Mohon tunggu...
Samuel Edward
Samuel Edward Mohon Tunggu... Seniman - Pecinta dunia literatur, pecinta kopi, pecinta satwa khususnya anjing, pecinta alam. Dan semua itu dalam stadium 4 dan grade 4!

Tugas yang kuemban adalah membawa dan membuat mulia nama Bos-ku di mana pun aku hidup, apa pun yang aku lakukan, kepada siapa pun yang aku temui, kapan pun waktu dan kesempatannya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pasangan Hidup, Presiden, dan KFC: Antara Cinta dan Komitmen, serta Aktualisasinya

7 November 2016   15:39 Diperbarui: 7 November 2016   16:16 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menu “Combo Hot & Cheesy Chicken – Créme Cheesy Float” dan paket

Tanggal 20 Oktober adalah hari jadi resminya hubunganku dengan wanita pasanganku. Tanggal yang sama merupakan momen dua tahun memimpinnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (J.K.). Dan pada bulan yang sama, bulan Oktober, restoran waralaba K.F.C. memperingati ulangtahun keberadaannya di Indonesia.

Jelas sudah, kalau ditanya, apa kesamaan di antara ketiganya selain tanggal dan bulan, jawabannya ya ialah bahwa ketiganya sama-sama momen spesial. Pantas dirayakan. Namun, juga patut menjadi titik perenungan.

Apa yang dirayakan dan direnungkan? Yang dirayakan itu pastinya adalah kemenangan, kebahagiaan, dan sukacita yang terkandung pekat di dalam ketiga peristiwa tersebut. Sedangkan, yang direnungkan adalah segala hal yang menjadi tantangan dan ujian yang tak kalah kental mewarnai ketiga momen itu, yang sekaligus merupakan penentuan bagi mati-hidup dan bangun-jatuh ketiganya.

Hubungan asmara, pemerintahan/kepemimpinan/politik, dan bisnis memang mesti selalu diuji. Harus senantiasa diukur kadar kemurniannya. Ini penting dan esensial bukan hanya bagi keberlangsungan ketiganya melainkan juga untuk peningkatan kuantitas dan mutunya.

Di samping itu, ada pula kesamaan lain di antara ketiganya. Tidak cuma hubungan antara dua insan seperti perempuanku dan aku saja yang mutlak memerlukan adanya cinta, namun proses memimpin bangsa serta kegiatan bisnis pun demikian. Presiden Jokowi dan Wakil Presiden J.K. wajib memiliki cinta terhadap rakyat dan tanah-air Indonesia yang dipimpin dan dikelolanya. Melayani konsumen dan menjalankan manajemen perusahaan juga harus dikerjakan dengan cinta oleh pebisnis dan perusahaan, termasuk K.F.C. Indonesia. Sebab, cintalah yang membuat semuanya menjadi ringan, tidak berat untuk dikerjakan. Cinta juga yang dibutuhkan untuk membawa naik kualitas dan kuantitas.

Kesamaan lain di antara asmaraku, pemerintahan Jokowi-J.K., dan bisnis K.F.C. Indonesia ialah mutlaknya keberadaan komitmen. Komitmen tidak bisa dipisahkan dari cinta. Cinta tanpa komitmen adalah bohong. Sementara, komitmen tanpa cinta menjadi komitmen yang mati dan tanpa nyawa, dalam arti: tidak dinamis dan tak indah. Karena itu, kita juga bisa menyebutnya sebagai “komitmen cinta”. Komitmen cinta inilah yang menjadikan relasi sepasang kekasih, entah itu dalam hubungan pacaran, hubungan pertunangan, ataukah hubungan pernikahan, mampu membentuk kehidupan baru, baik dalam bentuk prokreasi-reproduksi, di mana terlahir anak sebagai buah cinta-kasih, maupun dalam bentuk pengalaman baru yang diperoleh kedua insan, kemanfaatan yang disumbangkan oleh yang bersangkutan bagi banyak orang di sekitarnya, serta kreativitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan pengalaman dan kemanfaatan tersebut.

Dan sebagaimana kepemimpinan negara dan pemerintahan di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini, juga seperti halnya bisnis yang dijalankan K.F.C. Indonesia, komitmen cinta di dalam hubunganku dengan pasanganku pun mau-tak mau wajib melewati masa-masa pengujian. Cinta di antara kami berdua harus mengalami tantangan yang berat guna membuktikan ketulusan, keaslian, dan kemurniannya. Komitmen kami berdua dalam menjalani hubungan pun demikian: harus menempuh proses pengujian yang tak sedikit agar bukan saja tetap kuat tetapi justru juga menjadi lebih kuat. Dan kemurnian cinta serta kekokohan komitmen tersebut harus dibuktikan pula dalam bentuk yang konkret. Aktualisasi yang paling mendasar ialah berupa pengorbanan. Aktualisasi dapat pula berupa tindakan membagi kesukaan dan kegembiraan dengan orang yang kita cintai dan yang kepadanya kita berkomitmen.

Untuk merayakan ulangtahun kebersamaan pasanganku denganku, juga untuk mengingatkan kami akan komitmen cinta yang kami bina, dan sebagai langkah awal dari aktualisasi tingkat kesekian dalam hubungan kami, di tahun 2016 ini, kami pun memutuskan mengadakan semua itu di K.F.C., tepatnya di outlet yang berada di La Grande, di bilangan Jalan Merdeka, Bandung.

Kami tidak mengadakannya tepat di tanggal 20 Oktober. Awalnya, kami memang merencanakan untuk melakukannya di hari itu. Namun, karena pada hari itu dan selama dua hari berikutnya, pasanganku sedang tidak sehat, perayaan momen kebersamaan itu pun kami tunda. Jujur, aku kecewa lantaran tidak bisa merayakannya tepat waktu. Tetapi, bukan cuma aku yang merasakannya. Perempuanku pun sama. Dan justru dialah yang lebih tidak enak hati. Pertama, karena tidak bisa merayakan tepat waktu, dan kedua, karena merasa bersalah. Tetapi, tak kubiarkan rasa kecewa menguasaiku. Justru aku berusaha mengonversi energi negatif yang dipancarkan kekecewaan itu menjadi energi positif berupa keinginan menyenangkan pasanganku. Bukan hanya dengan ide-ide untuk memberi kejutan padanya, namun juga dengan menenangkannya dari perasaan bersalah. Karena, secara rasional, memang bukan salahnya kalau dia agak sakit sehingga kami tidak bisa pergi berkencan di hari spesial kami.

Minggu, 23 Oktober 2016, siang hari setelah pulang gereja, akhirnya kami berdua pun pergi keluar juga untuk berkencan dan merayakan kebersamaan cinta kami. Dan itu tidak berjalan mulus-mulus saja. Kami terganjal sedikit “insiden”. Bukan keributan. Bukan pula perselisihan. Hanya sedikit kebingungan. Bingung menentukan tempat.

Setelah berdiskusi agak panjang selama hampir sejam di dalam perjalanan, dibarengi tawar-menawar gagasan, yang semuanya sebetulnya tidak terlalu penting namun tetap saja cukup merumitkan dan memusingkan, akhirnya kami melihat outlet K.F.C. di Jalan Merdeka itu. Kami memang sudah agak lama tidak melewati Jalan Merdeka dan berkunjung ke mal besar di kawasan tersebut, jadinya kami baru kali itu tahu bahwa sudah ada lagi restoran K.F.C. di jalan yang termasuk paling terkenal di Kota Bandung tersebut. Sebelumnya, beberapa tahun berselang, sempat ada restoran K.F.C. di jalan tersebut, namun kemudian tutup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun