Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Saat Duit 1 Miliar Siap Digelontorkan, demi Jegal Langkah Gibran

6 Agustus 2020   22:47 Diperbarui: 6 Agustus 2020   22:57 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TEKA-TEKI siapa kader PDI Perjuangan yang bakal maju pada Pilwakot Solo, sudah cukup lama terjawab. Partai berlambang banteng gemuk moncong putih tersebut lebih memilih putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rabuming Raka, dibanding Achmad Purnomo.

Dalam kesempatan ini, kita tidak perlu berspekulasi, kenapa dan bagaimana DPP PDI Perjuangan menjatuhkan pilihannya terhadap Gibran. Itu sudah menjadi rahasia dapur mereka.

Hanya saja, setelah Gibran yang dipasangkan dengan mantan Ketua DPRD Kota Solo periode 2014 - 2019, Teguh Prakosa, membuat partai-partai lainnya mundur teratur, alias jiper mengusung kader-kadernya untuk berkompetisi melawan pengusaha kuliner martabak Markobar tersebut.

Jamak, jika beberapa partai politik di Kota Solo menyatakan kalah sebelum berperang melawan Gibran. Pasalnya, selain diusung oleh PDI Perjuangan, yang begitu mendominasi perolehan suara di Kota Bengawan, pada pemilu legeslatif 2019 lalu, ayah dari Jan Ethes ini diduga kuat akan mendapatkan suntikan kekuatan dari ayahnya sendiri, yang merupakan penguasa negeri ini.

Dengan kekuatan bersatunya dua kekuatan tersebut di atas, memang tidak bisa dipungkiri secara hitung-hitungan di atas kertas, sangat sulit bagi siapapun mampu menandingi keperkasaan pasangan Gibran - Teguh.

Maka, daripada harus "mati konyol" dengan cara melawan Gibran, beberapa partai politik lebih memilih gabung. Sebut saja di antaranya adalah Partai Gerindra dan PSI.

Dengan begitu, sempat banyak dugaan, jika Pilwakot Solo 2020 ini akan terjadi pseudo democracy atau demokrasi semu. Lantaran, dipercaya pasangan Gibran - Teguh ini hanya akan melawan kotak kosong.

Namun, menurut kabar terakhir yang cukup sering diberitakan media massa, sepertinya demokrasi di Kota Solo masih bisa diselamatkan. Pasalnya, kemungkinan akan ada pasangan dari perseorangan atau independen yang siap menandingi.

Pasangan tersebut adalah, Bagyo Wahyono-FX Supardjo, atau lebih dikenal dengan sebutan pasangan Bajo.

Kendati begitu, saya cukup kaget juga setelah membaca beberita media online, bahwa di "belakang layar", ada sebuah grand skenario yang telah disiapkan oleh beberapa partai tertentu untuk menjegal langkah "mulus" Gibran menuju kursi Solo 1.

Grand skenario tersebut setidaknya diungkap oleh Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kota Solo, Antonius Yogo Prabowo.

Dalam hal ini, PSI sempat ditawari uang tunai sebesar Rp. 1 milyar, asalkan mau mengusung calon pasangan penantang Gibran - Teguh Prakosa, dalam Pilkada Solo 2020 mendatang. Tawaran itu disebutkan datang dari orang yang mengaku sebagai tim pemenangan Achmad Purnomo-Anung Indro Susanto.

Dikutip dari CNNIndonesia, Yogo menilai, angka itu cukup fantastis, mengingat PSI sebagai partai 'pendatang baru'.

"Kami merasa nilai yang ditawarkan di luar dugaan. Apalagi PSI hanya punya satu kursi di DPRD," kata dia.

Itu skenario gerbong politik yang disiapkan. Desain mereka PKS, PAN, dan PSI. Karena Partai Gerindra sudah lepas, PSI jadi kunci," kata dia.

Masih dikutip dari CNNIndonesia, di tempat terpisah, Achmad Purnomo mengaku sama sekali tidak tahu-menahu mengenai wacana pencalonan dirinya dan Anung Indro Susanto di Pilkada Solo.

"Saya sama sekali tidak tahu. Malah saya baru dengar sekarang ini ada pasangan Purnomo-Anung," katanya.

Purnomo menegaskan dirinya sama sekali tidak setuju dengan politik transaksional sebagaimana dibeberkan oleh PSI.

"Saya nggak setuju kalau ada tawaran-tawaran uang seperti itu," katanya.

Purnomo Punya Potensi Lawan Gibran
Seperti telah saya bahas di atas, pasangan Gibran - Teguh Prakosa akan sangat sulit ditandingi pada Pilkada Solo 2020, karena PDI Perjuangan sebagai partai pengusungnya dan statusnya yang merupakan putra sulung Presiden Jokowi.

Namun begitu, kekuatan ini akan sedkit berkurang, jika memang benar Acmad Purnomo siap menantang Gibran.

Kenapa?

Karena sudah sama-sama diketahui, bahwa Achmad Purnomo adalah politisi PDI Perjuangan yang sudah sangat berpengalaman dan mungkin telah memiliki pendukung militan.

Terbukti, sebenarnya yang didukung oleh DPC PDI Perjuangan Kota Solo bukan Gibran, melainkan Achmad Purnomo sendiri.

Namun, takdir berkata lain. DPP PDI Perjuangan, justru malah lebih memilih Gibran.

Nah, dengan situasi ini, boleh saja Purnomo merasa sakit hati, dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mencalonkan diri dengan diusung oleh partai-partai seperti PKS, PAN.

Akan tetapi, karena kedua partai ini masih belum cukup untuk mengusung pasangan calon, maka dibujuklah PSI untuk turut bergabung.

Grand skenario ini memang masuk akal, karena boleh jadi para pendukung Achmad Purnomo, yang juga merupakan kader PDI Perjuangan Kota Solo, akan berbelot.

Dengan begitu, superioritas PDI Perjuangan di Kota Solo akan terpecah. Jika ini terjadi, merupakan kerugian sangat besar bagi kubu Gibran - Teguh Prakosa.

Tinggal kita tunggu, apakah kata-kata Acmad Purnomo itu benar adanya, bahwa dia tidak tahu menahu akan adanya grand skenario tersebut, atau sebenarnya hanya pura-pura saja. Lalu, siap menelikung di belokan.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun