Mohon tunggu...
Tarsisius pampuare
Tarsisius pampuare Mohon Tunggu... Supir - Data diri

Oke bang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Harga Sebuah Hati

26 Agustus 2020   10:55 Diperbarui: 26 Agustus 2020   11:01 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

HARGA SEBUAH HATI

Pada suatu waktu bumi berjalan melintasi semesta, sendiri dalam sepi. Meski pekat gelap semesta, si bumi dengan tenang melangkah. Pada suatu waktu ia singgah di galaxy andromeda mencari tempatnya di sana. ia berjumpa dengan salah satu bintang terang nan indah di persimpangan. 

Hatinya terpikat. Dibelinya tali pengikat untuk menambatkan dirinya di sana. ia menghampiri bintang yang cantik nan indah sambil berkata, adakah tempat untuk ku tambatkan hatiku di dalam semestamu? 

Menatap dengan tatapan penuh tanya, si bintang bertanya "apa urusanku dengan urusanmu, sehingga engkau mau menetap dalam semestaku" apa yang kau punya? Apa yang kau tawarkan? Si bumi terdiam merenung lalu berkata aku punya diriku, akan kuberikan diriku jika kau mau" si bintang tertawa sinis, "berapa harga dirimu sehingga mau kau tawarkan padaku?", 

"Apakah ada harga untuk diri yang tak berharga?" Si bintang berkata "apakah ada di semesta ini yang tak berharga? Apakah tidak kau lihat semesta yang gelappun memiliki harga dan menuntut harga? bukankah jika tak punya harga kau tak akan berharga?" Bumi sekali lagi termenung dalam ia berpikir "bukankah adaku sudah dengan sendirinya berharga? Tawa bintang cantikpun pecah "lucu, kau orang yang lucu dan naif, akankah ada tempat dan hati yang tidak menuntut harga? seperti badut si bumi merasa tak berharga. 

ia pergi dalam diam. Melanujutkan perjalanannya ia sekali lagi pergi melintasi semesta yang gelap. Dalam keheningan semesta ia terus merenung akankah ada tempat yang tak berharga, sampai ia terantuk dalam semesta bima sakti, ia terseungkur dan tertawa... 

ia sadar jalan-jalan yang sepi selalu tak berharga, ia merasa di sanalah tempatnya, ia tak perlu tali pengikat dan tempat untuk berbaring. Ia bangkit dengan girang dan melanjutkan perjalannya. Berpuluh tahun ia menggembara dan kembali tersadar bahwa hidupnya tak berharga dalam jalan-jalan sepi yang tak menuntut harga.

Tersadar akan kenyataan tersebut, ternyata bumi terjebak di bima sakti. Ia kembali melintasi ramainya keindahan bintang-bintang. Tetapi di pojok semesta itu ia berjumpa dengan mentari. Indahnya sekali lagi menarik hati bumi. Namun bumi menyadari tempatnya, ia terus berjalan mengabaikan mentari tak tertarik untuk menarik perhatiannya. 

Namun daya tarik mentari sangat kuat dan mengikat bumi di tempatnya, ia hanya berputar-putar dan tak dapat keluar. Bumi menatapnya dengan heran dan bertanya "untuk apa kau ikat hati yang tak berharga ini?" jangan kau mainkan..... mentari tersenyum manis dan bertanya "apakah perlu harga untuk hati yang tak berharaga?" Heran bumi pun bertanya "bukankah segala sesuatu berharaga?" mentari balik bertanya memang segala sesuatunya berharga tetapi apakah ada harga untuk harga itu sendiri? 

Bukan kah harga tak berharga? bumi terdiam, tetapi tanggannya diambil mentari dan tubuhnya dipeluk erat, bumi dan mentaripun mulai menari diiringi musik semesta. Dua hal yang berbeda berdansa, berelaborasi dan kehidupan lain mulai muncul di atas bumi... ia menyadari ada yang baru muncul di dalam dirinya.

Silau mentari di ujung langit. Kaki berlari mengejar tak henti. Semakin dekat tapi semakin jauh. Hanya terasa raga yang bercumbu dengan hangat mentari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun