Samarinda sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Timur sejak booming kayu sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan denyut nadi pembangunan nasional maupun global. Pertama kali, ketika dibangun lapangan terbang Temindung sebagai cikal bakal keterbukaan wilayah dari jalur udara, kemudian pemindahan penduduk di tepi sungai Mahakam yang dikenal dengan nama Pasar Pagi hingga Telok Lerong ke daerah baru di Segiri. Praktis sepanjang tiga kilometer ditepi sungai kosong dari pemukiman dan berganti siring yang memanjang hingga Jembatan Mahakam sekarang. Termasuk Masjid Jami Darussalam yang cukup disegani di wilayah Pasar Pagi yang dibangun tahun 1925. Mesjid Darussalam ini kemudian dipindah agak ke daratan di Komplek Pertokoan Pinang Babaris Jalan Niaga Samarinda Ilir. Masjid Darussalam ini diresmikan tahun 1997 dan dinobatkan sebagai Masjid Raya di Kaltim. Saat ini setelah 30 tahun lebih meninggalkan kota Samarinda sebagai tempat kelahiran ternyata berbagai perkembangan semakin maju, tempat sekolah di SDN Teladan Jalan Sidomulya atau Kampung Sungai Dama dan Tanjung Batu di Simpang Empat Darjat sebagai tempat tinggal hampir tak kukenali lagi. Masih teringat saat berpakaian dayak bersama kawan-kawan siswa SMP Negeri 1 Samarinda menari giring-giring memeriahkan peresmian Stadion Utama Segiri dan selanjutnya menjadi arena kami bermain bola ketika sore hari. Begitu pula Sungai Pinang yang menjadi ajang kami mandi dan bermain kini hampir tak terlihat lagi arusnya deras dan bening seperti dulu. Yang mengejutkan adalah masjid besar yang disebut Masjid Islamic Center telah tegak berdiri dengan megah dan mempesona pendatang di Kota Samarinda. Wilayah Telok Lerong adalah tempat kami bersepeda mencari buah langsat yang terkenal manis dan disebut langsat air putih. Kini, tepi sungai itu menjadi lebih indah setelah dibangun Masjid Islamic Centre dengan luas bangunan utama adalah 43.500m2 serta luas bangunan masjid adalah 7.115 m2. Hebatnya lagi, masjid ini memiliki 7 menara terdiri dari satu menara utama setinggi 99 meter yang bermakna asmaul husna, kemudian empat menara penjuru setinggi 70 meter serta dua menara gerbang di sisi kiri dan kanan pintu gerbang utama setinggi 57 meter yang menandakan 6 rukun iman. Untuk menaiki bangunan utama mesjid disusun 33 anak tangga yang mewakili jumlah biji tasbih dalam amalan beribadah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI