Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengulik Pemanggilan Purnomo ke Istana

20 Juli 2020   22:17 Diperbarui: 20 Juli 2020   22:54 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BEBERAPA waktu lalu, tepatnya Jumat (17/7/2020), publik tanah air dibuat tercengang dengan adanya pernyataan dari Ahmad Purnomo, selepas pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Ahmad Purnomo adalah Wakil Wali Kota Solo yang disebut-sebut rival utama putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka.
Purnomo sebenarnya dipanggil Presiden Jokowi, pada Kamis (16/7/2020). Namun, berita pernyataannya baru ramai diberitakan keesokan harinya.

Pria kelahiran Kebumen 28 Desember 1948 ini menyatakan, dirinya diberitahu Presiden Jokowi telah gagal mendapatkan rekomendasi dari DPP PDI Perjuangan, sebagai tiket untuk maju pada Pilwakot Solo 2020. Yang mendapat tiket tersebut adalah Gibran Rakabuming Raka.

Bukan itu saja, Purnomo juga mengaku, dirinya mengajukan permohonan bantuan kekurangan biaya pembangunan Mesjid di Kompleks Sriwedari sekitar Rp. 100 milyar. Permohonan tersebut menurutnya akan dikabulkan oleh Presiden Jokowi.

Itu saja?

Tidak. Masih ada satu lagi. Walaupun, pada akhirnya diralat lagi. Yaitu, Presiden Jokowi sempat menawarkan posisi atau jabatan yang cocok buat Purnomo.

Kendati begitu, pernyataan Ahmad Purnomo ini kadung menyebar kemana-mana dan menjadi diskursus panas di sejumlah kalangan. Terutama para politisi dan pengamat politik.

Ada yang menilai, Presiden Jokowi telah semena-mena menggunakan fasilitas negara demi kepentingan pribadi dan ada juga yang menganggap, mantan Gubernur DKI Jakarta ini telah melakukan intervensi politik.

Tak hanya itu, Presiden Jokowi juga disebut-sebut berambisi melanggengkan kekuasaannya melalui putra sulungnya tersebut, dinasti politik, serta memperdagangkan kekuasaan pun tak urung diarahkan terhadap orang nomor satu di republik ini.

Pendek kata, dengan adanya pemanggilan Ahmad Purnomo, disusul dengan pernyataannya selepas dari Istana Presiden, membuat mantan Wali Kota Solo tersebut jadi bulan-bulanan sejumlah kalangan.

Blunder atau Pengalihan Isu?

Fakta sudah jelas, Presiden memanggil Ahmad Purnomo hanya untuk memberitahukan, bahwa yang mendapatkan rekomendasi adalah Gibran.

Bagi saya, tindakan yang dilakukan Presiden Jokowi masih tidak bisa dipercaya. Masa iya, urusan se-sensitive tersebut dilakukannya secara terang-terangan.

Saya yakin dan percaya, bahwa Presiden Jokowi sadar akan dampak dari tindakannya ini. Sebab kalau tidak, ini merupakan blunder yang pernah dilakukan oleh seorang Jokowi selama menjabat presiden.

Ada beberapa hal yang menurut saya, pemanggilan Purnomo ini ganjil.

Pertama, idealnya yang memberitahu tentang siapa gagal, siapa dapat rekomendasi adalah pihak internal PDI-P. Bisa itu DPP langsung, atau Pengurus tingkat provinsi.

Pertanyaannya, kenapa harus Presiden Jokowi langsung, apa pihak internal partai tidak ada yang berani memberitahunya? Saya kira tidak.

Kedua, kalaupun terpaksa Presiden Jokowi yang harus memberitahunya, kenapa harus langsung memanggilnya ke Istana Presiden. Untuk masalah yang sipatnya privacy, tentunya tidak etis membicarakan hal tersebut di Istana Presiden.

Dalam hal ini, Presiden Jokowi bisa saja memberitahukannya via ponsel, atau dengan cara-cara lain yang seminimal mungkin diketahui masyarakat luas.

Ketiga, saya kira tanpa diberitahu Presiden Jokowi pun, rasanya Ahmad Purnomo sudah lebih dulu mengetahuinya. Atau paling tidak, akhirnya dia akan mengetahui sendiri, saat pengumuman calon-calon yang akan maju pada Pilkada serentak 2020, khususnya kandidat Pilwakot Solo, dibacakan oleh Puan Maharani, Jumat (17/7/2020).

Dengan tiga alasan di atas, saya rasa apa yang dilakukan Presiden Jokowi ini memang disengaja, dengan tujuan yang saya sendiri masih belum bisa menerkanya.

Namun, jika boleh berhipotesis, Presiden Jokowi sengaja memanggil Purnomo ke Istana dengan maksud untuk memberikan penghargaan atau rasa hormatnya. 

Bagaimanapun, Purnomo adalah politisi PDI-P senior dan usianya juga di atas Jokowi sendiri.
Dengan kata lain, Jokowi ingin nuwun sewu terhadap Purnomo atas nama putra sulungnya, Gibran.

Namun, jika ini maksudnya, jelas merupakan tindakan blunder yang telah dilakukan Presiden Jokowi. Terbukti, suara-suara miring langsung berseliweran paska pertemuan itu.

Atau, Presiden Jokowi memang sengaja memanggil Purnomo ke Istana untuk mencipatkan isu baru di tengah-tengah masyarakat, guna mengalihkan isu lainnya.

Isu mana yang tengah ramai dibicarakan masyarakat sebelum pertemuan Jokowi - Purnomo terjadi?

Dalam amatan sederhana saya, ada beberapa isu yang tengah ramai di masyarakat. Baik isu nasional maupun lokal.

Untuk isu nasional, RUU HIP yang memantik aksi massa masih ramai dibicarakan publik, seolah tidak mampu dihentikan oleh pemerintah.

Kemudian, ada lagi isu buronan Djoko Tjandra yang memakan korban satu pejabat lurah dan tiga jendral Mabes Polri, dan tidak menutup kemungkinan akan terus merembet ke pihak-pihak lainnya. Isu ini pun begitu ramai dibicarakan publik.

Publik merasa dan menilai masih banyak aparat-aparat penyelenggara negara yang bermental bobrok. Jika ini tidak segera diredam, bukan mustahil bakal semakin banyak tuntutan dari masyarakat untuk menuntut kasus ini dibuka seterang-terangnya.

Sedangkan untuk isu lokal adalah terkait Kota Solo yang baru-baru ini dianggap sebagai zona hitam penyebaran virus corona, dan cukup banyak dibicarakan publik. Hal ini pernah dibantah langsung oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Itulah amatan sederhana saya. Apa yang dilakukan Presiden Jokowi ini memang sudah diskenario sejak awal, untuk pengalihan isu.

Memang, dalam hal ini, Presiden menjadi korban. Tapi, dia juga sadar, dia sudah tidak lagi membutuhkan pencitraan politik. Sebab, ini adalah periode terakhirnya jadi presiden.

Tentu saja ini hanya sebatas amatan sederhana saya. Boleh jadi pembaca memiliki amatan dan analisa yang justru jauh lebih masuk akal dari apa yang saya amati.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun