Mohon tunggu...
Sam Adhitia
Sam Adhitia Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Penulis & peneliti

Pemerhati masalah energi baru dan terbarukan, biomass-wood pellet, pemerhati masalah irradiasi pangan dan non pangan, pemerhati teknologi militer. Partner dari beberapa multinational corporation.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

PLTN bagi Indonesia, apakah sebuah pilihan?

5 November 2014   06:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:36 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan tadi sebenarnya ingin saya sampaikan kepada seseorang yang saya kagumi sebagai politisi senior di negara ini dan kenal hanya sebatas saat saya menonton televisi. Beliau juga pada hari ke-4 sejak dilantik kemarin menjadi Wakil Presiden sudah mencanangkan akan membangun proyek pembangkit tenaga listrik lagi sebesar 25,000 MW.

Krisis listrik sejak tahun 2000 silam rupanya belum mempunyai solusi yang pas. Lagi-lagi masih terkendala di berbagai hal. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menuturkan, pihaknya telah memetakan persoalan-persoalan ketenagalistrikan nasional. Ini penting dilakukan untuk mengantisipasi ancaman terjadinya krisis listrik di dalam negeri.

"Saya tadi jam 13.00 WIB mengumpulkan semua tim ditjen kelistrikan dan PLN mengupdate situasi kelistrikan. Semakin nyata kalau tidak melakukan terobosan akan krisis listrik dalam 2 tahun (ke depan)," ujar Sudirman di Kantor Wapres, Jl. Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (4/11).

Dia menjelaskan, tahun depan butuh peningkatan pasokan listrik sebesar 9 persen. Perhitungannya, setiap pertumbuhan ekonomi 1 persen butuh pertumbuhan listrik 1,5 persen.

"Target pertumbuhan ekonomi 6 persen maka harus 9 persen," ucapnya.

Kebutuhan listrik nasional selalu meningkat setiap tahunnya. Sudirman menyebut, Indonesia butuh tambahan 7.000 megawatt per tahun. Namun walhasil bahwa kemampuan dalam negeri hanya bisa memproduksi 2.000 megawatt saja.

Dia mengakui belum ada solusi yang lahir dari pembahasan dengan ditjen ketenagalistrikan. Bapak Presiden maupun Wakil Presiden pun belum memberikan instruksi.

Menyimak kalimat dari beliau sebagai berikut bahwa "Arahan dari wapres belum detail, mengkaji semua opsi. PLN meningkatkan. Yang ada apakah diperluas. Risiko lebih kecil. Caranya membuka pemain asing," katanya.

Lalu apa resiko yang akan terjadi apabila para pemain asing ini hadir di Indonesia. Apalagi beberapa pemain sudah "siap" dengan alih teknologi nuklirnya, seperti Rosatom dari Rusia yang telah siap untuk hadir di Indonesia dengan PLTN generasi ke 3 plus. Pada berbagai pemberitaan di Rusia, Rosatom juga telah melangkah jauh meninggalkan rivalnya di luar negeri dengan luncuran produk baru mereka PLTN dengan generasi ke 4. Rusia, sejak tragedi Chernobyl, tidak lagi terdengar mempunyai kesulitan pada pembangkit listrik bertenaga nuklir lainnya yang sampai sekarang dijalankan. Mereka bahkan mengerjakan proyek di luar negeri mereka, seperti di Iran, Vietnam dan lain sebagainya.

Jepang sebagai negara di Asia juga telah maju di dalam pembuatan pembangkit listrik tenaga nuklir ini, meski yang terakhir berita mengenai plant pembangkit listrik bertenaga nuklir mereka di Fukushima, mengalami kerusakan mengerikan akibat terjangan tsunami 2012 lalu. Pembangkit listrik ini bukan yang pertama di Jepang, namun ada beberapa lagi yang lain. Pembangkit listrik ini diusahakan oleh TEPCO (Tokyo Electric Power Company) sebagai PLN-nya Jepang.

Lalu siapakah menjadi yang akan dipinang oleh pemerintah didalam menangani krisis kelistrikan di negeri ini? Apalagi investasi yang tidak sedikit yaitu setara dengan 450 juta dollar Amerika. Built Own Operate (BOO) kah solusinya?

adhitiasam@gmail.com

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun