Mohon tunggu...
SAMSUL AR
SAMSUL AR Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Asal Pegantenan Pamekasan Madura jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Urgensi Menanamkan Nilai-nilai Pancasila Sejak Dini

26 Juli 2022   08:36 Diperbarui: 26 Juli 2022   08:43 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh SAMSUL AR

Penyuluh Agama islam Non PNS Kec. Pengantenan

Radikalisme telah menjadi musuh bersama untuk terus diperangi. Karena radikalisme tidak sesuai dengan adat dan budaya indonesia dan pula tidak sesuai dengan pancasila sebagai falsafah negara. Menanamkan nilai-nilai pancasila merupakan bagian dari usaha untuk menangkal radikalisme yang semakin masif. Penanaman nilai-nilai pancasila sejak dini harus terus dibumikan, karena pancasila merupakan dasar negara yang harus tertanam dan dapat diimplementasikan dalam kehidapan sejak dini. Misal, sila pertama adalah ketuhanan yang maha esa. Bertuhan merupakan kodrat manusia, karena manusia diciptakan oleh tuhan. Menyakini akan keesaan tuhan, bagi orang islam merupakan kewajiban. Dalam al-Qur'an surah Ikhlas ayat 1s/d 3 menyebutkan bahwa "katakanlah Muhammad bahwa tuhanmu adalah satu. Dia tempat meminta, Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan". Jika rakyat indonesia tidak bertuhan, maka sudah bertolak belakang dengan falsafah negara yaitu sila pertama. Dalam islam mengenal tuhan telah diajarkan sejak dini, bahkan sejak manusia lahir ke dunia. Hal ini dapat dilihat ketika seorang bayi lahir ke dunia, diadzankan di telinga kanan dan diiqamahkan di telinga kiri yang merupakan sunah rasol. Jika dikorelasikan dengan sila pertama menujukkan bahwa, sejak lahir, islam telah mengajarkan untuk berpancasila. Namun tak dapat dipungkiri bahwa terdapat sebagian oknum yang tidak menerima pancasila sebagai dasar dan falsafah negara karena dianggap bertentangan dengan islam.

Selanjutnya pada sila kedua yaitu kemanusian yang adil dan beradap. Menjadi warga indonesia yang adil dan beradap merupakan keharusan. Beradap dapat dimaknai memiliki karakter yang baik, tentunya dengan menjadi manusia yang adil dan memiliki karakter yang baik, kesejahteraan dan kenyamanan hidup rakyat indonesia akan tercapai. Adil dapat dimaknai dengan menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, tidak melanggar aturan, menjaga tingkah laku agar sesuai dengan norma agama, adat istiadat, dan budaya. Maka faham terorisme dan radikalisme sangat bertentangan dengan nilai kemanusiaan yang adil dan beradap, karena tindakannya telah keluar dari norma agama, adat istiadat, dan budaya. Tidak ada budaya membunuh orang yang tidak bersalah itu dihalalkan, tidak ada norma agama yang menyuruh pengikutnya untuk membunuh. Begitu juga dengan islam, dimana salah satu prinsip hukumnya adalah menjaga nyawa (hifdzun naf). Maka tindakan terorisme sangat bertentangan dengan pancasila sebagai falsafah negara dan dan agama islam. Faham inilah yang harus ditanam sejak dini agar supaya generasi penerus bangsa memiliki basic yang kuat dalam menangkal terorisme dan radikalisme.

Bersatu menjadi warga indonesia dengan berbagai macam budaya, etnis, agama, kepercayaan, bahasa, pulau dan lain merupakan kewajiban. Hal ini merupakan bunyi sila ke tiga yaitu persatuan Indonesia. Atas nama indonesia, mempertahankan negara kesatuan indonesia merupakan kewajiban, Maka menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan bentuk cinta terahadap tanah air. Sedangkan cinta tanah air bagian dari iman, separti apa yang disebutkan dalam sebuah hadist. Hubbul wathon minal iman (cinta tanah air merupakan bagian dari iman). Hal ini menandakan bahwa persatuan merupakan hal yang penting. Tak dapat dihindari bahwa indonesia terdiri ribuan pulau yang memiliki bahasa, dan kebudayaan yang berbeda. Budaya yang berbeda ini merupakan keunikan yang harus disyukuri dan dipertahankan, karena dengan keunikan inilah indonesia menjadi sangat menarik. Keunikan inilah yang menjadi rahmat bagi rakyat Indonesia untuk terus bersatu dalam perbedaan (unity in diversity) dengan sebuah selogan yang harus dijunjung tinggi, " Bhinneka Tunggal Ika, (berbeda-beda-beda tetapi tetap satu).

Nliai sila ke empat adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Dalam islam patuh terhadap pemimpin merupakan kewajiban selagi pemimpin itu tidak menyuruh berbuat kejahatan. Begitu juga dengan patuh dan taat kepada pemerintah yang menjadi wakil rakyat. Seperti yang disebutkan dalam al-Qur'an surah An-Nisa' (59), " Taatah kalian kepada Allah, rasulnya dan orang yang memimpin kalian". Dalam kontek keindonesiaan, menaati pemerintah dan perangkatnya merupakan kewajiban, begitu juga dengan mengikuti aturan yang berlaku. Jadi, anggapan bahwa pemerintah adalah thoghut merupakan persepsi atau faham yang sangat bertentangan dengan agama islam, norma, dan adat-istiadat indonesia, khususnya pancasila.

Selanjutnya, sila ke lima adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia menujukkan bahwa rakyat indonesia harus menjadi rakyat yang adil. Keadilan ini tidak memandang ras, agama, kepercayaan, budaya, dan lain-lain. Dengan satu tujuan bahwa rakyat Indonesia harus menjadi rakyat yang adil, berjiwa sosial dengan saling membantu satu sama lain, saling menerima dan menghargai, tidak diskrimaninasi, toleransi, karena rakyat indonesai memilik hak yang sama, hak untuk hidup, hak berkreasi dan berkarya, tanpa melihat dan membeda-bedakan warna kulit dan asal usul  sehingga menjadi rakyat yang sejahtera. 

Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai pancasila sejak dini sangat penting sehingga anak-anak tidak hanya hafal pancasila tetapi juga dapat menjadi dasar dalam berbebangsa daan bernegara ketiak sudah dewasa. Hal ini dapat dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat ibadah seperti masjid, vihara, pure, candi, atau mengunjungi panti asuhan dan mematuhi rambu-rambu lalu lintas dijalan raya, menanam pohon, dan lain-lain. Karena, dengan mengaplikasikan dalam kehidupan nyata, anak-anak akan memiliki mental nasiolisme dan toleransi sejak dini. Dengan harapan indonesia menjadi negera yang aman, damai, dan tentram seperti yang dicita-citakan bersama. Oleh karena itu, menanamakan nilai-nilai pancasila sejak dini, mulai dari sila pertama sampai sila kelima merupakan tugas kita bersama termasuk orang tua, agar supaya pencegahan faham radikalisme dapat  ditanggulangi sejak dini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun