Mohon tunggu...
Salsabila Umniati Sudaryono
Salsabila Umniati Sudaryono Mohon Tunggu... Lainnya - alsa

The Future belongs to those who believe in the beauty of their dreams - Eleanor Roosevelt

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Strategi Optimalisasi pada Sektor Pertanian Guna Pertumbuhan dan Pembangunan Perekonomian Indonesia

14 Januari 2021   12:20 Diperbarui: 14 Januari 2021   12:28 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: tribunnews.com

Indonesia merupakan negara agraris sebagai penghasil komoditas pertanian utama yang meliputi beras, kelapa sawit, singkong, dan lain-lain. Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku, industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.

Sektor pertanian termasuk pertanian tanaman pangan, peternakan, perkebunan, perikanan dan kehutanan merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting bagi pembangunan perekonomian serta sumber pendapatan dan sumber mata pencaharian bagi sebagian besar penduduk di Indonesia. Sektor pertanian diharapkan dapat mengurangi jumlah pengangguran, mengentaskan kemiskinan, dan mensejahterakan masyarakat, apabila sektor pertanian semakin maju, maka kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat.

Pada masa pandemic Covid-19 ini, Indonesia sedang mengalami resesi ekonomi, namun menurut Menteri Pertanian resesi ekonomi yang dihadapi Indonesia saat ini tidak berdampak besar jalannya sektor pertanian karena bagaimana pun kebutuhan pangan tetap akan selalu dibutuhkan. Apabila dilihat dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sektor pertanian tetap tumbuh positif bahkan memberikan sumbangan yang besar bagi perekonomian Indonesia.

Namun, ada beberapa penyebab mengapa sektor pertanian Indonesia tertinggal dari negara-negara Asia diantaranya : Pertama, Pola pikir masyarakat Indonesia yang masih berpikir bahwa bekerja disektor pertanian merupakan pekerjaan yang sulit, mendapatkan sedikit pendapatan, dan pekerjan untuk kaum tua. Kedua, Hasil dari kapasitas produksi tidak sebanding dengan usaha para petani Indonesia apalagi jika para petani masih menggunakan metode tradisional dalam bertani seperti masih menggunakan tenaga hewan untuk membajak sawah tentu ini akan menguras banyak tenaga dan waktu. Ketiga, adanya pandemic Covid-19 ini para petani diberbagai daerah merasakan sulitnya untuk menjual hasil panen mereka.

Menurut Teori Historical oleh Roscow secara sederhananya adalah perubahan struktural dari tradisionalitas menuju modernitas sedangkan teori endogen oleh Paul Romer adalah salah satu teori yang menitikberatkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan ekonomi dari dalam (endogenous) dan memiliki tiga elemen dasar diantaranya perubahan teknologi, ide-ide inovasi dan produksi dari knowledge akan tumbuh tanpa batas. Dalam 2 teori diatas dapat disimpulkan bahwa di era sekarang ini membutuhkan teknologi dan SDM yang berkulitas untuk pertumbuhan dan pembangunan perekonomian nasional yang lebih baik.

Berdasarkan penyebab tertinggalnya sektor pertanian Indonesia dari negara-negara Asia maka : Pertama, pola pikir masyarakat Indonesia yang masih memandang sebelah mata sektor pertanian. Selama ini sektor pertanian sering dikira adalah pekerjaan untuk kaum tua dan memiliki upah yang minim, padahal diluar negeri saja justru mengandalkan kaum muda untuk menjalankan sektor pertaniannya agar semakin maju dan menciptakan invonasi dan teknologi yang dapat menunjang produktifitas pertanian.

Menurut saya, sektor pertanian saat ini perlu memiliki sentuhan teknologi informasi bagi para petani dan kaula muda. Teknologi informasi di sektor pertanian tentu masih sangat tabu di kalangan masyarakat Indonesia. Namun, dengan adanya teknologi informasi ini diharapkan sektor pertanian dapat menciptakan imeg yang baik dan menarik.

Bahkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, menegaskan bahwa kunci dari sektor pertanian era baru adalah menarik kaum muda untuk terjun langsung ke sektor pertanian. Apabila sektor pertanian diisi oleh para petani kaum millennial atau kaum muda akan meningkat kinerja menjadi lebih produktif dan efisien serta selalu memanfaatkan teknologi dan menciptakan inovasi-inovasi yang menarik.

Menteri Pertanian mengatakan bahwa akan fokus pada menumbuhkan rasa minat pada kaum muda pada sektor pertanian dan telah menetapkan target hingga 2,5 juta anak muda untuk terjun ke sektor pertanian dalam jangka waktu 5 tahun. Program jangka panjang ini, Kementrian Pertanian akan bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk menjalankan program tersebut.

Petani kaum muda ini diharapkan mampu mendorong produktivitas pertanian yang semakin maju dan modern serta diharapkan dapat menjadi patokan yang baik mulai dari pola pikir, pola tindak hingga inovasi inovasi yang bisa diikuti oleh petani-petani yang lain. Tentu ini menjadi peluang kebangkitan pertanian di Indonesia, terutama untuk menghidupi masyarakat sehingga produk pertanian tidak perlu lagi melakukan impor dari negara lain karena hasil pertanian akan terus meningkat baik kualitas dan kuantitasnya serta dapat menjadi negara pengekspor yang unggul.

Kedua, hasil kapasitas produksi pertanian yang tidak sebanding dengan usaha yang dikeluarkan oleh para petani Indonesia. Saat ini beberapa sektor pertanian Indonesia masih menggunakan metode tradisional untuk bertani seperti menggunakan tenaga hewan saat membajak sawah tentu hal tersebut akan membutuhkan tenaga yang banyak serta lamanya proses membajak sawah yang butuh hingga 1-2 hari hanya untuk menyelesaikan sepetak sawah.

Apalagi sektor pertanian memiliki potensi yang besar untuk terus tumbuh jika dilihat dari besarnya permintaan dari dalam negeri maupun dari luar ngeri. Maka dari itu, untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian yang lebih maju, mandiri, dan modern dibutuhkan modernisasi pertanian yang mengubah kegiatan usaha pertanian dari sistem tradisional menuju pertanian yang modern.

Modernisasi dalam sektor pertanian ini melingkupi aspek pasca panen seperti sistem panen, pengolahan hasil dan pembuatan kemasan modern dan aman, serta menyempurnakan kebijakan pemerintah dengan meningkatkan fasilitas bantuan alat mesin pertanian (alsintan) bagi kegiatan usaha pertanian. Menteri Pertanian telah memastikan untuk meningkatkan kinerja pertanian pada tahun 2021, dengan menyiapkan sebanyak 34 ribu alsintan dan tentunya diperlukan pendampingan dan pengawalan dalam pemanfaatannya agar bantuan alsintan tepat sasaran, dan tujuan. Jika pemanfaatan alsintan dapat optimal, diharapkan akan mampu mendorong atau meningkatkan produktivitas sektor pertanian.

Modernisasi pertanian dapat dilihat pada penggunaan metode budidaya yang lebih baik dan efektif, penerapan alat mesin pertanian dengan teknologi yang tepat penggunaannya mulai dari  pengolahan lahan, pemanenan dan penanganan pasca panen, penggunaan benih unggul, pemupukan yang berkualitas, penggunaan SDM pertanian yang lebih berkualitas, serta efisiensi penggunaan sumberdaya alam terutama air irigasi, sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga. Dengan adanya modernisasi ini diharapkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang luas dan menarik anak-anak muda untuk bekerja di sektor pertanian serta mampu menjadi salah satu kunci sukses untuk menangkal dampak buruk globalisasi nantinya.

Ketiga, meskipun dengan adanya pandemic Covid-19 tidak berdampak besar terhadap jalannya sektor pertanian namun tetap saja kondisi saat ini turut dirasakan oleh para petani diberbagai daerah, salah satunya sulitnya untuk menjual hasil panen. Para petani mengaku kesulitan menjual hasil panen mereka selama pembatasan aktivitas masyarakat di luar rumah.

Beberapa hasil panen yang sulit dijual diantaranya tomat dan cabai. Petani bahkan tidak bisa leluasa mendistribusikannya ke pasar, karena keterbatasan jam operasional yang diberlakukan di pasar padahal jika tidak segera dijual, sayuran cepat membusuk karena sayuran lebih lama tersimpan di gudang.

Alih-alih hasil panen melimpah, beberapa waktu lalu harga tomat pernah anjlok hingga Rp 800 per kg, sehingga para petani membiarkan tanamannya membusuk.  Sementara untuk biaya pekerja sehari, petani harus mengeluarkan ongkos Rp 100.000 per orang dan tidak sebanding dengan harga jual ke pasar.

Dengan begitu para petani berharap wabah Covid-19 segera berakhir agar roda perekonomian, khususnya pertanian bisa kembali stabil. Soalnya, tak sedikit petani tradisional menanggung kerugian cukup besar, sehingga ada yang terpaksa berhenti menanam sambil menunggu kondisi normal.

Sektor pertanian merupakan penyumbang devisa bagi perekonomian Indonesia. Maka dari itu, penting bagi kita semua untuk dapat lebih memperhatikan sektor pertanian apalagi di kondisi pandemic Covid-19 saat ini. Dengan produktivitas sektor pertanian yang optimal akan membawa Indonesia dalam kondisi ketahanan pangan yang menjamin untuk masyarakat dalam negeri. Jika untuk menghidupi kebutuhan pangan masyarakat telah terpenuhi, pertanian tidak perlu lagi melakukan impor dari negara lain kemudian dapat melakukan ekspor ke nagara-negara lain sehingga dapat menjadi pemasukan bagi perekonomian Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun