Mohon tunggu...
sampe purba
sampe purba Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Insan NKRI

Insan NKRI

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Fleksibilitas Praktik Beribadah (dan Bernegara Juga) di Masa Darurat

19 Februari 2021   13:54 Diperbarui: 20 Februari 2021   09:30 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bagaimana dengan politik kenegaraan ?

Seperti dijelaskan di atas, kerajaan Utara telah jatuh ke tangan Raja Asyur. Hizkia sejak awal telah mengantisipasi kemungkinan berlanjutnya invasi ini ke selatan. Dia  melakukan beberapa strategi.

Yang pertama pendekatan militer. Tembok tembok perbatasan kota diperkuat, pasukan disebar, dan sumber mata air terowongan Siloam dikendalikan. Di daerah langka air seperti Timur Tengah pada zaman itu, penguasaan air adalah salah satu key success factor  penentu keberhasilan  pergerakan pasukan. Mirip dengan penguasaan bahan bakar minyak untuk menggerakkan arsenal mesin perang tentara modern dalam perang dunia kedua.

Yang kedua pendekatan material. Pendekatan suap. Gerak maju pasukan Asyur ternyata tidak terbendung. Kota-kota berkubu Yehuda yang telah diperkuat Hizkia dalam 14 tahun pemerintahannya, jatuh satu per satu.  Menyadari situasi genting ini, dia berunding dengan pihak Asyur,  menyuap dengan sejumlah harta asal invasi tersebut tidak berlanjut ke Yerusalem.  Raja Asyur -- kini dipimpin Sanherib -- awalnya setuju. Dia membebankan sejumlah emas yang harus dipersembahkan. Hizkia menguras perbendaharaannya. Tidak tanggung tanggung !  Emas yang sebelumnya telah dibuatnya melapisi pintu bait sucipun dikerat.

Yang ketiga, Raja Hizkia pada saat yang sama melakukan politik dua kaki. Dia menjalin aliansi persekutuan dengan Penguasa Mesir. Ada kepentingan bertemu. Secara geopolitik, Mesir suatu kerajaan kuat di selatan Yehuda berkepentingan menghempang invasi kerajaan Asyur dengan menjadikan Yehuda sebagai buffer zone garda terdepan.

Raja Sanherib melakukan gerakan memutar, sebagian pasukannya bergerak menyusur garis pantai sisi barat ke selatan. Pasukannya menaklukkan tentara pendudukan Mesir di tanah Filistin yang sebelumnya diharapkan oleh Raja Hizkia untuk membantunya.

Lalu dengan jumawa, utusan Sanherib yang bersama pasukan besar dari Lakhis kota perbatasan barat yang telah jatuh, beserta  pasukan  cadangan  yang disiapkan dari arah Samaria,  meminta Raja Hizkia untuk menyerah. Berbagai olok olok dan ejekan propaganda militer yang dilontarkan membuat rakyat ketakutan, goyah dan patah semangat. Mirip seperti manuver tentara Hitler dalam zaman blitzkrieg.

Tiga strategi Raja Hizkia telah gagal. Menyadari kekeliruannya raja Hizkia berpaling ke Tuhan.  Dia meminta petunjuk Tuhan melalui Nabi Yesaya. Nabi Yesaya meyakinkannya dan mengatakan bahwa Yerusalem tidak akan jatuh, dan tidak perlu takut kepada Sanherib. Raja Hizkia, para petinggi militer dan rakyat berdoa berpuasa serta berserah pasrah kepada Tuhan. Mangangguk badar.

Setahu bagaimana, di kamp tentara pasukan Sanherib di kota Pelosium perbatasan Mesir tetiba terjadi wabah pandemi. Tikus tikus gurun pembawa penyakit sampar menewaskan pasukannya yang besar. Seratus delapan puluh lima ribu orang, mati seketika. Peristiwa ini juga dicatat oleh Herodotus sejarawan Yunani. Pasukan Mesir melancarkan serangan balik. Sanherib dan sisa sisa pasukannya melarikan diri dan kembali ke negerinya. Beberapa tahun kemudian,   di kota Niniwe tepian sungai Tigris, Babilonia, Raja Sanherib ini terbunuh sementara ia beribadah di kuil Nisrokh.

Pemirsa, ada tiga hikmah peristiwa ini yang perlu dipetik. Pertama, fleksibilitas peribadatan adalah suatu keniscayaan. Ends justify the means.  Kedua, diperlukan strategi yang tepat untuk mengantisipasi dan merespon suatu peristiwa, dan terakhir andalkanlah Tuhan sebagai the last resort (lebih bagus sejak dini).

Bahan bacaan :   2 Raja Raja 18 -- 19; 2 Tawarikh 29 -- 30; Yesaya 36-37; Paul Lawrence, Atlas dan Sejarah Alkitab. 

Jakarta,  Medio Pebruari 2021

(Penulis : Pernah mengenyam pendidikan Theologia)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun