Mohon tunggu...
PARTIKEL
PARTIKEL Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengolah Kata

Masih berusaha untuk mengolah kata yang tak bisa untuk di cerna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Hikmah dari Sebuah Kisah

30 Oktober 2018   09:39 Diperbarui: 30 Oktober 2018   10:04 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah beberapa hari kerja, kami memahami sebagian dari pekerjaan ini, kami belajar ramah untuk menghadapi berbagai jenis sifat pelanggan dan berusaha bersabar di setiap situasi, meskipun terkadang aku melontarkannya, sehingga membuat seisi boutiqe melihat ke arahku. Di situ aku langsung minta maaf atas segala tindakanku, sebelumnya aku yang tidak pernah sedikitpun menghargai orang. Aku tergolong orang yang mempunyai emosi tinggi sehingga apapun yang menurutku tidak menyenangkan langsung aku luapkan di tempat.

Sekarang secara perlahan aku mengerti akan tingkah laku burukku, mungkin itu semua karna lingkungan keluargaku yang tidak penah memiliki suasana damai dan nyaman, dan saat itu juga aku berusaha memperbaiki diri sedikit demi sedikit. Beda dengan Adela, dia memiliki hati yang lembut, semua terpancar dari tutur katanya yang sangat sopan dan tingkah lakunya yang polos, ketika sedang ada masalah Adela selalu menceritakannya padaku, dan selalu berusaha untuk tegar.

Aku merasa lebih baik setelah bertemu dengan adela, seakan dia selalu memancarkan aura positive di sekelilingnya, sehingga membuatku selalu iri dan ingin menjadi dirinya, tapi rasanya tidak mungkin, karna aku sadar semua sudah di tentukan TUHAN. 

Aku hanya tinggal memperbaikinya menjadi lebih baik. Selama bekerja kami bertiga sering bercanda ria, tertawa, bercerita dan berbagi kisah kisah kehidupan kami. Dirumah pun kami seperti itu, kami seperti keluarga bahkan kami lebih dekat dari pada di bilang pekerja, kami menikmati setiap detik kehidupan kami disini, kami merasa bebas seakan tidak pernah punya beban pikiran. 

tapi, saat merasakan kebebasan tersebut aku teringat akan keluargaku, meskipun tiap kali aku memikirkannya kesedihan selalu meliputiku. Kerjaku tidak bisa konsentrasi, dalam setiap tindakan  menjadi tidak bisa fokus, dan saat itu terjadi Adela selalu mengetahuinya dan selalu memberiku semangat untuk menjalani hari hariku, untuk tetap fokus pada pekerjaanku.

Ketika di rumah aku menceritakan semua kesedihanku pada Adela, dan sepakat untuk pulang bersama apabila memang waktunya sudah tiba dan aku menyetujuinya. tidak terasa waktu begitu cepat bergulir, Aku, Adela, dan Dwiky terkejut ketika mamanya Dwiky mengunjungi boutiqe, dan memuji setiap perubahan pada boutiqe tersebut. 

Kami pun menghampirinya dan mencium tangannya, itu kebiasan kami dan terbawa sampai ke sini, sampai Dwiky pun yang sebelumnya tidak pernah melakukan hal tersebut mulai mengikuti kebiasaan kami. ketika sedang sepi kami menceritakan semua perubahan itu, dan menunjuk Adela sang pembuat ide untuk merubah setiap jengkal boutiqe, kami hanya membantu melakukan pekerjaan tersebut. 

Sekarang boutiqe menjadi lebih menarik dan lebih banyak pengunjung, kami semua merasa senang dan berterima kasih atas segala pujian mamanya Dwiky, dan kami berharap bisa lebih  baik dan bisa berkembang dalam setiap langkah kami.

Sudah satu tahun aku dan adela bekerja pada keluarga Dwiky, kami semakin dekat dengan keluarga ini, ayah dan mamanya Dwikypun tidak lagi menganggap kami sebagai pekerja, tapi mereka menganggap kami sebagian dari keluarga mereka. Kami bertigapun semakin dekat dan semakin tahu kelebihan dan kekurangan dari setiap pribadi kami, banyak momen yang menjadi sebuah kenangan indah tentang kebersamaan kami, selama bekerja kami mengetahui sifat terpendam yang ada di dalam lubuk hati kami masing masing, dari hal yang buruk hingga hal yang menurut kami konyol. 

Kami sudah saling paham dan mengerti tentang kepribadian kami satu persatu, Aku yang sering ngambek dan mogok bicara pada mereka ketika ada suatu hal yang menurutku salah dan sering bicara sendiri ketika sedang kesal akan sesuatu hal maupun kepada seseorang, Adela yang tiba tiba marah dan melemparkan barang karna entah apa yang sedang terjadi kamipun tidak tau dan masih merasa penasaran, ketika mempunyai masalah dan tidak bisa bercerita karna masih sibuk masing masing Adela sering menangis dalam kamar mandi hingga dia tertidur. 

Dwiky satu satunya cowo yang bekerja pada boutiqe sekaligus anak dari pemiliknya, dwiky mempunyai hati yang tulus, tegas, dan bertanggung jawab atas segala pekerjaannya, dia orang yang humoris, sering melontarkan kata kata yang tidak kami mengerti dan tidak mau mengulangnya ketika kami tidak mendengarnya dengan jelas, dan hal yang paling menyebalkan dari dwiky adalah ketika hanya kami bertiga yang berada di boutiqe, dia sering buang angin ( kentut ) sembarangan dalam ruangan, seakan memang sengaja menunggu tinggal kami bertiga saja lalu kemudian dia melakukannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun