Mohon tunggu...
sampe purba
sampe purba Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Insan NKRI

Insan NKRI

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sistem Penanggalan dan Jatah Preman

4 April 2021   14:15 Diperbarui: 4 April 2021   14:40 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sistem Penanggalan Gregorian

Pada zaman keemasan imperium Romawi Kuno, di bawah Julius Caesar dan Kaisar Augustus (antara 100 SM -- 100 M), sistem kalender baru diperkenalkan. 

Sistem Kalender Romawi sebelumnya satu tahun adalah 10 bulan yang diadopsi dari Mesir Kuno, dan dikukuhkan oleh Romulus, manusia serigala pendiri Kota Roma (750 SM) dipaksa menjadi 12 bulan. Nama Julius Caesar dan Kaisar Agustus perlu disisipkan. Di tengah pula.

Perhatikan akar kata Latin berikut. September = Septima = Sapta = tujuh, tetapi menjadi bulan sembilan; Oktober octo octaav = delapan, tetapi menjadi bulan sepuluh; November novem nine = sembilan, tetapi menjadi bulan sebelas; Desember Decem = Deka = sepuluh, tetapi menjadi bulan dua belas. 

Kedua Kaisar ini tidak puas hanya namanya yang diabadikan di tengah. Tetapi hari per bulan harus yang paling panjang pula. Jadilah Juli (untuk jatah preman Julius Caesar) dan Agustus (untuk jatah preman Kaisar Agustus), satu bulan masing-masing 31 hari lamanya. Bulan bulan yang lain mana ada seperti itu. Semua selang -- seling. PBB atau UNESCO modernpun tidak berani menggugatnya. Takut kualat kali.

Menurut ilmu Astronomi zaman itu telah diketahui bahwa satu tahun adalah 365,25 hari. Untuk mengatasi dan mengakomodir permintaan Julius Caesar dan Kaisar Agustus, ditetapkanlah satu tahun 12 bulan, masing masing satu bulan bergantian 30 hari dan 31 hari, dengan pengecualian pada bulan Juli dan Agustus yang harus sama sama 31 hari. 

Nah, akumulasi dari 30 dan 31 hari dalam satu tahun, sudah menjadi 367 hari. Berlebih dua hari. Mengatasinya ? Gampang. Dipotong saja ada satu bulan menjadi 28 hari. Bulan yang ketiban "sial" itu adalah bulan Pebruari. 

Hanya 28 hari. Bulan ini pula yang ketiban beban untuk menanggung yang 0,25 hari di atas. Maka setiap 4 tahun, Pebruari ini diadjust menjadi 29 hari. Jadilah setiap 4 tahun, jumlah hari setahun menjadi 366 hari, yang kita kenal dengan tahun kabisat. Orang yang lahir di Pebruari tahun kabisat, berulang tahunpun  hanya sekali empat tahun. Pasrah saja, apa boleh buat.

Persoalan sudah selesai ?. Ternyata belum. Belakangan seiring dengan kemajuan ilmu Astronomi, matematika, fisika, teropong bintang dan lain-lain, diketahui bahwa bumi itu mengorbit sekali dalam setahun hanya 365,242199 hari. Istilahnya "Hurang sangiris asa sabalanga". Walau hanya dalam bilangan nol koma, tentu kalau dalam ribuan tahun, pelencengannya menjadi lumayan besar.

Mengatasinya ? Gampang. Gunakan cara preman lagi. Tetapi kali ini cara preman yang ilmiah yang digerakkan tangan suci. Halal dan elegan.

Adalah Paus Gregorius XIII pada tahun 1582 AD yang mengambil prakarsa. Pada zaman itu, di abad Pertengahan otoritas wibawa kekuasaan Paus melampaui sekat takhta suci. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun