Mohon tunggu...
PARTIKEL
PARTIKEL Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengolah Kata

Masih berusaha untuk mengolah kata yang tak bisa untuk di cerna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Cerita November

3 November 2018   14:31 Diperbarui: 3 November 2018   15:02 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berakhir sudah masa penantianku. Aku yang selalu menantikan datangnya bulan November. Entah bagaimana rasanya penantian itu berakhir hari ini ketika mulai memasuki tanggal 1 November 2018,  aku merasa sangat senang hari ini. Suasana hatiku begitu ceria, aku merasakan begitu banyak aura positif terpancar dari tubuhku, seakan hanya aku sendiri yang merasakannya

Tapi ternyata Adela dan Dwiky pun merasakannya, mereka merasa heran atas apa yang terjadi padaku, dan menanyakan kenapa? Aku menceritakan penyebab keceriaanku, lalu mereka kemudian memelukku bersamaan, ketika kami bertiga berpelukan hal itu di ketahui oleh mamanya dwiky, dia hanya tersenyum ketika melihatnya, dia memberikan sedikit penilaian tentang kami.

"Kalian menjadi semakin dewasa dan semakin bersatu, kebersamaan kalian membuktikan arti dari keluarga, kalian bukan lagi orang lain bagi keluarga ini, tapi kalian sudah masuk di dalamnya, kalian mengingatkan tentang arti dari sebuah keluarga" kata mama Dwiky. Pujian itu membuat kami semakin senang dan semakin menyayangi keluarga ini, bahkan kami lupa akan keluarga kami di rumah. Tapi aku tetap mengabarinya meskipun hanya lewat telp kami selalu berkomunikasi.

Sebelumnya hanya Adela yang tahu hari ulang tahunku, tapi hari ini dia mengatakannya pada semua orang, aku pun menginjak kaki adela yang kemudian menjerit kesakitan. Aku mengiyakannya, dan mereka berencana untuk merayakan hari ulang tahunku yang hanya tinggal beberapa hari lagi.

Hari hariku masih di iringi keceriaan, sampai tiba pada hari ulang tahunku. Ketika sarapan mereka hanya mengatakan selamat ulang tahun saja, dan mereka memelukku, tapi tidak ada sesuatu kejadian yang seperti aku bayangkan, aku sedikit berharap merayakan ulang tahunku di sini. tapi, semua itu sirna, harapanku hilang begitu saja, ingin  rasanya aku menangis tapi aku menahannya, karna tidak mungkin aku untuk mengingatkan hal itu, jika aku mengingatkan sama saja aku meminta.

Kesedihanku terbawa dalam pekerjaanku, beberapa kali aku menangis, tapi mereka  acuh seakan tidak mengetahui. Adela sahabatku sendiri yang biasanya selalu ada ketika aku dalam masalah sekarang dia mengacuhkanku, dwiky pun begitu. Dia yang biasanya humoris, mendiamkanku saat itu juga. Aku bertanya pada mereka "apa kesalahanku hingga kalian mendiamkanku, jika aku memang salah aku minta maaf, dan bagaimana aku harus menebusnya",  lalu kemudian Adela berteriak untuk menyuruhku diam.


Adela yang tidak pernah berbicara dengan nada tinggi membuatku terkejut, Adela yang aku kenal tidaklah pernah berkata kasar maupun berteriak seperti itu,  aku semakin bingung, dan aku hanya bisa menangis. Hingga sore hari kami pulang tidak ada yang menyapaku sedikitpun, kami hanya saling diam, Adela dan Dwiky sibuk untuk membicarakan pekerjaan, aku seakan menjadi patung yang tidak pernah di anggap oleh mereka.

Ketika sampai rumah, aku bertemu dengan mamanya Dwiky, dia langsung memelukku karna melihat aku menangis, dia hanya mengatakan untuk bersabar, akupun langsung masuk kamar untuk merenungkan setiap kesalahan yang pernah ku perbuat. tapi, kesedihan itu semakin membawaku ke dalam kegelapan, aku semakin terpuruk dan semakin tidak terarah, entah berapa lama aku berdiam diri dalam kamarku, sampai akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuaku.

Aku mulai berkemas semua pakaianku, dan hendak pulang, jam masih menunjukan pukul 19:00,  mungkin masih ada kereta ataupun bus untuk mengantarkanku pulang. Aku keluar kamar dan berpamitan, aku memeluk mamanya Dwiky, dan berpamitan kepada Adela dan Dwiky, wajah mereka masih memancarkan kemarahan padaku, dan ketika pamitpun mereka tidak mengucapkan sepatah katapun padaku, mereka pergi entah kemana, seakan memang ini kemauan mereka, akupun pergi keluar pintu dan menutupnya kembali, ketika aku menunggu taxi di depan rumah, ketika ada taxi yg berhenti aku langsung naik dan segera untuk pergi mengantarku ke stasiun.

Dalam perjalanan aku masih memikirkan tingkah laku semua orang, aku benar benar tidak menyangka akan menjadi seperti ini, aku terus memikirkannya, sampai aku tidak sadar kemana aku dibawa oleh supir taxi itu, lamunanku tersadar ketika supir taxi memberitahuku bahwa sudah sampai tujuan, akupun turun dari taxi. Tapi, ketika aku melihat sekeliling ternyata bukanlah di stasiun, melainkan di sebuah cafe, dan kemudian ada yang menyiramku dengan air sampai seluruh tubuhku pun basah kuyup.

Aku hendak memaki maki orang itu, tapi niat ku hilang ketika aku melihat siapa yang menyiramku, ternyata Dwiky. mereka semua ada disini, Adela dan mama dwiky membawa tulisan selamat ulang tahun,  aku menjadi bingung dan terus menangis, mereka semua langsung memelukku, dan meminta maaf atas semua kejadian hari ini. Akhirnya aku berganti pakaian dan segera menyusul mereka, akupun bangkit dari kesedihanku, aku tidak tahu akan rencana mereka, karna seumur hidupku belum pernah yang namanya merayakan ulang tahun, dan disinilah aku bisa merayakannya bersama teman dan sahabatku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun