musyrik yang menyembah berhala -- semua penganut agama dan kepercayaan yang berselisih satu sama lain itu, sesungguhnya Allah akan memberi putusan di antara mereka pada hari Kiamat.

Yakni Dia akan menentukan siapakah di antara mereka yang benar dan siapa pula yang salah. Sesungguhnya Allah atau segala sesuatu Maha Menyaksikan dan Mengetahui serta akan memberi balasan sesuai dengan amal perbuatan mereka semua itu.

Ketika menafsirkan Q.S. al-Baqarah [2]: 62, penulis antara lain menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kata ( )   hadu adalah orang-orang Yahudi. Mereka dalam bahasa Arab disebut () yahud. Sementara ulama berpendapat bahwa kata ini terambil dari bahasa Ibrani () yahudza. Dalam bahasa Arab kata ini ditulis hanya dengan sedikit sekali perbedaan yaitu meletakkan titik di atas huruf ( ) dal. Perlu di ingat bahwa peletakkan titik dan baris pada aksara Arab dikenal jauh setelah turunnya al-Qur'an. Disisi lain, bahasa Arab sering kali mengubah pengucapan satu kata asing yang diserapnya. Di sini hal tersebut pun demikian. Penamaan tersebut-tersebut Thahir Ibn' Asyur baru dikenal setelah kematian Nabi Sulaiman as, sekitar 975 S.M. Ada juga yang memahami kata tersebut berasal dari bahasa Arab yang berarti kembali yakni bertaubat. Mereka dinamai demikian karena mereka bertaubat dari penyembahan anak sapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun