Mohon tunggu...
sampe purba
sampe purba Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Insan NKRI

Insan NKRI

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Resensi Buku "Toba - Seri Kaldera Nusantara"

16 Februari 2020   16:01 Diperbarui: 16 Februari 2020   16:08 1431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Resensi Buku "TOBA -- Seri Kaldera Nusantara" Karya  A. Ratdomopurbo et.al

Oleh : Sampe L. Purba

Membaca buku ini, kita seakan dibawa berselancar ke dunia ilmiah historis beraroma dongeng geologis yang dibungkus dengan pilihan kata yang renyah memikat dan mudah diikuti kaum awam. Terbentuknya Danau Toba dan Pulau Samosir di tengah danau misalnya. Itu tidak terlepas dari fenomena tektonis dan vulkanis.  Tumbukan subduksi lempeng besar IndoAustralia dan Eurasia jutaan tahun lalu, merupakan aktivitas geodinamika raksasa yang membentuk patahan besar sesar Sumatera. Pergesekan ini menciptakan kantong kantong magma raksasa, yang mendorong penggembungan permukaan bumi ke atas.

Dorongan aktivitas vulkanis di dapur magma yang bagaikan cairan bubur raksasa yang kaya akan silikon relatif ringan, tidak kuat menahan beban statis dari atas, mengakibatkan terjadinya letusan maha dahsyat. Peristiwanya sekitar 840.000 tahun yang lalu. Pusat ledakannya ada di bagian selatan Toba (wilayah Porsea - Silaen) yang endapannya dikenal dengan Old Toba Tuff.

Sekitar 74.000 tahun yang lalu, terjadi letusan kedua kira kira di tengah Pulau Samosir yang sekarang. Letusan super volcano dahsyat ini, selain menggelontorkan debu maha dahsyat yang dibawa angin jauh ke Semenanjung Malaysia hingga ke dataran India, mengakibatkan gunungan tanah di atas amblas nyungsep ke bawah, menekan lapisan magma yang lembek, dan  membentuk mangkuk raksasa seluas 100 km x 30 km yang dikenal dengan kaldera Toba. Kaldera Toba adalah Kaldera kedua terbesar di dunia, setelah Yellowstone di Amerika Serikat. Lubang cawan raksasa tersebut lama lama terisi air yang membentuk danau Toba yang sekarang. Visualisasi peristiwa tersebut dapat ditonton di youtube.

Selanjutnya, aktivitas magma di bawah dasar danau, di tambah dengan volume air yang berat mendorong  bagian tengah dasar danau ke atas yang kemudian menjadi Pulau Samosir. Peristiwanya terjadi sekitar 33.000 tahun yang lalu. Jadi Pulau Samosir adalah endapan muda (New Toba Tuff) yang lahir dari rahim Kaldera Toba.

Bagaimana anda begitu yakin dengan peristiwa tersebut lengkap pula dengan tahun tahun kejadiannya ala tarombo silisilah Batak.  Di sinilah kepiawaian Pak Purbo (panggilan panggung populer Mas Ratdomopurbo -- kelahiran Yogyakarta) menjelaskannya.

Dengan mengutip hasil penelitian, publikasi dari orang orang berkompeten seperti R.W Bemmelen, Embahnya Geolog -- Penulis buku The Geology of Indonesia, 1949, Prof. C.A Chesner -- yang berhasil memetakan bathimetry -- peta bawah air danau toba -- dari Michigan Technology University), dan menganggap Samosir sebagai kampung halaman keduanya, serta hasil konferensi  para geolog dunia di Tuk-tuk Samosir, 2018 yang lalu, yang didorong Pemerintah untuk mempromosikan Kaldera Toba, penjelasan mas Purbo sangat mudah. Mengalir seperti membaca novel Kho Ping Hoo atau Api di bukit Manoreh.

Sisa sisa jejak temuan terumbu karang di puncak pulau Samosir, maupun debu debu yang terjebak di berbagai singkapan lapisan tanah di Sigura-gura, dan dikaitkan dengan ilmu carbon dating yang mengukur umur karbon yang terjebak di lapisan stratigrafis (studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan tanah dan interpretasinya), para geolog dapat merunut rekaman peristiwa yang terjadi ratusan ribu tahun yang lalu dengan presisi tinggi. Hanya meleset hitungan beberapa tahun. Ini mirip dengan penguraian kriminalitas dalam filem filem seri di TV yang menggunakan pendekatan ilmiah mendeteksi DNA maupun jejak jejak tinggalan suatu peristiwa ala FBI.

Metode  ilmiah para geologis ini dapat menjelaskan kenapa dinding dinding batuan kapur granit di sekitar Sibaganding curam (yang kita dongengkan sebagai batu gantung), Danau Silalahi dan Haranggaol relatif lebih dalam, atau pantai Lumban Bulbul Balige landai dengan pasir berkilau.

Pak Purbo, adalah seorang geologis vulkanologis (saat ini mengemban posisi penting di Badan Geologi, Kementerian ESDM). Ilmuwan lulusan Perancis ini pernah bertugas sebagai Chair World Organization of Volcano Observatories Data base Program, Senior Research Fellow, Nanyang University of Technology di Singapura beberapa tahun. Sambil mempersiapkan dan mengikuti conference, simposium dan lain-lain, penugasan tersebut menghantarnya ke pengembaraan dan interaksi sosiologis kultural ke berbagai sudut dan situs geologis di seluruh dunia. Itu juga yang melengkapinya dengan minat humanis dan keterampilan fotografi alam.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun