Mohon tunggu...
samuel purba
samuel purba Mohon Tunggu... Administrasi - PNS, pemerhati sosial

Penikmat alam bebas dan bebek bakar; suka memperhatikan dan sekali-sekali nyeletuk masalah pendidikan, budaya, dan kemasyarakatan; tidak suka kekerasan dalam bentuk apa pun.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

State of The Art Perguruan Tinggi Negeri?

2 Agustus 2019   16:23 Diperbarui: 2 Agustus 2019   16:57 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

So, whatever! 

Di awal perkuliahan saya langsung jatuh cinta dengan kampus ini. State of the art, istilah dari dosen yang pertama sekali lengket di kepala saya saat memberi kuliah umum dan gambaran perkuliahan yang akan kami jalani sepanjang berada di program studi ini. 

Dalam hal bangunan secara umum memang tidak terlalu berbeda dengan kampus lain. Namun fasilitas lain seperti perpustakaan modern dengan buku-buku terbaik adalah surga bagi mereka yang haus ilmu.

Ada beberapa hal yang sudah lama ingin saya bagikan tentang kuliah di ITB, secara khusus Program Studi Magister Studi Pembangunan ITB (program studi lain tidak saya bahas karena di luar pengetahuan saya), dengan harapan sedikit banyak dapat memberi sedikit gambaran mengenai perkuliahan di ITB secara umum. Paling tidak saya ingin membagikan sedikitnya dua keunggulan berkuliah di ITB.

Pertama, kualitas dosen. Menurut saya dosen (staf pengajar) di ITB adalah orang-orang terbaik. Mereka tidak hanya cerdas secara intelektual tapi juga memiliki passion yang sunggung-sungguh menjadi seorang pendidik. 

Saya jarang sekali seorang dosen senior masih sanggup mengajar/ berdiri di depan kelas selama 3-4 jam nonstop dan hanya sesekali minum air putih. 

Kuliah yang diberikan juga sangat sistematis, dimulai dari pengantar dan semakin lama semakin dalam. Tak jarang selama kuliah juga disertai dengan pembahasan kasus-kasus isu pembangunan dan dipresentasikan oleh mahasiswa secara perorangan maupun kelompok. 

Dijamin, kuliah 2 SKS yang dimulai jam 8.00 Wib pagi dengan tubuh yang masih segar, setelah kuliah selesai pukul 12.00 Wib, mahasiswa langsung ngacir ke kantin karena kelaparan atau nyari minuman segar untuk mendinginkan otak yang mulai berasap.

Komiten dosen juga terlihat dari ketepatan memulai dan menutup jam perkuliahan. Jarang sekali dosen telat masuk kelas, sebagaimana mungkin masih menjadi pemandangan umum di kampus lain. 

Yang membuat saya semakin kagum adalah saat setelah kuliah berakhir pun, dosen tersebut seringkali menyediakan waktu sambil beristirahat di Lounge kampus untuk melanjutkan diskusi yang belum tuntas di ruang kelas. Jika kuliah selesai di sore hari, diskusi masih bisa berlanjut sampai lewat magrib. 

Energi mereka terasa begitu besar untuk mengetahui serta membentuk fondasi cara berpikir para mahasiswanya. Meskipun terkadang kritik dosen tersebut terasa nyelekit (membuat begonya mahasiswa kelihatan), namun bagi saya hal tersebut adalah bagian dari proses belajar. Enjoy aja, sakit hati tidak berguna untuk belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun