Mohon tunggu...
Tarsisius pampuare
Tarsisius pampuare Mohon Tunggu... Supir - Data diri

Oke bang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Permainan politik di Balik Derita Yesus

19 April 2019   22:06 Diperbarui: 19 April 2019   23:01 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Haru ini umat kriatiani mengenang sengsara Yesus. Derita yang dialami Yesus diyakini sebagai tindakan penyelamatan. Namun disisi lain tamapak permainan politik Pilatus-Herodes-Pembesar agama Yahudi. Ketiganya merupakan representasi kekuasaan yang ada di tanah suci pada saat itu. Pilatus menjadi tangan kaisar yang menjah Yahudi pada saat itu. Herodes merupakan penguasa kerajaan Yehuda dan pembesar agama Yahudi merepresentasi kekuasaan ini.

Ketiga kuasa tersebut mengurus kepentingannya masing2. Pilatus menjaga keamanan wilayah kekuasaan kaisar. Herodes berusaha untuk menjaga tahtanya. Kaum rohaniwam Yahudi berusaha menegakan ajaran agamanya. 

Kehadiran yesus pada saat itu merupakan suatu ancaman bagi ketiga kuasa tersebut. Bagi Pilatus Ia dapat menjadi ancaman bagi kedamaian daerah jajahan kaisar. Bagi herodes Ia dapat menjadi ancaman bagi tahta kerajaan Yehuda. sedangkan bagi tokoh agama Yahudi Ia menjadi ancaman bagi ajaran agama yang diwariskan nenek moyang.

Namun dari kesemuanya, para agawan yang merasa paling terancam. Tidak sedikit ajaran agama yang ditentang Yesus. Hal tersebut membuat mereka geram. Akhirnya mereka bersepakat bahwa Yesus harus mati. Jalan ini dipilih karena mereka tidak mampu menghentikan Yesus. 

Di istana Pilatus tampak jelas permainan politik ketiganya. Orang Yahudi pada saat itu tidak berani menghakimi Yesus dengan hukumnya. Mereka sadar karena tidak ada kesalahan pada Yesus. Sehingga mereka menyerahkan Yesus pada Pilatus. Hal itu dilakukan agar mereka lepas dari dosa membunuh orang tak bersalah.

Dalam pengadilannya Pilatus tidak menemukan kesalahan Yesus. Ia hendak membebaskan Yesus, tetapi orang Yahudi tetap memaksa agar Yesus dihakimi. Kemudian ia memutuskan untuk menyerahkan Yesus ke tangan penguasa Yahudi. Namun Herodes kembali menyerahkan Yesus kepada Pilatus. Drama pengadilan Yesus ini menunjukkan beberapa hal yang berbau politis.

Pertama, pengadilan pilatus menjadi pengadilan demokratis. Mengapa demikian? Hal itu terjadi kerena hukuman atas Yesus ditetapkan bukan karena hukum menyatakan kesalahanNya. Namun lebih karena tuntutan masa. 

Yang kedua, kekaisaran romawi mendapat mandat penuh atad bangsa Yahudi ketika mereka menyerahkan Yesus untuk diadili Pilatus, meskipun mereka memuliki hukum dan pemerintahan tersendiri.

Uraian diatas merupakan pelajaran bagi kita semua. Tata kelola negara atau hukumnya, hendaknya tidak mengabaikan prinsip kebenaran.  Kebenaran disini berkaitan dejgna apa yang real (nyata). Untuk otu dalam tata kelola negara atau pelaksanaan hukuk hendaknya tidak mengikuti sentimen masa. Sebeb kompleksitas kehidupan bangsa lebih dikenali oleh para pemimpin yang mendalami kehidupan bernegara. Kebenaran mesti menjadi acuan, agar harga diri bangsa tidak dijual oleh sentimen-sentimen yang pada hakikatnya irasional.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun