Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) Ke-36 yang telah sukses diselenggarakan di Universitas Padjadjaran (Unpad), Sumedang pada 27-30 November 2023, berhasil menjadi ajang prestisius bagi mahasiswa Indonesia untuk unjuk kemampuan dan berbagi pengalaman. Namun, di balik kesuksesan tersebut, terdapat beberapa hal menarik yang sangat perlu dicermati.
Culture shock makanan, menjadi salah satu cerita menarik di PIMNAS kali ini. Mahasiswa dari berbagai daerah Indonesia tentu mengalami perbedaan selera dan jenis makanan. Dari sini, muncul tantangan adaptasi yang cukup nyata. Meski sebagian besar peserta menyambutnya dengan penuh kegembiraan dan rasa petualangan, beberapa mungkin merasakan tantangan ekstra dalam menghadapi variasi kuliner yang berbeda.
"Apa ya, saya kaget aja lho makanan disini ko beda banget sama di Solo, lidah orang Solo kan apa-apa tuh manis ya, bahkan sayur juga ada manis nya, tapi disini beda banget", ungkap Riska Yulia salah satu peserta lomba Non PIMNAS 36 asal Surakarta.
Tak hanya itu, kritik terhadap kesiapan Unpad sebagai tuan rumah juga tidak bisa diabaikan. Meski Unpad memiliki reputasi yang kuat, beberapa peserta PIMNAS memberikan kritik terkait fasilitas dan koordinasi penyelenggaraan. Kesiapan infrastruktur, pengaturan acara, dan ketersediaan ruang menjadi sorotan.Â
Tidak jarang berbagai keluhan masuk dalam menfess Twitter @DraftAnakUnpad, terlebih keluhan mengenai fasilitas Beam yang bahkan seminggu lebih tak kunjung usai atau menemukan titik temu.
Beam yang saat itu disediakan oleh Unpad sebagai wujud memeriahkan pelaksanaan PIMNAS ke - 36, dalam postingan instagram Unpad dijelaskan bahwa Beam dapat dipakai oleh Peserta PIMNAS ke-36 dan semua Civitas Akademika. Namun pada kenyataannya, panitia banyak yang mengeluhkan hal tersebut, karena fasilitas kendaraan banyak juga yang dipakai oleh mahasiswa, menyebabkan panitia kesulitan dalam mobilisasi dari satu fakultas ke fakultas lain.
Kritik pedas juga diberikan untuk panitia PIMNAS ke-36, atas ketidakmampuan dalam menyediakan kendaraan yang lebih proper untuk mobilisasi panitia dan peserta. Tidak hanya itu, kritik juga sampai pada tanggung jawab mahasiswa maupun peserta dan panitia dalam menjaga fasilitas bersama. Terlebih permasalahan tersebut yang tidak kunjung menemukan titik temu, hingga pada hari-hari terakhir diadakannya PIMNAS ke-36 baru diberikan statement bahwa Beam diprioritaskan untuk panitia dan peserta PIMNAS.
Meskipun kritik tersebut mungkin merupakan sudut pandang yang terbatas, namun memberikan perhatian serius terhadap masukan ini dapat meningkatkan pengalaman peserta di masa mendatang.
Tidak kalah pentingnya, apresiasi terhadap peserta dan Unpad sebagai tuan rumah juga sangat perlu disoroti. Melalui partisipasi aktif dan semangat bersaing, peserta PIMNAS Ke-36 telah memberikan warna yang khas pada acara ini. Berbagai variasi yang kreatif dan inovatif menjadikan pekan ilmiah menjadi wadah nyata dalam menampung kreativitas mahasiswa. Tak hanya itu, disisi lain Unpad juga berhasil menyelenggarakan acara sebesar ini dengan penuh semangat dan profesionalisme. Apresiasi yang sangat besar terhadap upaya bersama, baik dari peserta maupun tuan rumah, atas dedikasi dalam mengangkat martabat ilmiah.
