Mohon tunggu...
Samdy Saragih
Samdy Saragih Mohon Tunggu... Freelancer - Pembaca Sejarah

-Menjadi pintar dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, membaca. Kedua, berkumpul bersama orang-orang pintar.- Di Kompasiana ini, saya mendapatkan keduanya!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kita Munafik

17 Juni 2011   06:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:26 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sekarang semua orang sibuk bicara kejujuran. Media massa memberitakannya tanpa henti setelah Siami, si Arek Suroboyo, berani mengadukan kecurangan Unas di sekolah anaknya.

Saya tidak habis pikir, mengapa baru sekarang? Kasus nyontek massal bukanlah sebuah rahasia segelintir orang ataupun sekolah. Semua manusia Indonesia dari pengemis jalanan hingga penghuni Istana di Jakarta sesungguhnya sudah tahu bahwa bangsa ini bangsa penyontek!

Perihal guru menyuruh anak didiknya untuk memberi jawaban ke teman, hanyalah tingkat paling rendah ketidakjujuran di sekolah. Tingkat yang lebih tinggi lagi misalnya guru memberi langsung jawaban pada murid-muridnya. Bahkan yang paling buruk: guru membetulkan kunci jawaban siswa sebelum dikirim ke penguji. Alih-alih mengajarkan kejujuran, para gurulah yang sebenarnya tidak jujur.

Banyak orang menduga kasus sontek disebabkan Ujian Nasional yang memberi tekanan luar biasa bagi para siswa. Katanya, ujian yang hanya beberapa jam tidak patut menentukan kelulusan pendidikan yang ditempuh selama 3 atau 6 tahun. Anak-anak didik menjadi stres hingga ada yang bunuh diri akibat tak kuat menanggung malu. Saran untuk menghapus Unas pun muncul.

Saya pikir, bukan di sini letak permasalahannya. Saya masih ingat ketika saya SD di mana tidak ada standar kelulusan yang dipakai. Tapi, kecurangan tetap terjadi. Guru memberi langsung jawapan pada murid beberapa menit sebelum ujian berakhir. Saya kira di daerah lain pun sama.

Lalu apa sebab karakter tak jujur bangsa ini?

Tidak Individualis

Ada baiknya kita pelajari karakter bangsa ini. Antropolog ternama, Koentjaraningrat pernah berkata bahwa salah satu kelemahan prinsip gotong royong adalah tidak ada penghargaan pada prestasi individu. Sampai sekarang siapa pencipta lagu Rasa Sayange tidak ada yang tahu sehingga kita kelabakan tatkala Malaysia mengklaimnya. Bagitu pula produk budaya dan seni lainnya.

Gotong royong menurut Bung Karno merupakan karakter asli bangsa. Karena itu manusia Indonesia selalu tergantung pada orang lain. Muncullah istilah "kebersamaan" yang bak kata sakti. Konsep kebersamaan ini bisa berarti setiap orang "memikul sama berat; menjinjing sama ringan". Manusia Indonesia seakan bangga apabila mereka memiliki nasib yang sama dengan manusia lainnya—bila perlu nasibnya sama-sama jelek. Kita pun tidak punya keinginan untuk "berani tampil beda" dengan orang lain.

Kasus sontek sebenarnya berhulu pada konsep kebersamaan ini. Para orang tua tidak mau anaknya tak lulus ujian. Mereka tidak kuat menanggung beban yang teramat berat apabila melihat anak tetangga bersorak girang. Takut membayangkan situasi ini, para orang tua mau tak mau memaksa anaknya untuk belajar keras. Kalau pun tidak berhasil, sang anak diperkenankan menyontek jawaban teman atau pemberian guru.

Para guru tentu sami mawon. Sebagian besar guru adalah orang tua juga. Mereka merasa kasihan pada anak murid karena tak bisa membayangkan apabila mereka menjadi orang tua si murid. Akhirnya, sang guru mau tak mau "menjual" segala kejujuran dan kebaikan yang diajarkannya dalam tempo beberapa jam. Selain itu, mereka juga tak kuat menanggung malu apabila sekolahnya tidak lebih baik dari sekolah tetangga. Lagi-lagi prinsip "kebersamaan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun