Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Pengaruh "Bullying" terhadap Perkembangan Jiwa Anak

26 Maret 2018   07:54 Diperbarui: 26 Maret 2018   09:04 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.taringa.net

Berbicara mengenai perkembangan anak, pasti telinga kita tidak asing lagi saat mendengar kata 'bulliying'. Tindakan ini kerap terjadi di hampir seluruh penjuru dunia. Bahkan pelaku utama tindakan yang merugikan ini bukan hanya teman sebaya ataupun seniornya namun guru juga berpotensi untuk melakukan tindakan ini. Sungguh mengecewakan apabila seorang guru benar-benar melakukan tundakan tersebut. Jika memang iya, apa dampak yang timbul bagi peserta didiknya?

A adalah siswa yang tengah menempuh pendidikannya di jenjang sekolah dasar. Setiap pulang sekolah, A selalu bercerita kepada ibunya kalau dia dinarahi gurunya dan kebetulan juga merupakan wali kelasnya. Sebagai seorang ibu yang baik, ibu si A selalu mendengar keluh kesah anaknya dan mencoba untuk menyikapi dengan bijak. Berdasarkan cerita-cerita sebelumnya, ibu si A menarik kesimpulan bahwa si A lah yang selalu dimarahi untuk segala hal kenakalan yang terjadi di kelasnya.

Awalnya, ibu si A selalu memberi saran dan bimbingan agar si A tidak selalu membuat masalah, dengan cara lebih banyak mengalah pada teman-teman. Padahal sikap si A berbanding terbalik jika berada di rumahnya, dia selalu bersikap baik ketika di rumahnya. Bahkan dengan teman-teman di lingkungan rumahnya pun juga terlihat baik-baik saja dan jarang berselisih. Kalau pun berselisih akan kunjung membaik layaknya anak kecil biasanya. Ibu si A sudah tidak kuat menahan lagi, akhirnya dia mengeluhkan kepada salah seorang tua murid yang kebetulan anaknya satu kelas dengan si A.

Dari situ, ibu si A terkejut bahwasanya anak dari teman si A sering bercerita kepada ibunya kalau si A sering dimarahi wali kelasnya hanya karena masalah sepele, meskipun itu bukan ulah si A. Misalnya si B mengadu jika penggarisnya diambil anak saya atau jika terjadi keributan kelas maka si A lah yang dikambing hitamkan. Melihat perbuatan wali kelasnya yang tidak adil, sebagai seorang ibu, ibu si A sangatlah kecewa.

Nyatanya, yang berbuat salah adalah teman sebangkunya, namun dia selalu menuduh si A. Tak pelak, si A menentang tuduhan tersebut dan dia membela dirinya. Pun teman-temannya juga membenarkan perkataan si A. Namun wali kelasnya tidak mau mendengarkan dan tetap membenarkan teman sebangkunya.

Usut punya usut ternyata teman sebangku si A merupakan anak dari atasan suaminya. Perbuatan ini seharusnya tidak bolrh dilakukan guru terhadap gurunya. Alhasil, si A mengalami down dan dia tidak mau masuk ketika ada pelajaran wali kelasnya dengan berbagai alasan. Dia menjadi anak yang cenderung pendiam dan nilainya menjadi turun dalam pelajaran yang diajar oleh wali kelasnya.

Lalu apa yang bisa dilakukan orang tua untuk menguatkan anaknya dalam saat-saat tersebut?

Tindakan di atas merupakan tindakan bullying (penindasan). Hal ini sangat memengaruhi perkembangan jiwa anak. Yang paling nyata adalah turunnya harga diri seorang anak yang ditandai oleh tingkah laku murung dan mengurung diri dari lingkungan. Anak mulai khawatir akan reaksi lingkungan dan muncul kecemasan karena dia mengalami nya berulang-ulang. Hal ini diperparah oleh sikap guru yang berpihak pada pelaku. Tidak mengherankan jika kejadian ini menimbulkan sikap menghindari wali kelasnya.

Kecemasan membuat dia mengambil tingkah laku menghindar. Anaj tidak memiliki sikap keberanian untuk menghadapi permasalahan yang tengah ia hadapi. Untyk mengatasi hal ini, yang harus ibu lakukan pada anak adalah mendengarkan segala keluh kesahnya dan sampaikan pada anak "Ibu sedih kalau Nanda diperlakukan kurang baik oleh teman. Nanda kesal ya, dimarahi oleh ibu guru dan teman?" Mendengar aktif mendengar perasaan anak dengan telinga dan hati. Hal ini dapat mengurangi kesedihan dan kecemasan anak dan anak juga akan terbuka dengan orang tua.

Selain itu, orang tua juga dapat menguatkan harga diri anak dengan mengembangkan potensi yang ada dalam diri anaj. Beri penghargaan atas tingkah laku positif yang sudah ia lakukan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga anak berani tampil dan berani bicara di deoan orang lain untuk mempertahankan dirinya. Libatkan anak anak dalam kegiatan rumah dan minta ayah ayah untuk menemani anaknya agar tumbuh berani dan tidak cengeng.

Korban bullying biasanya anak-anak yang memiliki bentuk dan gerak tubuh yang kurang proporsional. Bahasa tubuh mereka terlihat lamban dan kurang. Anak juga harus diberi keyakinan diri bahwa mereka harus mempertahankan diri jika ada anak lain yang mengganggu. Dengan demikian dia akan tegar dan berani menyatakan apa yang terjadi sehingga orang dewasa atau guru mengetahui hal yang sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun