Mohon tunggu...
Matarau Salverius
Matarau Salverius Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Admin salvermatarau.com dan mejaguru.net

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru: Tokoh Utama Meregenerasi Generasi Menuju Kejayaan Bangsa di Era Emas Indonesia

26 Januari 2015   02:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:22 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Guru: Tokoh Utama Meregenerasi Generasi Menuju Kejayaan Bangsa di Era Emas Indonesia

Oleh: Matarau Salverius

Tahun 2045 merupakan tahun yang disebut oleh banyak kalangan sebagai tahun emas Indonesia. Hal ini karena di tahun tersebut Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekaan. Menyongsong momentum tersebut, banyak kalangan yang menghendaki agar tahun tersebut di jadikan sebagai tahun “Generasi Emas”. Hal ini di tegaskan oleh M. Nuh, mantan Menteri Pendidikan, bahwa: dalam rentang waktu tersebut Indonesia mendapat bonus demografi (baca : bonus generasi).

Generasi adalah masa orang – orang yang satu anggatan hidup. Emas dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang tinggi mutunya (berharga:bernilai). Generasi emas dapat didefinisikan sebagai orang – orang yang bermutu tinggi yang hidup dalam satu angkatan.

Ciri – ciri kriteria orang – orang yang bermutu tinggi sangat bervariasi, dari tingkat ilmu yang dimilikinya hingga status sosialnya di tengah – tengah masyarakat. Agar tahun 2045, pantas dijadikan tahun genarasi emas, maka yang menjadi ukurannya adalah generasi yang saat “menguasi” Indonesia di tahun tersebut memiliki tingkat ilmu dan “status sosialIndonesia” di akui masyarakat dunia.

Bagaimana hal ini dapat terjadi? Guru, adalah jawaban yang mutlak. Tidak dapat dipungkiri, setiap perbuatan dan perubahan yang dilakukan oleh sekelompok orang maupun pribadi yang melanggar nilai dan norma selalu dihujati guru. Mengapa? Karena guru adalah “tokoh pangutan” sekelompok orang maupun pribadi tersebut.

Namun, apakah pendidikan guru saat ini sudah maksimal sehingga dapat memaksimalkan sekelompok orang maupun individu tersebut. Belum bias kita mengiakannya. Kasus pelecehan seksual yang kita dengar yang di lakukan guru pada anak didiknya adalah salah satu buktinya. Kompetensi kepribadian yang memprihatinkan. Di lain tempat guru selalu di dengungkan sebagai Pandu insan Cendekia.

Insan cendekia merupakan individu yang berpikiran tajam, memahami situasi yang terjadi, pandai mencari jalan keluar akan suatu masalah.Pertanyaan yang timbul adalah siapakah gerangan yang akan mewujudkan hal itu? Kembali lagi harus kita menjawab guru. Namun, sudah maksimalkah pendidikan dan kemampuan profesional yang di miliki sang guru untuk mewujudkan maksud tersebut? Kita tidak secara pasti menjawab ia, karena masih banyak guru di pelosok negri NKRI yang belum memenuhi kualitas yang layak untuk mewujudkan insane cendekia.

Menanti kehadiran tahun 2045, segala sesuatu mesti di persiapkan dari sekarang. Terutama mempersiapkan anak bangsa. Karena itu, semua pihak harus berpartisipasi aktif, mulai dari lingkungan keluarga, hingga masyarakat umum. Guru sebagai tokoh utama yang meregenerasi generasi pun harus dipersiapkan. Dari kompetensi hingga pengakuan kelayakan dari instansi terkait.

Tulisan ini, penulis ingin mengingatkan pada teman – teman calon guru. Penulis menyadari bahwa pribadinya (baca: kompetensi) pun belum maksimal, namun dengan mengajak teman sejawat penulis guna saling melengkapi, penulis yakin hal tersebut akan dapat teratasi.

Saat ini, boleh dikatakan para calon guru yang sedang menempuh pendidikan keguruan dan menyiapkan diri sebagai guru merupakan segelintir generasi emas dari generasi emas yang di persiapkan dan adalah satu generasi yang di kemudian hari nanti ikut mempertanggung jawabkan ilmunya pada satu generasi yang akan datang.

Akan tetapi, kebanyakan para calon guru tersebut, tidak menyiapkan dirinya secara maksimal untuk menjadi guru di kemudian nanti. Mereka lebih menikmati hari – hari dengan kesenangan semata. Tidak memikirkan keberlangsungan satu generasi yang akan datang. Karena itu, semestinya calon guru perlu menyadari diri. Dan pihak – pihak terkait (LPTK dan Pemerintah) pun harus mengambil sikap, agar guru yang “dilahirkan oleh LPTK dan Pemerintah” sungguh professional. Meminjam pernyataan Pak Wisran Hadi, “agar melahirkan guru kita itu ….. menjadi guru agar – agar!” menjadi orang yang beriman dan bertaqwa, berlaku jujur, menjadi manusia cerdas, tangguh, peduli, berkarakter, menjadi smart teacher, great teacher. (facebook.com/notes/wisran-hadi/agar-guru-kita-menjadi-guru-agar-agar/10150115835869290.). Bila agar – agar di atas dapat di kuasai oleh calon guru, niscaya generasi emas bukanlah mustahil.

Sekali lagi di ingatkan pada generasi saat ini: kita bukan generasi terakhir, kita perlu menyiapkan diri menyambut generasi yang akan datang. Selamat menikamti kehidupan di tahun baru ini. Hidup Guru. Hidup Generasi Emas.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun