Mohon tunggu...
Samhudi Bhai
Samhudi Bhai Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kompasianer Brebes Community (KBC)-68 Jawa Tengah -Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengapa Tidak Boleh Mengatakan Salah Profesi? Begini Alasannya

31 Maret 2021   15:26 Diperbarui: 31 Maret 2021   15:33 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi salah profesi/sumber: pixabay.com

Pada artikel kemarin Saya sudah menyinggung soal ini. Intinya tidak seperti apa yang diduga oleh Manusia. Manusia bisa benar dan salah dan inilah ciri khasnya manusia. Jika ada yang mengatakan salah profesi berarti secara tidak langsung telah melukai hati seseorang oleh karena itu sebaiknya tidak usah berbicara seperti itu jika belum melihat fakta yang sesungguhnya.

Sebagaimana yang diajarkan oleh para Kyai dan Ulama sebagai Guru Agama yang memberikan motivasi dan spirit agar dalam hidup ini senantiasa bersyukur. "Lain syakartum laa adzidanakum walain kafartum inna adzabi laasyadid" (jika kamu bersyukur niscaya akan Kutambahkan nikmatKu untukmu) al-ayah.

Bung Haji Rhoma Irama bolak balik melalui dakwah lagunya telah memberikan nasehat lewat beberapa syairnya diantaranya agar setiap manusia selalu bersyukur terhadap profesinya khususnya pada bidang pekerjaannya.

"Apapun pekerjaan syukuri dan juga ditekuni karena banyak orang siap mengganti" begitulah syair lagu bung Haji Rhoma Irama dalam judul "persaingan".

Seorang lulusan S1 belum tentu dapat diterima untuk bekerja disebuah perkantoran. Bukan dari perusahaannya yang menolak namun lebih kearah pribadinya masing-masing yang memilihnya. Terkadang ada yang tidak cocok saat ditempat kerja ada pula yang mengundurkan diri dari tempat kerjanya. Lalu kini berpindah sebagai driver gojek.

Jangan pernah mengatakan hal tersebut sebagai pekerjaan hina apalagi dina. Seperti misalnya memberi masukan kepada seseorang bahwa pekerjaan tersebut tidak cocok untuknya. Jika hal ini terjadi, Saya yakin itu akan menyakitkan hatinya. Apa lagi sampai mengatakan salah profesi. Itu sama sekali tidak etis. Oleh karena itu mengapa tidak boleh sembarangan mengatakan salah profesi pada seseorang. Salah satu alasannya ya seperti itu. Menjaga perasaan seseorang sebagai privasinya, inilah pentingnya mempunyai adab terhadap sesama.

Saya tidak tega untuk mengatakan "salah profesi" kepada siapapun. Saya tahu bahwa pekerjaan tersebut tidaklah sesuai dengan pendidikannya. Masalah pribadi biarlah menjadi privasinya dan kita tidak berhak mencampuri urusan orang lain.

Banyak pepatah yang bilang "hidup itu sawang piwang artinya hanya sebatas angan-angan. Misalnya Saya memandang profesi seorang Jurnalis yang mungkin setiap harinya bergelut dengan ide dan pemikiran secara pribadi untuk menulis berita dan Saya mengatakan "enak ya jadi jurnalis cuma nulis dan dibayar". 

Contoh lain Saya tidak mengatakan "oh enak ya ternyata menjadi seorang penulis misalnya, tinggal nulis dan dimuat Kompasiana maka mendapatkan honornya atau "oh ternyata enak ya kerja dikantor tinggal duduk doang depan laptop dan dapat gaji". Jujur Saya belum pernah mengatakan hal tersebut sekalipun saudara atau teman. Kenapa? Karena belum tentu dengan apa yang Saya katakan tersebut benar-benar enak.

Adakalanya justru menjadi penulis itu ruwet, repot dan susah sebab harus benar-benar kredibel atau adakalanya bekerja dikantor itu justru pusing tujuh keliling sebab menghadapi berbagai pokok tugas yang numpuk dimejanya.

Jadi, hidup itu adalah Sawang pinawang dalam bahasa jawa seperti itu. Artinya kita memandang pekerjaan tersebut enak, mudah dan gampang namun yang ada adalah pusing tidak karu-karuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun