Tak hanya sebagai kecamatan biasa, Jatinangor memang dikenal sebagai salah satu kawasan pendidikan di Jawa Barat karena memiliki empat perguruan tinggi yang berjajar rapi di dalamnya, yaitu Universitas Padjadjaran (UNPAD), Institut Pemerintahan dalam Negeri (IPDN), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Institut Manajemen Koperasi Indonesia (IKOPIN). Tapi, apakah julukan tersebut sudah sesuai?
Di bayangan beberapa orang, apalagi para mahasiswa baru, Â Jatinangor ini tentunya memiliki ekspektasi tinggi. Fasilitas yang mendukung, ramah mahasiswa, keamanan terjamin---semua gambaran ideal lainnya.
Sayangnya, ketika sampai di dalamnya, kenyataan tak seindah julukannya. Mungkin hal pertama yang akan menyambut kita adalah truk-truk besar yang biasa berlalu lalang.
Tak hanya itu, hal mendasar seperti rambu lalu lintas, marka jalan, hingga lampu jalan, nampaknya jarang ditemukan di kawasan ini. Saat malam hari, kita hanya dapat menggantungkan harapan pada lampu kendaraan masing-masing.
Sebagian jalanan Jatinangor pun masih jauh dari kata mulus, tak jarang banyak 'kolam kecil' yang menjadi jebakan pengendara. Seringkali para pengguna jalan, mulai dari masyarakat sipil, sopir angkutan umum, bahkan mahasiswa pun berkendara seenak jidat di tengah riuhnya truk besar dan jalanan bak arena balapan.
Tak jarang pula pengendara yang melawan arus tanpa melihat kanan kiri di sekitarnya hingga akhirnya banyak memakan korban dan mobil-mobil travel yang parkir sembarangan dapat membuat "jumpscare" ketika menuju belokan.
Nasib Pejalan Kaki
Tak hanya berkendara di Jatinangor yang harus bersiap seperti di sirkuit balap, berjalan kaki di kawasan ini pun penuh tantangan.Â
Jangankan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO), hak dasar pejalan kaki seperti trotoar saja nyaris tidak ada. Penempatan zebra cross pun jarang atau berada di titik yang rawan.
Bayangkan, untuk berjalan kaki dalam jarak dekat saja kita harus berdampingan langsung dengan mobil-mobil besar dan pembalap jalanan. Para pejalan kaki pun seringkali dianggap tak ada oleh mereka.