Mohon tunggu...
Samsuni Sarman
Samsuni Sarman Mohon Tunggu...

guru smp standar nasional di kota banjarmasin anggota komunitas blogger Kayuh Baimbai Kalimantan Selatan suka menulis budaya, sastra, dan perjalanan wisata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Masjid Tiga Presiden di Samarinda

7 Agustus 2012   17:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:07 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Samarinda sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Timur sejak booming kayu sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan denyut nadi pembangunan nasional maupun global. Pertama kali, ketika dibangun lapangan terbang Temindung sebagai cikal bakal keterbukaan wilayah dari jalur udara, kemudian pemindahan penduduk di tepi sungai Mahakam yang dikenal dengan nama Pasar Pagi hingga Telok Lerong ke daerah baru di Segiri. Praktis sepanjang tiga kilometer ditepi sungai kosong dari pemukiman dan berganti siring yang memanjang hingga Jembatan Mahakam sekarang. Termasuk Masjid Jami Darussalam yang cukup disegani di wilayah Pasar Pagi yang dibangun tahun 1925. Mesjid Darussalam ini kemudian dipindah agak ke daratan di Komplek Pertokoan Pinang Babaris Jalan Niaga Samarinda Ilir. Masjid Darussalam ini diresmikan tahun 1997 dan dinobatkan sebagai Masjid Raya di Kaltim. Saat ini setelah 30 tahun lebih meninggalkan kota Samarinda sebagai tempat kelahiran ternyata berbagai perkembangan semakin maju, tempat sekolah di SDN Teladan Jalan Sidomulya atau Kampung Sungai Dama dan Tanjung Batu di Simpang Empat Darjat sebagai tempat tinggal hampir tak kukenali lagi. Masih teringat saat berpakaian dayak bersama kawan-kawan siswa SMP Negeri 1 Samarinda menari giring-giring memeriahkan peresmian Stadion Utama Segiri dan selanjutnya menjadi arena kami bermain bola ketika sore hari. Begitu pula Sungai Pinang yang menjadi ajang kami mandi dan bermain kini hampir tak terlihat lagi arusnya deras dan bening seperti dulu. Yang mengejutkan adalah masjid besar yang disebut Masjid Islamic Center telah tegak berdiri dengan megah dan mempesona pendatang di Kota Samarinda. Wilayah Telok Lerong adalah tempat kami bersepeda mencari buah langsat yang terkenal manis dan disebut langsat air putih. Kini, tepi sungai itu menjadi lebih indah setelah dibangun Masjid Islamic Centre dengan luas bangunan utama adalah 43.500m2 serta luas bangunan masjid adalah 7.115 m2. Hebatnya lagi, masjid ini memiliki 7 menara terdiri dari satu menara utama setinggi 99 meter yang bermakna asmaul husna, kemudian empat menara penjuru setinggi 70 meter serta dua menara gerbang di sisi kiri dan kanan pintu gerbang utama setinggi 57 meter yang menandakan 6 rukun iman. Untuk menaiki bangunan utama mesjid disusun 33 anak tangga yang mewakili jumlah biji tasbih dalam amalan beribadah.

Masjid Islamic Centre ini dibangun selama jabatan 3 Presiden RI, yaitu perencanaan pembangunan pada masa pemerintahan Presiden RI Bapak Abdurrahman Wahid, kemudian Presiden RI Ibu Megawati Soekarno Putri yang meresmikan pemancangan tiang utama pada tahun 2001 dan akhirnya diresmikan secara menyeluruh oleh Presiden RI Bapak Soesilo Bambang Yudoyono tahun 2008. Hingga warga masyarakat menyebutnya Masjid Tiga Presiden. Saat ini Masjid Islamic Centre Kota Samarinda dilengkapi dengan sistem tata lampu yang penuh warna sehingga akan tetap terlihat cemerlang di malam hari. Kecanggihan tata lampu yang dibalut warna-warni inilah yang membuat suasana anggun dan megah. Tidak salah jika warga Kota Samarinda khususnya, dan Provinsi Kalimantan Timur turut bangga dengan masjid yang dinyatakan sebagai termegah dan terindah di Asia Tenggara.
Sungai Mahakam yang tenang akan menjadi lebih syahdu dengan pencaran sinar lampu Masjid Islamic Centre Kota Samarinda. Tampaknya membangun icon kota dengan memanfaatkan keindahan tepi sungai berhasil tanpa cela oleh Pemerintah Kota Samarinda, malah menjadi kebanggan warga karena memiliki tempat ibadah dan pendidikan agama terbesar di Indonesia. Sungai Mahakam yang sibuk dengan arus perekonomian rakyat menjadi lebih berwarna dengan kehadiran Masjid Islamic Centre karena dari jarak kejauhan sudah tampak puncak kemegahan dan keanggunan sebagai simbol agama dan kebudayaan Islami. Inilah masjid terapung di tepi sungai mahakam, seperti juga masjid terapung di Laut Merah Kota Jeddah.
Bagaimana dengan Masjid Darussalam Samarinda, ternyata jarak antara kedua masjid yang megah ini tidak begitu jauh dan sama berada di tepi sungai Mahakam. Masing-masing memiliki keunggulan dalam arsitektur dan corak keindahan masjid di belahan dunia lainnya. Fasilitas dan sarana yang dimiliki pun sudah sangat beragam, selain tempat ibadah juga disediakan wahana pendidikan islami, ruang publik dengan taman yang indah, serta arena pertemuan dan resepsi - serta wadah singgah yang nyaman bagi pelancong. Inilah kebanggaan warga Kota Samarinda dengan Masjid Darussalam dan Masjid Tiga Presiden atau Masjid Islamic Centre.
Pandanglah keindahan dua masjid megah di  tepi Sungai Mahakam Kota Samarinda ini, Kubah hijau dengan 4 menara tinggi adalah Masjid Darussalam yang bergaya Turki Usmani, sementara di kejauhan tampak cemerlang adalah Masjid Tiga Presiden atau Masjid Islamic Center. Saatnya kita cinta masjid Allah! Posting yang sama ada di blog 'parigal samsuni' at http://www.samsunisarman.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun