Mohon tunggu...
sampe purba
sampe purba Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Insan NKRI

Insan NKRI

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jejak Preman dalam Penamaan Hari

6 April 2021   16:51 Diperbarui: 6 April 2021   17:01 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mone -- mona -- montag -- Monday. Akar katanya adalah moon atau bulan. Di Britania kuno, anak anak yang lahir di hari Senin, sering dinamai dengan Mona. Entahlah kalau Mona Lisa ya. Dewi  lunae adalah nama dalam bahasa latin yang berarti bulan. Dari sanalah istilah lunar system berakar.

Solis -- Sonen -- Sunnan -- Sun - Sunday. Ya, hari yang istimewa ini diberikan nama kehormatan dengan dewa terbesar, dewa matahari. Matahari adalah benda langit paling dominan yang diketahui pada zaman Babilonia hingga zaman penjelajah Nordic tersebut. Penanggalan yang berbasis mataharipun dikenal dengan solar system.

Kalau saat ini sih, dalam sistem galaksi bimasakti saja ada lebih 300 milyar bintang, dengan sistem gugus dan orbit masing-masing. Beberapa di antaranya lebih powerful dibanding dengan matahari yang kita kenal dalam sistem tata surya.
Untunglah penamaan jumlah hari telah tuntas. Otherwise, engga tahu kita, mau berapa lagi nama nama dewa dewi akan diselipkan seiring dengan ditemukannya sistem sistem planet baru.

Anda tahu Elon Musk bukan ?. Itu lho orang terkaya terjenius sejagat. Pelopor mobil listrik TESLA. Dia juga  yang telah berhasil mendaratkan helikopternya di  mars bulan lalu. Musk bahkan bertekad tahun 2022 tahun depan, akan berangkat ke Mars dan kembali ke bumi. Entah kebetulan atau tidak, Musk artinya adalah merah menyala kejingga jinggaan. Itu persis warna planet Mars. Kita tunggu, mungkin kelak, ketika manusia sudah dengan mudah berlalu lalang ke Mars dengan SpaceX Jetnya itu, semudah orang Jakarta -- Silangit, kali saja nama Mars juga akan dirubahnya menjadi Musk. Tetapi kok Jakarta -- Silangit sih ?. Ya iya lah. Kita kan lagi bicara benda-benda LANGIT

Nah, bagaimana dengan di Nusantara ?

Peradaban dan pengetahuan nenek moyang kita kalah tua dari bangsa -- bangsa di atas. Tetapi urusan memberi nama, kita tidak kalah hebat. Dalam kisah pewayangan lakon Prabu Palindriya yang dapat dibaca dalam Pustaka Raja Purwa (baca PURBA) gubahan Ranggawarsita,    hal penamaan tersebut dapat dirunut. 

Orang Jawa cukup menetapkan lima hari saja satu siklus putaran. Tidak mau kalah dengan orang Junani atau Skandinavia kuno, nama nama hari pun diberi nama Sri, Kala, Brahma, Wisnu dan Guru, yaitu dewa dewi yang dihormati di jagad Jawa. 

Belakangan, mungkin karena rasa hormat ke para guru dewa dewi ini, nama yang disematkan ke hari hari ini correspondently adalah Legi, Pahing, Pon, Wage dan Kliwon. 

Satu siklus untuk satu hari pasaran. Ini lebih cerdas lagi, tidak perlu menunggu tujuh hari, satu hari Pahing sudah ketemu hari Pahing pekan depannya hanya dalam lima hari. Ekonomi berputar.  Pedagang untung, Rakyat makmur, gemah ripah loh jinawi.

Tetapi sepertinya, entah karena kurang sreg atau demi menjaga harmoni dengan pemilik peradaban kuno di belahan bumi lain, atua bagian dari kearifan lokal,  peradaban Jawa juga menghormati sistem Babilonia kuno. 

Pertemuan satu siklus hari Jawa dengan satu siklus hari Nordic memiliki arti spesial, misalnya Jumat Kliwon. Ini akan bertemu setiap 35 hari, yaitu lima hari Jawa dikalikan dengan tujuh hari skandinavia. Dalam beberapa tradisi, hari yang istimewa ini dirayakan spesial, misalnya dengan menanggap wayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun