Mohon tunggu...
Semprianus Mantolas
Semprianus Mantolas Mohon Tunggu... Jurnalis - Pecandu Kopi

Baru belajar melihat dunia, dan berusaha menyampaikannya melalui simbol (huruf)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kado Hari Kemerdekaan yang Sesungguhnya

19 Agustus 2016   17:40 Diperbarui: 2 September 2016   18:32 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.konsultasiaja.com

Sehari setelah perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia yang ke 71, kita diberi banyak kado yang luar biasa banyaknya. Kado pertama adalah naiknya harga emas batangan bersertifikat milik PT Aneka Tambang pada kamis (18/9/16) dari 560.000 per gram menjadi 612.000 per gram, tulis situs investasi.kontan.co.id. Kado berikutnya datang dari cabang olahraga bulu tangkis. Perjuangan Tontowi Yahya/ Liliyana Natsir pada Olimpiade Rio 2016 akhirnya membuahkan hasil yang luar biasa. Medali Emas untuk cabang olaraga bulu tangkis berhasil direbutnya sebagai kado termanis untuk Indonesia. Ini adalah kedua kalinya medali emas dirayakan pada ulang tahun kemerdekaan. Perayaan yang pertama adalah pada tahun 2008 pada olimpiade di Beijing (lihat kompas.com).

Selain itu, ada pula kado kemerdekaan lain seperti tersedianya pasokan listrik di teluk Wondama, pegunungan Arfak, Papua Barat (lihat liputan6.com ), ada pula kado spesial untuk Gloria. Dirinya diizinkan oleh Presiden Jokowi untuk masuk kembali kedalam tim Paskibraka dan mengikuti seremonial pada upacara penurunan bendera sekaligus diangkat menjadi Duta Kemenpora oleh Imam Nahrawi pada Rabu (17/8/16), seperti yang dilansir dari ekoran.co.id.

Masih banyak kado dihari kemerdekaan lainnya, tapi kado tersebut bagi saya bukan sebuah pencapaian yang luar biasa. Mengapa? Perhatikan berapa banyak jumlah kekerasan terhadap perempuan dan anak? Lihat pula jumlah perdagangan manusia yang terjadi di Indonesia!

Berdasarkan data dari KPAI sebagaimana yang dikutip dari tirto.id, jumlah perdagangan anak pada awal juli kemarin sebanyak 31 kasus, sedangkan di tahun 2015 sebanyak 345, tahun 2014 sebanyak 263, tahun 2013 sebanyak 184 dan tahun 2012 sebanyak 173. 

Angka di atas menunjukan bahwa setiap tahunnya perdagangan terhadap anak terus meningkat. Anak terus dieksploitasi dan didayagunakan demi keuntungan orang dewasa. Salah satunya dipekerjakan sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK). 

Pada bulan April 2016 lalu, seorang anak SMP diculik dan dijadikan PSK di kafe remang-remang, Jakarta Timur. Kejadian ini terungkap setelah Ibu korban melapor ke kepolisian setempat setelah anaknya hilang selama 10 hari, sebagaimana yang dirilis dari pojoksatu.id. Hal serupa juga dialami oleh anak jalan di wilayah Bandung, yang dipaksa untuk menjadi PSK (lihat okezone.com). 

Selain itu kekerasan terhadap perempuan semakin lama, merajai aktivitas masyarakat Indonesia. Seperti dikutip dari tirto.id, kekerasan pada perempuan pada tahun 2015 sebanyak 16.217 kasus, dan tahun 2014 sebanyak 12.510. Bila dilihat, selama satu tahun terakhir kekerasan terhadap perempuan meningkat kurang lebih 4.000 kasus. Hal ini setidaknya membuktikan bahwa wanita dan anak di masa sekarang bak telur di ujung tanduk, yang akan jatuh kemudian hancur ketika angin mulai berhembus. 

Perlu dicatat bahwa wanita dan anak adalah harta yang sesungguhnya bagi suatu negara. Mengapa?

"Dunia bergerak meninggalkan sejarah, terganti dengan sejarah baru dari generasi yang baru. Menghancurkan masa depan anak berarti menghancurkan masa depan bangsa dan peradaban manusia, karena kemajuan peradaban dilihat dari generasi penerus", tulis ilmpi.org.

Dari sini terlihat bahwa anak merupakan cikal bakal tumbuh dan berkembangnya sebuah bangsa. Bila masa depan anak hancur ataupun rusak maka yang rusak tidak hanya anak itu sendiri melainkan sebuah bangsa. Mungkin inilah yang menjadi alasan mengapa di usia yang ke 71, kita (Indonesia) masih seperti berada dalam masa kolonial belanda bahkan mungkin lebih parah lagi.

Kado inilah yang sebenarnya diterima oleh Indonesia di usianya yang hampir 3/4 abad. Usia yang sangat tua untuk ukuran manusia, tetapi masih saja bertindak seperti balita yang baru mengenal permainan baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun