Mohon tunggu...
Salwa Putri Abdiarti
Salwa Putri Abdiarti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Sastra Belanda - Universitas Indonesia

Mahasiswi yang memiliki ketertarikan di bidang wisata, kuliner, dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kehidupan Masyarakat Belanda Saat Berada di Kamp Interniran Bandoeng

22 Juni 2022   00:18 Diperbarui: 22 Juni 2022   00:31 3619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kamp Interniran Bandoeng (Geillustreerde: 118)

Pada tahun 1944 kebijakan di dalam kamp dari administrasi sipil berubah menjadi kebijakan militer. Sejak saat itu penjaga kamp menuntut agar para interniran dan personel kamp pribumi membungkuk ketika orang Jepang lewat dan bahkan membungkuk ke mobil pembawa makanan yang lewat di depan mereka (Van Doorn 2012: 83). 

Sebagian kamp diurus oleh beberapa wanita Eropa yang dipekerjakan oleh tentara Jepang. Di setiap rumah diangkat seorang kepala sekolah yang tugasnya menjaga ketertiban, membagi makan, mendistribusikan dan menyampaikan pesan (Van Doorn 2012: 83). Para interniran diizinkan mengirim kartu pos kedalam kamp atau keluar kamp dengan sejumlah kata dalam bahasa Jepang, Melayu, atau Inggris. Namun, sebagian besar kartu pos tidak pernah tiba atau tiba sangat lama. Palang Merah Internasional melakukan beberapa upaya untuk mendapatkan surat atau telegram dari tahanan dan interniran kepada keluarga mereka di Belanda dan sebaliknya, tetapi surat ini juga sangat sulit untuk dikirim, dan kadang-kadang baru sampai setelah lebih dari satu tahun (Indische kamp archieven).

Lukisan berjudul  Kamer van een officierswoning te Tjimahi 1945 karya J.Boesveld (Arsip Museon Museum)
Lukisan berjudul  Kamer van een officierswoning te Tjimahi 1945 karya J.Boesveld (Arsip Museon Museum)

Para tawanan sering mengalami kejenuhan. Jika terdapat waktu luang mereka akan melukis, menulis buku harian, membuat puisi, dan melakukan aktivitas lainnya (Indische kamp archieven). Pada saat ini, barang-barang peninggalan mereka bisa dilihat di koleksi Museum Ilmu Pengetahuan dan Budaya Den Haag bernama Museon Museum. Gambar diatas adalah contoh arsip lukisan dari Museon Museum yang dilukis oleh J. Boesveld pada 24 Januari 1945 tentang keadaan kamp Tjimahi.

Evakuasi

Pada bulan Agustus 1945 tepatnya pada empat hari setelah Jepang menyerah, banyak orang yang melarikan diri dari kamp dan ada beberapa orang yang memilih untuk menetap di dalam kamp (Indische kamp archieven). Orang di luar kamp berada dalam posisi yang sangat rentan, rumah-rumah keluarga Belanda dikepung di waktu malam, dan para penghuninya dibantai dan tubuhnya dilempar di kali (Mari Bung, Rebut Kembali!). Sedangkan para interniran di kamp dilindungi oleh pasukan Jepang yang tersisa dan mendapatkan bantuan dari pasukan Inggris (Indische kamp archieven).

Indonesia menjanjikan bantuan penuh. Perdana Menteri Sjahrir menyatakan sekembalinya dari pertemuan pemimpin Indonesia di Djokjakarta bahwa pemerintahnya siap untuk membantu semua interniran Belanda yang ingin meninggalkan pedalaman Jawa untuk melarikan diri.  Dia menunjukkan bahwa kekhawatiran Inggris dan Belanda tentang kesehatan para tawanan telah mendorong keputusan untuk memprioritaskan pengangkutan para tawanan Belanda daripada tawanan Jepang. Para pemimpin tentara nasionalis Indonesia telah tiba di Batavia dari Djokjakarta untuk membahas bersama pemerintah Inggris tentang rincian evakuasi para interniran Belanda dan pengawal nasionalis lainnya (De Waarheid Volksdagblad: 9 Januari 1946). Namun dengan adanya perjuangan kemerdekaan yang pecah di pulau Jawa, sangat menghambat proses evakuasi orang-orang dari kamp. Setelah penyerahan kedaulatan pada bulan Desember 1949, sebagian besar orang Indo-Eropa meninggalkan negara asal mereka dan proses tersebut juga masih sangat lama dan masih banyak kendala (Indische kamp archieven).

Evakuasi warga Belanda dari Indonesia (Amigoe di Curacao Dagblad: 06-01-1958)
Evakuasi warga Belanda dari Indonesia (Amigoe di Curacao Dagblad: 06-01-1958)

Gambar di atas adalah potret evakuasi Belanda dari Indonesia pada tahun 1958. Dengan menggunakan kapal-kapal besar, pemerintah Belanda berharap ribuan orang Belanda dipulangkan dari Indonesia. Di dalam foto: Sekelompok orang Belanda sedang menunggu keberangkatan di Pelabuhan Tandjong Priok (Amigoe di Curacao Dagblad: 06-01-1958).

Kehidupan setelah di evakuasi

Setelah berhasil di evakuasi, mereka kembali ke rumah keluarga atau kerabat mereka yang tinggal di Belanda. Walaupun banyak yang mengalami trauma, mereka tetap berusaha menjalani kehidupannya kembali. Pada tahun delapan puluhan, muncul ketertarikan baru pada masa lalu seseorang terutama yang pernah tinggal di kamp pengasingan. Hal ini menyebabkan pembentukan sejumlah besar asosiasi dan komunitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun